Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang perempuan berisitirahat di rumah karena sakit flu.
ilustrasi sakit (freepik.com/benzoix)

Intinya sih...

  • Influenza tipe A merupakan salah satu varian virus influenza yang menyerang saluran pernapasan, mulai dari hidung, tenggorokan, hingga paru-paru.

  • Sebagian besar orang akan pulih dengan sendirinya dalam waktu 7 hingga 10 hari. Dalam beberapa kasus dokter mungkin meresepkan antivirus seperti zanamivir atau oseltamivir.

  • Influenza A dapat berbahaya terutama bagi kelompok berisiko seperti lansia, anak kecil, ibu hamil, dan orang dengan penyakit kronis.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada empat jenis virus influenza, yaitu tipe A, B, C, dan D. Dari keempatnya, virus influenza tipe A dan B adalah yang paling sering beredar dan menjadi penyebab epidemi musiman pada manusia. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI melaporkan angka kasus influenza A meningkat.

Influenza tipe A merupakan salah satu varian virus influenza yang menyerang saluran pernapasan, mulai dari hidung, tenggorokan, hingga paru-paru. Penyakit ini umumnya muncul pada masa peralihan musim, ketika daya tahan tubuh cenderung melemah akibat perubahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dua subtipe utama virus influenza A yang beredar pada manusia adalah H1N1 dan H3N2. Infeksi akibat virus influenza tipe A bisa berkembang menjadi penyakit yang lebih berat dan berpotensi menimbulkan wabah luas di berbagai wilayah.

Lantas, bagaimana cara mengobati infeksi influenza A, apakah sama dengan flu pada umumnya?

Cara mengobati influenza A

Dalam beberapa kasus, gejala influenza A dapat mereda dengan sendirinya, dengan cara cukup beristirahat dan banyak minum cairan. Sebagian besar orang akan pulih dengan sendirinya dalam waktu 7 hingga 10 hari tanpa pengobatan khusus. Namun, pada kasus lain, dokter mungkin meresepkan obat antivirus untuk melawan infeksi tersebut.

Resep antivirus yang umum digunakan meliputi:

  • Zanamivir.

  • Oseltamivir.

  • Peramivir.

Obat-obatan ini dikenal sebagai inhibitor neuraminidase, bekerja dengan menghambat kemampuan virus influenza menyebar dari satu sel ke sel lain, sehingga memperlambat proses infeksi.

Meskipun efektif, tetapi obat-obatan ini dapat menimbulkan efek samping seperti mual dan muntah. Jika itu muncul atau kondisi memburuk, hentikan penggunaan dan segera konsultasikan ke dokter.

Ada juga obat baru bernama baloxavir marboxil. Antivirus ini membantu menghentikan replikasi virus influenza.

Selain itu, obat bebas juga dapat membantu meredakan gejala, seperti parasetamol, ibuprofen, atau obat bebas lainnya. Selalu ikuti petunjuk pada kemasan obat.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala flu antara lain:

  • Banyak beristirahat.

  • Minum cukup cairan untuk mencegah dehidrasi.

  • Menjaga tubuh tetap hangat.

Untuk sakit tenggorokan, tersedia obat kumur, semprotan tenggorokan, atau permen pelega tenggorokan. Beberapa orang juga mendapat manfaat dari minuman hangat atau mengisap es batu.

Hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang tua pada anak yang sakit

ilustrasi orang tua merawat anak sakit (pexels.com/Cottonbro Studio)

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membantu pemulihan anak

  • Buat anak senyaman mungkin dan dorong untuk banyak beristirahat. Jika anak demam, pakaikan pakaian tipis dan jaga suhu ruangan sekitar 20 derajat Celcius.

  • Sering tawarkan cairan dingin. Cairan tambahan dibutuhkan untuk mengganti cairan yang hilang melalui keringat. Jika warna urine anak lebih gelap dari biasanya, berarti ia perlu minum lebih banyak.

  • Anak mungkin tidak ingin makan. Tawarkan makanan ringan yang bergizi.

Pemantauan dan pengobatan gejala

  • Pantau suhu tubuh anak. Untuk meredakan nyeri, pegal otot, atau demam di atas 38,5 derajat Celcius, gunakan parasetamol. Ibuprofen (misalnya Advil, Motrin) dapat digunakan untuk anak usia di atas 6 bulan. Ikuti dosis dan jadwal sesuai petunjuk pada kemasan atau anjuran dokter anak.

  • Jangan berikan asam asetilsalisilat (ASA/Aspirin) atau obat flu yang mengandung ASA pada anak atau remaja dengan influenza, karena dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati (sindrom Reye).

