Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi donor darah (pexels.com/Gustavo Fring)

Intinya sih...

  • Donor darah saat puasa dapat menimbulkan efek samping seperti tekanan darah rendah, pusing, kelelahan berlebih, mual, dan pingsan.
  • Pastikan tubuh terhidrasi dengan baik, tidur cukup, makan makanan bergizi seimbang sebelum mendonorkan darah.
  • Donor darah setelah berbuka puasa lebih disarankan untuk menghindari risiko efek samping dari kehilangan darah.

Saat bulan Ramadan, banyak orang ingin tetap berbuat kebaikan, salah satunya dengan mendonorkan darah. Namun, muncul pertanyaan, bolehkah donor darah saat puasa? Apakah aman secara medis, atau justru bisa berdampak pada kesehatan?

Berikut penjelasannya dari sisi medis, termasuk efeknya pada tubuh serta tips aman mendonorkan darah saat berpuasa.

1. Bolehkah donor darah saat puasa?

ilustrasi donor darah (pexels.com/Pranidchakan Boonrom)

Donor darah merupakan kegiatan yang menyelamatkan nyawa banyak orang. Saat bulan Ramadan, kamu bisa mendonorkan darah baik saat berpuasa maupun setelah berbuka puasa.

Meski begitu, beberapa ahli menyarankan untuk melakukan donor darah setelah berbuka puasa. Ini karena kamu diharuskan makan dan minum setelah mendonorkan darah agar dapat segera memulihkan kondisi.

Ketika puasa, tubuh akan kehilangan sebagian nutrisi penting yang mengakibatkan berkurangnya energi. Mendonorkan darah saat perut kosong akan membuat kamu merasa lemas. Ini karena kamu tidak akan bisa segera makan atau minum untuk memulihkan diri. Tubuh membutuhkan zat besi setelah kehilangan darah. Jika kamu mendonorkan darah saat puasa, tubuh berisiko kekurangan zat besi, yang berisiko menyebabkan penurunan tekanan darah. Jika itu terjadi, kamu dapat mengalami pusing bahkan pingsan.

2. Efek samping donor darah saat puasa

ilustrasi tidak percaya diri (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mendonorkan darah saat puasa dapat menimbulkan beberapa efek samping, terutama jika tubuh tidak mendapatkan asupan cairan dan nutrisi yang cukup. Berikut beberapa risiko yang mungkin terjadi:

  • Tekanan darah rendah (hipotensi)

Kehilangan darah secara tiba-tiba dapat menyebabkan tekanan darah menurun drastis. Hal ini bisa membuat tubuh terasa lemas, bahkan berisiko menyebabkan pingsan setelah donor darah.

  • Pusing dan sakit kepala

Penurunan volume darah dalam tubuh dapat mengurangi aliran oksigen ke otak, yang menyebabkan pusing dan sakit kepala. Kondisi ini bisa makin parah jika tubuh juga mengalami dehidrasi akibat puasa.

  • Kelelahan berlebih

Donor darah mengurangi jumlah sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jika tubuh tidak memiliki cadangan energi yang cukup, pendonor bisa merasa sangat lelah atau lemas setelah mendonorkan darah.

  • Mual dan muntah

Beberapa orang mengalami reaksi mual setelah donor darah, terutama jika kondisi tubuh sedang tidak fit. Kurangnya cairan dan nutrisi dalam tubuh akibat puasa juga dapat memperburuk efek ini.

  • Pingsan atau kehilangan kesadaran

Kombinasi antara tekanan darah rendah, dehidrasi, dan kurangnya asupan energi dapat menyebabkan pingsan. Risiko ini lebih tinggi jika donor darah dilakukan pada siang atau sore hari, ketika tubuh sudah mulai kehabisan energi.

3. Tips donor darah saat puasa

ilustrasi sedang makan dan minum (pexels.com/Thirdman)

Agar donor darah tetap aman selama puasa, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebelum, saat, dan setelah mendonorkan darah. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan:

  • Pilih waktu yang tepat

Sebaiknya lakukan donor darah setelah berbuka puasa agar tubuh tetap memiliki cadangan cairan dan energi yang cukup. Hindari mendonorkan darah pada siang atau sore hari ketika tubuh sudah mulai kehabisan energi.

