- Nyeri tubuh atau otot.
- Batuk.
- Diare.
- Kelelahan.
- Demam atau menggigil.
- Sakit kepala.
- Mual atau muntah.
- Fotofobia (sensitif terhadap cahaya terang).
- Hidung berair atau tersumbat.
- Sakit tenggorokan.
Kasusnya Meningkat, Apa Itu Influenza A?

- Influenza A adalah virus flu yang sering menyebabkan epidemi musiman dengan gejala demam, batuk, hidung tersumbat/berair, dan kelelahan.
- Sebagian besar kasus bisa sembuh sendiri dengan istirahat cukup, tetapi obat antivirus dapat membantu memperpendek lama sakit dan mencegah komplikasi.
- Pencegahan terbaik meliputi vaksinasi flu tahunan, rutin cuci tangan, dan hindari kontak dekat dengan orang yang mengalami gejala flu.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan kemungkinan meningkatnya kasus influenza A, khususnya subtipe H3N2, yang kini dilaporkan mendominasi di kawasan Asia Tenggara.
Ada empat jenis virus influenza, yaitu A, B, C, dan D. Virus influenza tipe A dan B beredar di masyarakat dan menyebabkan epidemi penyakit musiman. Dalam artikel ini kita akan fokus pada influenza A.
Apa itu influenza A dan subtipenya, H3N2
Influenza A adalah jenis virus influenza yang paling sering menyebabkan wabah flu musiman dan pandemi. Virus ini terus bermutasi, menghasilkan strain baru yang dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah. Influenza A dapat menginfeksi berbagai jenis hewan, termasuk manusia, burung, dan babi.
H3NA, subtipe influenza tipe A
H3N2 adalah salah satu subtipe dari virus influenza A. Meskipun ada beberapa tipe influenza, tetapi hanya influenza A yang dibagi lagi menjadi subtipe.
Virus H3N2 adalah jenis influenza non manusia yang biasanya beredar pada babi, tetapi dapat menular ke manusia. Virus influenza yang umumnya beredar pada babi dikenal sebagai “swine influenza viruses” atau virus flu babi. Jika virus ini menular ke manusia, maka disebut sebagai “virus varian”.
Virus H3N2 diketahui beredar pada babi sejak tahun 2010, dan pertama kali terdeteksi pada manusia pada tahun 2011. Sejak saat itu, virus H3N2 tercatat menyebabkan infeksi pada manusia setiap tahun.
Penyebab, cara penularan, dan faktor risiko
Influenza A terjadi ketika virus menginfeksi jaringan pada saluran pernapasan atas (seperti sinus, mulut, dan tenggorokan) atau saluran pernapasan bawah (paru-paru). Virus ini kemudian berkembang biak di dalam jaringan tersebut dan menimbulkan gejala.
Jenis flu ini sangat mudah menular. Kamu bisa tertular atau menularkannya lewat batuk, bersin, tertawa, atau bahkan saat berbicara dari jarak dekat.
Virus juga dapat menempel pada permukaan benda dan kemudian menyebar ketika orang lain menyentuh permukaan tersebut dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata mereka.
Virus influenza tipe ini juga dikenal sering bermutasi dengan cepat setiap musim flu. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh mungkin tidak langsung mampu melawan bentuk virus yang baru, meskipun kamu sudah pernah sakit flu sebelumnya. Selama beberapa hari, tubuh akan menunjukkan gejala flu sementara sistem imun bekerja keras melawan infeksi.
Gejala
.jpg)
Setiap orang bisa mengalami gejala flu dengan cara yang berbeda. Umumnya, gejala berlangsung antara 7 hingga 10 hari. Namun, pada sebagian orang, gejala bisa bertahan lebih lama atau terasa lebih berat, terutama jika berusia di bawah 18 tahun, di atas 65 tahun, atau memiliki kondisi kesehatan tertentu maupun gangguan autoimun.
Derajat keparahan influenza bervariasi, dari mulai tidak bergejala, gejala ringan, gejala sedang, hingga gejala berat yang butuh perawatan di rumah sakit.
Orang dengan influenza A memang paling menular pada hari ke-1 hingga ke-3 sejak timbul gejala, tetapi penularan bisa terjadi sejak 1 hari sebelum gejala muncul (H-1) hingga sekitar 5–7 hari setelah gejala muncul (H+5 sampai H+7). Pada anak-anak kecil dan orang dengan sistem imun lemah, periode menular bisa lebih lama.
Sementara itu, periode inkubasi berada dalam rentang 1–4 hari.
