Serviks atau leher rahim
Peringatan dari Dokter: Kamu Bisa Terpapar HPV di Tempat Umum
- HPV adalah virus yang menyerang kulit dan selaput lendir, beberapa jenisnya berisiko tinggi menyebabkan kanker serviks, anus, penis, mulut, tenggorokan, serta kutil kelamin.
- HPV bisa ditemukan di serviks atau leher rahim, vagina, ujung jari, mulut, termasuk permukaan benda/permukaan yang terkontaminasi.
- Penularan HPV dapat melalui kontak seksual, autoinokulasi dari satu bagian tubuh ke bagian lainnya, kontak dengan permukaan terkontaminasi dan lingkungan. Vaksinasi HPV tetap menjadi pencegahan paling efektif.
Human papillomavirus (HPV) adalah sekelompok virus yang sangat umum dan biasanya tidak menimbulkan masalah pada sebagian besar orang. Namun, beberapa jenis HPV dapat menyebabkan penyakit serius.
HPV menyerang kulit dan selaput lendir, dan hingga kini diketahui ada lebih dari 100 jenis HPV. Sebagian besar bersifat jinak, tetapi sejumlah strain berisiko tinggi dikaitkan dengan masalah kesehatan serius, seperti kanker serviks, kanker anus, kanker penis, kanker mulut dan tenggorokan, serta kutil kelamin.
Sebagai virus DNA, HPV menyebar terutama melalui kontak langsung dengan kulit atau area tubuh yang terinfeksi. Infeksi HPV umumnya tidak bergejala dan bisa hilang sendiri. Meski begitu, beberapa jenis dapat bertahan dan berkembang menjadi kondisi serius.
Kamu bisa terpapar HPV dengan berbagai cara. Selain melalui kontak intim atau seksual, HPV juga bisa menular secara tidak langsung melalui benda atau permukaan yang terkontaminasi. Memahami jalur penularan ini penting agar kamu dapat mengurangi risiko paparan.
Ada di mana HPV dan bagaimana penularannya?

Ada banyak tempat di mana HPV bisa ditemukan, seperti:
HPV banyak ditemukan di sel-sel serviks (leher rahim). Sebagai contoh, sebuah penelitian di RSUP Dr. Sardjito pada pasien kanker serviks menunjukkan bahwa tipe HPV berisiko tinggi (high-risk), seperti HPV-16, HPV-18, dan HPV-67, menginfeksi jaringan serviks pasien kanker.
Karena infeksi HPV pada serviks bisa bersifat “persisten” (bertahan lama), hal ini menjadi penyebab utama kanker serviks jika tidak ditangani.
Vagina, ujung jari, mulut, dan permukaan
Sebuah studi di Tanzania (2019) mendeteksi DNA HPV pada berbagai lokasi non genital, seperti pada ujung jari (sekitar 19 persen responden), mulut (6 persen), serta permukaan kamar mandi.
Studi tersebut juga menemukan bahwa pada beberapa peserta, genotipe HPV yang sama muncul di lebih dari satu lokasi, misalnya antara vagina dan ujung jari. Ini mendukung kemungkinan adanya autoinokulasi (penyebaran virus sendiri dari satu bagian tubuh ke bagian lain).
Selain itu, penelitian lain menyebutkan bahwa HPV bisa berada pada benda/permukaan yang bisa menularkan virus (fomite), misalnya sarung tangan, peralatan medis, atau pakaian.
Dalam konteks rumah sakit atau klinik, ada laporan bahwa sarung tangan bisa terkontaminasi HPV hingga hampir 9,4 persen.
Lingkungan air
Walaupun belum terbukti bahwa HPV menular melalui air, tetapi beberapa studi telah mendeteksi DNA HPV di lingkungan air (misalnya di air limbah).
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian virus HPV, terutama tipe onkogenik seperti HPV-16, bisa bertahan dalam kondisi lingkungan tertentu dan tetap memiliki potensi infeksi setelah beberapa waktu.
Di satu studi lokal, para peneliti bahkan mengembangkan metode PCR untuk mendeteksi DNA HPV dari spesimen lingkungan (seperti noda di permukaan) sebagai bukti bahwa virus bisa “menempel” di lingkungan.
Disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A (K), Msi dalam acara "Kelas Jurnalis 2025: Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI" yang diselenggarakan oleh MSD Indonesia dan Kementerian Kesehatan RI pada Senin (17/11/2025), di Jakarta, ada studi di China (2025) yang meneliti ratusan sampel lingkungan, dan pada beberapa sampel ditemukan positif HPV.
