Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa kemajuan telah membuat keintiman antara pasangan dengan satu pasangan HIV positif agak lebih aman.
Orang yang secara agresif mengelola HIV mereka dengan obat terapi antiretroviral (ARV) biasanya memiliki tingkat HIV yang lebih rendah dalam darah dan cairan tubuh mereka. Ini juga mengurangi kemungkinan mereka menularkan virus ke orang lain.
Menurut CDC, orang yang mempertahankan viral load “tidak terdeteksi”, yang artinya tingkat HIV dalam darah lebih rendah daripada yang dapat dideteksi dengan teknologi saat ini, hampir tidak memiliki peluang untuk menginfeksi pasangan seksualnya.
Individu yang berisiko tinggi tertular HIV juga dapat menggunakan kombinasi obat-obatan pencegahan yang disebut pre-exposure prophylaxis (PrEP). Obat berbentuk pil ini diminum setiap hari untuk mencegah infeksi HIV. Fungsi obat ini adalah untuk mencegah virus membentuk infeksi permanen di dalam tubuh. PrEP melibatkan minum pil ARV setiap hari dan mengunjungi penyedia layanan kesehatan setiap tiga bulan untuk melakukan tes HIV dan mendapatkan resep obat lagi.
Selain itu, ada pula post-exposure prophylaxis (PEP), yaitu bentuk darurat ARV. Seseorang dapat mendapatkannya jika baru saja berhubungan seks yang mungkin telah menempatkan ia terpaparHIV. Obat PEP harus diminum sesegera mungkin dan tidak lebih dari 72 jam setelah hubungan seks terjadi. Jika tidak, obat ini tidak akan membantu.
Risiko menginfeksi pasangan dengan HIV meningkat jika salah satu pasangan memiliki infeksi menular seksual lainnya, seperti klamidia atau gonore.