Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Antioksidan dalam Astaxanthin Lebih Tinggi dari Vitamin C?

ilustrasi warna merah dan oranye (pexels.com/Alena Darmel)

Akhir-akhir ini, penggunaan astaxanthin sebagai suplemen kesehatan cukup ramai diperbincangkan di media sosial. Pasalnya, zat ini disebut lebih ampuh untuk mengatasi masalah kulit, seperti mencerahkan dan menunda penuaan. Astaxanthin disebut memiliki sifat antioksidan berkali-kali lipat lebih tinggi daripada antioksidan pada vitamin C yang banyak kita jumpai saat ini.

Namun, bener gak, sih, klaim terkait antioksidan astaxanthin yang disebut lebih tinggi daripada vitamin C? Nah, untuk mengetahui fakta ilmiahnya lebih lanjut, yuk simak artikel berikut sampai tuntas!

1. Mengenal astaxanthin

ilustrasi pigmen merah (pexels.com/Deepak Maurya)

Astaxanthin merupakan pigmen warna merah yang termasuk dalam kelompok karotenoid. Pigmen ini dihasilkan secara alami oleh beberapa mikroorganisme air laut dan air tawar, seperti bakteri, ragi (khamir), jamur, lumut kerak, dan alga. Di mana ini juga bisa ditemukan pada beberapa hewan yang mengonsumsi organisme penghasil astaxanthin, seperti salmon, trout, udang, kakap merah, atau pun kepiting.

Di dunia industri, astaxanthin banyak didapatkan dari mikroalga Haematococcus pluvialis. Mikroorganisme ini dianggap sebagai sumber penting astaxanthin karena merupakan penghasil astaxanthin tertinggi di alam. Namun, untuk penggunaan komersial, pigmen ini biasanya diproduksi secara sintetis, seperti diterangkan dalam jurnal Molecules tahun 2022.

Untuk mendapatkan manfaat astaxanthin, penggunaan suplemen biasanya lebih disarankan daripada hanya mengandalkan makanan saja. Jumlah harian yang direkomendasikan untuk suplemen adalah sebanyak 4–20 mg. Ini setara dengan mengonsumsi 600-2000 ton salmon. 

2. Apa itu antioksidan?

ilustrasi makanan kaya antioksidan (pixabay.com/pasja1000)
ilustrasi makanan kaya antioksidan (pixabay.com/pasja1000)

Antioksidan merupakan suatu molekul yang dapat membantu tubuh melawan radikal bebas yang berbahaya. Radikal bebas adalah suatu zat yang dihasilkan dari metabolisme tubuh normal. Namun, radikal bebas ini memiliki bentuk yang tidak stabil sehingga rentan menyebabkan stres pada sel-sel tubuh atau stres oksidatif.

Radikal bebas diproduksi terus-menerus di dalam tubuh. Jika jumlahnya sudah terlalu tinggi, dapat merusak sel dan DNA dengan cepat, sehingga bisa memicu timbulnya beragam penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, Parkinson, hingga kanker. Untuk mengimbanginya, diperlukan antioksidan untuk melawan radikal bebas tersebut.

Antioksidan berperan sebagai sistem pertahanan tubuh dari kerusakan sel. Zat ini dapat ditemukan pada banyak makanan, baik berasal dari tumbuhan maupun hewan. Mereka hadir dalam berbagai macam bentuk, seperti vitamin C, vitamin E, atau pun flavonoid (berasal dari tumbuhan).

3. Benarkah antioksidan pada astaxantin lebih tinggi dari vitamin C?

ilustrasi obat-obatan (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Menurut hasil studi ilmiah yang dimuat dalam berbagai jurnal, termasuk Open Biology tahun 2021 dan Molecules tahun 2022, dilaporkan bahwa astaxanthin memiliki kadar antioksidan yang jauh lebih tinggi dan lebih kuat dari vitamin C. Begitu pula jika dibandingkan dengan antioksidan lainnya. Astaxanthin dilaporkan memiliki antioksidan 6000 kali lebih kuat daripada vitamin C (asam askorbat), 100 kali lebih kuat dari vitamin E (alfa tokoferol), dan lima kali lebih kuat dibanding beta karoten. 

Potensi antioksidan yang tinggi pada astaxanthin ini disebabkan oleh struktur kimianya yang unik dan khas. Struktur tersebut membuatnya lebih fleksibel dan efektif bekerja dalam sel. Selain itu, antioksidan pada astaxanthin juga dilaporkan tidak menghasilkan efek samping negatif atau menyebabkan kerusakan lain dibandingkan dengan karotenoid lainnya.

Astaxanthin merupakan pigmen alami yang dihasilkan oleh beberapa mikroorganisme perairan. Pigmen ini mengandung antioksidan dalam jumlah yang sangat tinggi, bahkan di atas antioksidan lainnya, termasuk vitamin C. Antioksidan astaxanthin memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti menunda penuaan dan mencegah beragam penyakit.

Referensi

Balendra V, Singh SK. (2021). Therapeutic potential of astaxanthin and superoxide dismutase in Alzheimer's disease. Open Biology. 2021 Jun;11(6):210013.
Bjørklund G, dkk. (2022). The Role of Astaxanthin as a Nutraceutical in Health and Age-Related Conditions. Molecules. 2022 Oct 23;27(21):7167.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi wahyu intani
EditorDwi wahyu intani
Follow Us