Obat bebas

  • Obat batuk dan pilek tanpa resep sebaiknya tidak boleh diberikan kepada anak di bawah usia 3 tahun kecuali atas resep dokter.

  • Konsultasikan dengan dokter anak sebelum memberikan obat bebas pada anak di bawah 12 tahun, atau pada anak yang sedang minum obat lain atau memiliki penyakit kronis.

  • Selalu baca petunjuk pada label dengan cermat dan jangan melebihi dosis yang dianjurkan.

Batuk dan hidung tersumbat

  • Batuk sebenarnya membantu membersihkan lendir dari dada. Pada anak yang lebih besar dengan batuk kering terus-menerus yang mengganggu tidur, obat dengan dextromethorphan mungkin membantu, meski penelitian menunjukkan manfaatnya terbatas. Dekongestan dan antihistamin tidak efektif untuk menghentikan batuk.

  • Jika bayi kesulitan menyusu karena hidung tersumbat, gunakan alat penyedot lendir karet untuk membersihkan hidung. Tetes atau semprotan saline dapat digunakan bila lendir sangat kental; semprotan biasanya lebih efektif karena menjangkau lebih dalam ke saluran hidung.

  • Humidifier uap dingin dapat membantu anak merasa lebih nyaman. Pastikan alat dibersihkan dan dikeringkan dengan baik agar tidak terkontaminasi bakteri atau jamur. Vaporizer air panas tidak dianjurkan karena berisiko menyebabkan luka bakar.

  • Obat tetes atau semprot hidung yang mengandung obat hanya memberikan kelegaan sementara dan tidak boleh digunakan lebih dari 2–3 hari, karena dapat memperburuk hidung tersumbat. Obat ini juga tidak boleh diberikan pada anak di bawah usia 6 tahun. Dekongestan oral tidak terlalu efektif dan bisa menyebabkan jantung berdebar atau sulit tidur pada anak. Antihistamin tidak efektif untuk influenza.

Antibiotik

  • Influenza tidak dapat diobati dengan antibiotik. Antibiotik hanya digunakan bila anak mengalami komplikasi bakteri, seperti infeksi telinga atau pneumonia.

Meredakan sakit tenggorokan

  • Berkumur dengan air hangat dapat membantu.

  • Untuk anak usia 3 tahun ke atas, mengisap permen keras bebas gula atau pelega tenggorokan yang mengandung madu, herbal, atau pektin juga bisa membantu.

  • Pelega tenggorokan yang mengandung obat bius lokal (seperti dyclonine, benzocaine, hexylresorcinol, menthol, atau phenol) tidak boleh diberikan pada anak kecil, karena dapat memengaruhi kemampuan menelan.

Apakah influenza A berbahaya?

Influenza A merupakan salah satu jenis influenza dengan tingkat bahaya tinggi, terutama bagi kelompok berisiko seperti lansia, anak kecil, dan ibu hamil. Infeksi dapat menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia berat, sepsis, hingga kematian. Karena itu, kelompok berisiko sangat dianjurkan untuk menerima vaksin influenza yang melindungi dari keempat strain virus.

Kelompok berisiko

Mereka yang berpotensi mengalami gejala berat atau komplikasi bila terinfeksi virus influenza A meliputi:

  • Anak-anak di bawah 5 tahun (terutama di bawah 2 tahun).

  • Lansia berusia di atas 65 tahun.

  • Ibu hamil atau ibu pascapersalinan dalam dua minggu pertama.

  • Orang dengan obesitas, dengan berat badan >100 kg atau indeks massa tubuh (IMT) >35 kg/m².

  • Individu dengan disabilitas intelektual yang tidak dapat merawat diri sendiri.

  • Pasien dengan penyakit kronis umum: penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit jantung, gagal ginjal, asma, diabetes, stroke, serta pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi.

  • Individu dengan pneumonia, bronkitis, talasemia, penyakit hati, gangguan imun, serta pasien HIV dengan gejala.

Referensi

"Signs and Symptoms of Type A Influenza." Healthline. Diakses Oktober 2025.

"Influenza (seasonal)" World Health Organization. Diakses Oktober 2025.

"Influenza A: Causes, Symptoms, Treatments, Recovery." MedPark Hospital. Diakses Oktober 2025.

"Flu (influenza)." Healthdirect. Diakses Oktober 2025.

"Influenza Tipe A: Gejala, Mencegah dan Mengobati." Primaya Hospital. Diakses Oktober 2025.

“Influenza in Children,” Paediatrics & Child Health 10, no. 8 (October 1, 2005): 485–87, https://doi.org/10.1093/pch/10.8.485.

Editorial Team