"Dari 360 lokasi public area, ternyata 24 persen positif ada virus HPV. Di mana? Di toilet jongkok ada 53,3 persen, di wastafel 14,2 persen, di pegangan pintu ada, di puskesmas ada, di rumah sakit OBGYN ada, di rumah sakit umum ada," ungkap Prof. Soedjatmiko.
Studi tersebut juga mencatat tingkat konsentrasi virus yang tinggi (53,8 persen), jenis virusnya berisiko tinggi (88,5 persen), serta virus dapat menetap selama berjam-jam.
"Konsentrasi virus tinggi artinya gampang bisa menular dan jenis virusnya berisiko menimbulkan kanker, dan virus bisa menetap selama tujuh jam."
Dari paparan di atas, pesan pentingnya adalah HPV tidak cuma bisa menyebar lewat kontak seksual.
"Ini menunjukkan bahwa penularan HPV bukan semata-mata melalui hubungan seksual, tetapi bisa tertular di tempat-tempat umum," Prof. Soedjatmiko menegaskan.
Penyebaran HPV
- Kontak seksual. Ini adalah rute penularan paling umum, yaitu melalui hubungan intim (vaginal, anal, atau oral). HPV membutuhkan kontak kulit ke kulit, tidak selalu melalui cairan tubuh seperti beberapa infeksi seksual lainnya.
- Autoinokulasi. Seperti yang ditunjukkan studi di Tanzania, virus bisa berpindah dari satu bagian tubuh ke bagian lain milik orang yang sama (misalnya dari vagina ke ujung jari) dan kemudian menular ke situs lain atau ke orang lain.
- Kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. HPV dapat berada pada benda atau permukaan, seperti sarung tangan medis, kamar mandi, dan kain, kemudian berpindah melalui kontak fisik.
- Lingkungan (teoritis). Walau belum dipastikan menular melalui air, tetapi deteksi DNA HPV di air limbah menunjukkan potensi bahwa virus bisa “menempel” di lingkungan dan bertahan selama beberapa waktu, memberikan kemungkinan penyebaran horizontal.
Selama ini HPV dikenal sebagai virus yang terutama menyebar melalui hubungan seksual. Namun, bukti dari berbagai studi di beberapa negara menunjukkan bahwa HPV juga bisa ditemukan di lokasi dan situasi lain, bahwa di benda atau tempat umum yang tidak kamu duga.
Karena sebagian besar infeksi HPV tidak bergejala, deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti kanker serviks, kanker anus, atau kanker orofaring. Pemeriksaan rutin (misalnya Pap smear atau tes HPV) membantu menemukan perubahan sel sejak dini, sebelum berkembang menjadi kanker.
Vaksinasi HPV tetap menjadi pencegahan paling efektif. Vaksin dapat melindungi dari tipe HPV yang paling berisiko menyebabkan kanker, dan idealnya diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual. Namun, manfaatnya tetap ada pada usia dewasa, terutama bagi yang belum terpapar semua tipe virus.
Referensi
Maulina, Mira, Shofwal Widad, dan Ardhanu Kusumanto. 2017. "Hubungan antara Human Papilloma Virus High Risk dengan Histopatologi pada Kanker Serviks di RSUP Dr. Sardjito." Tesis Spesialis, Program Studi Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Universitas Gadjah Mada. https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/128946.
Catherine F Houlihan et al., “Human Papillomavirus DNA Detected in Fingertip, Oral and Bathroom Samples From Unvaccinated Adolescent Girls in Tanzania,” Sexually Transmitted Infections 95, no. 5 (January 13, 2019): 374–79, https://doi.org/10.1136/sextrans-2018-053756.
Aida Petca et al., “Non-sexual HPV Transmission and Role of Vaccination for a Better Future (Review),” Experimental and Therapeutic Medicine 20, no. 6 (October 13, 2020): 1, https://doi.org/10.3892/etm.2020.9316.
Adelina Siagian et al., “Semi-quantitative Digital Analysis for Human Papillomavirus Detection From Environmental Specimens,” Althea Medical Journal, September 1, 2020, 105–10, https://doi.org/10.15850/amj.v7n3.1918.
Xiuzhi Duan et al., “Monitoring the Presence of Human Papillomavirus in Public Areas Indicates Non-sexual Transmission of the Virus and Environmental Risk,” BMC Public Health 25, no. 1 (May 23, 2025): 1907, https://doi.org/10.1186/s12889-025-22319-w.


