  • Pastikan tubuh terhidrasi dengan baik

Minumlah banyak air putih saat berbuka dan sahur untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Sebelum mendonorkan darah, pastikan tubuh tidak dalam kondisi dehidrasi.

Untuk membantu mencegah tekanan darah rendah setelah mendonorkan darah, dianjurkan untuk minum 500 ml air segera sebelum mendonorkan darah. Biasanya, pihak penyelenggara donor akan menyediakan air ini sebelum prosedur dilakukan.

  • Konsumsi makanan kaya akan zat besi

Pastikan makanan yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka mengandung zat besi, seperti daging merah, ikan, ayam, bayam, dan kacang-kacangan. Asupan zat besi yang cukup membantu menjaga kadar hemoglobin tetap stabil, sehingga tubuh lebih kuat saat donor darah.

  • Hindari makanan berlemak sebelum donor darah

Makanan tinggi lemak seperti gorengan, makanan cepat saji, dan es krim dapat memengaruhi kualitas darah yang didonorkan. Sebaiknya konsumsi makanan sehat dan bergizi saat sahur dan berbuka agar tubuh lebih siap untuk donor darah.

  • Istirahat yang cukup

Tidur cukup selama 7 hingga 8 jam sebelum donor darah agar tubuh lebih siap dan tidak mudah lemas setelah proses donor selesai.

  • Hindari olahraga berat sebelum dan sesudah donor

Jika ingin berolahraga sebelum berbuka puasa, pilih aktivitas ringan seperti jalan kaki agar tubuh tetap bugar tanpa menguras terlalu banyak energi. Setelah donor darah, hindari aktivitas berat dan berikan tubuh waktu untuk beristirahat.

  • Hindari konsumsi obat tertentu

Obat tertentu dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mendonorkan darah. Selain itu, beberapa jenis obat juga bisa menyebabkan seseorang tidak memenuhi syarat sebagai pendonor darah. Namun, calon pendonor tidak boleh menghentikan obat yang diresepkan sebelum berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Contoh beberapa obat yang penggunaannya harus diwaspadai sebelum donor darah meliputi:

    • Pengencer darah atau antikoagulan: Contohnya heparin dan warfarin. Orang yang mengonsumsi obat ini tidak dapat mendonorkan darah karena obat ini menyebabkan pembekuan darah menjadi tidak normal. 
    • Antiplatelet: Obat ini dapat menghambat trombosit dalam darah pada saat membentuk gumpalan. Jika mengonsumsi obat antiplatelet, seperti aspirin atau clopidogrel, pendonor dapat mendonorkan darah lengkap (whole blood). Namun, pendonor harus menunggu selama 2–14 hari (tergantung jenis obat yang dikonsumsi) sebelum dapat mendonorkan trombosit.
    • Antibiotik: Orang yang sedang minum antibiotik dapat mendonorkan darah 24 jam setelah dosis terakhirnya.

Jadi, donor darah saat puasa tetap bisa dilakukan dengan aman. Disarankan untuk mendonorkan darah setelah berbuka karena ada risiko kehilangan kesadaran atau diharuskan minum air dan makan setelah menyumbangkan darah. Selain itu, perhatikan juga langkah-langkah persiapan sebelum mendonorkan darah dan pemulihan setelahnya.

Referensi

"Can You Give Blood While Fasting?". Well Wisp. Diakses Februari 2025.
"Donating blood during Ramadan". Bloodworks Northwest. Diakses Februari 2025.
"What Happens to Your Body When You Donate Blood?" Oneblood. Diakses Februari 2025.
"Preparing to give blood". NHS Blood and Transplant. Diakses pada Februari 2025.
"What to Do Before, During and After Your Donation". American Red Cross. Diakses Februari 2025.
"Five Things NOT To Do Before Giving Blood". Vitalant Blood Donation. Diakses Februari 2025.
"Donor Darah Saat Puasa Apa Ada Efek Sampingnya?" Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan HUSADA BORNEO. Diakses Februari 2025.
"Is Donating Blood During Fasting Allowed?" Siloam Hospitals. Diakses Februari 2025.

Editorial Team