Vaksin NusaGard (IDN Times/Rifki Wuda Sudirman)
Ratusan juta dosis vaksin HPV telah diberikan di seluruh dunia, dan keamanannya dipantau secara ketat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, efek samping serius sangat jarang, serta tidak ditemukan kaitan dengan gangguan kehamilan, penyakit autoimun, atau masalah kesehatan jangka panjang.
Yang justru terlihat konsisten di banyak negara adalah penurunan tajam infeksi HPV, lesi prakanker, dan kanker pascavaksinasi. Di Skotlandia, misalnya, para ahli bahkan menyebut mulai muncul “generasi tanpa kanker serviks” berkat cakupan vaksin HPV yang tinggi.
Walaupun bukti ilmiah makin kuat, tetapi tantangannya masih banyak.
Sebagai contoh, di Indonesia, manfaat vaksin HPV sudah mulai diakui, tetapi cakupan vaksinasi masih belum merata. Program vaksin HPV memang telah masuk ke dalam layanan imunisasi di beberapa daerah, tetapi implementasinya belum menjangkau semua wilayah secara konsisten.
Tantangan utamanya beragam, mulai keterbatasan akses layanan kesehatan, perbedaan kapasitas daerah, hingga keraguan masyarakat terhadap vaksin yang masih dipengaruhi stigma, minimnya informasi, dan anggapan keliru bahwa vaksin HPV hanya relevan bagi orang dewasa yang sudah aktif secara seksual.
Padahal, seperti ditunjukkan oleh berbagai studi global, termasuk riset terbaru dari Swedia ini, vaksin HPV paling efektif jika diberikan sebelum remaja terpapar virus. Artinya, memperluas cakupan vaksinasi sejak usia sekolah adalah bentuk perlindungan jangka panjang terhadap kanker serviks dan kanker lainnya yang terkait HPV, termasuk kanker vulva dan vagina.
Berbagai organisasi profesi merekomendasikan vaksin HPV mulai usia 9–12 tahun, saat respons antibodi paling optimal.
Bertambah lagi bukti perlindungan dari vaksin HPV. Bukan cuma mencegah kanker serviks, tetapi juga memberi perlindungan terhadap lesi prakanker vulva dan vagina, yang mana ini adalah sebuah langkah besar dalam pencegahan kanker pada perempuan.
Dengan vaksinasi yang tepat waktu, satu generasi dapat terhindar dari penyakit yang menyakitkan, prosedur medis yang invasif, dan kehilangan kualitas hidup. Vaksin HPV bukan sekadar pilihan, melainkan investasi kesehatan jangka panjang.
Referensi
"HPV vaccines prevent precancerous lesions in vulva and vagina, study finds." CIDRAP. Diakses Desember 2025.
Yunyang Deng et al., “Quadrivalent Human Papillomavirus Vaccine and High-Grade Vulvovaginal Lesions,” JAMA Oncology, December 18, 2025, https://doi.org/10.1001/jamaoncol.2025.5511.