Gejala umum influenza A
Influenza A terutama menyerang sistem pernapasan, termasuk hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Gejala biasanya muncul secara tiba-tiba dan dapat meliputi:
Gejala berat
Dalam kasus yang lebih parah, influenza A dapat menimbulkan gejala tambahan. Gejala ini jarang terjadi, tetapi bisa menjadi darurat medis:
- Hipotensi (tekanan darah rendah).
- Sesak napas atau kesulitan bernapas.
- Takikardia (detak jantung sangat cepat dan berdebar).
Diagnosis
Dokter umumnya mendiagnosis influenza A melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien. Ini biasanya sudah cukup, terutama saat musim flu.
Jika gejala berlangsung lama atau mirip dengan penyakit lain (misalnya COVID-19), dokter dapat meminta pemeriksaan laboratorium tambahan.
Beberapa tes penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
- Rontgen dada: untuk menyingkirkan infeksi bakteri atau pneumonia.
- Imunofluoresensi: mendeteksi virus flu dan virus lain dengan mikroskop khusus dari sampel sinus atau tenggorokan.
- Tes PCR: mengidentifikasi virus flu dari sampel jaringan, hasil keluar dalam 45 menit hingga beberapa jam.
- Tes antigen cepat: mendeteksi virus dari sampel hidung atau tenggorokan, hasil bisa keluar dalam ±15 menit.
- Rapid molecular assay: mendeteksi materi genetik virus dari usapan hidung/tenggorokan, hasil dalam 15–30 menit.
Pengobatan
Ada obat resep khusus berupa antivirus flu. Pengobatan segera sangat penting untuk mencegah komplikasi serius akibat flu, termasuk rawat inap hingga kematian.
Kelompok yang berisiko tinggi mengalami komplikasi flu dan disarankan segera mendapat terapi antivirus meliputi:
- Orang dewasa usia 65 tahun ke atas.
- Pasien yang dirawat di rumah sakit karena flu atau dengan kondisi flu yang semakin memburuk.
- Pasien dengan penyakit kronis tertentu.
- Anak-anak usia di bawah 5 tahun (terutama yang berusia di bawah 2 tahun).
- Ibu hamil.
- Pasien yang sedang menjalani kemoterapi.
- Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya akibat HIV atau kondisi medis lainnya.
Obat antivirus flu tidak dijual bebas, hanya tersedia dengan resep dokter.
Pengobatan flu dengan antivirus dapat memperpendek lama sakit dan membantu mencegah komplikasi serius, seperti pneumonia. Obat ini paling efektif bila diminum dalam 48 jam pertama sejak gejala muncul, meski tetap bisa bermanfaat bila diberikan lebih lambat. Antivirus flu dinilai aman dan efektif.
Empat jenis antivirus yang disetujui untuk mengobati flu antara lain: oseltamivir phosphate (oral), zanamivir (inhalasi), baloxavir marboxil (oral), dan peramivir (intravena, hanya untuk pasien rawat inap).
Hanya oseltamivir oral yang direkomendasikan untuk ibu hamil. Pemilihan obat terbaik ditentukan oleh tenaga kesehatan sesuai usia dan kondisi pasien.
Kapan harus segera berobat?
Pasien dengan risiko tinggi sebaiknya segera menghubungi tenaga kesehatan saat muncul gejala flu pertama kali, seperti:
- Demam (meski pada lansia demam bisa tidak terlalu jelas).
- Nyeri otot, badan, atau sakit kepala.
- Menggigil.
- Lemas atau cepat lelah.
- Batuk, pilek/hidung tersumbat, atau sakit tenggorokan.
- Pada sebagian orang, terutama anak-anak: mual, muntah, atau diare.
Sebagian besar orang akan sembuh dari flu dengan sendirinya. Namun, orang dengan gejala berat atau memiliki kondisi medis tertentu sebaiknya segera mencari pertolongan medis.
Bagi yang mengalami gejala ringan, langkah yang dianjurkan adalah:
- Tetap di rumah untuk mencegah menularkan ke orang lain.
- Istirahat cukup.
- Perbanyak minum cairan.
- Atasi gejala lain, misalnya demam.
- Segera ke dokter jika gejala memburuk.
Komplikasi yang dapat terjadi

Meskipun sebagian besar kasus influenza A dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi virus ini dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada kelompok berisiko tinggi seperti:
- Lansia.
- Anak kecil
- Perempuan hamil.
- Orang dengan kondisi medis kronis (seperti penyakit jantung, paru-paru, diabetes, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah).
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
Infeksi telinga: Respons imun terhadap influenza A dapat menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan di saluran eustachius (saluran yang menghubungkan bagian belakang tenggorokan dengan telinga tengah). Cairan ini dapat memicu pertumbuhan bakteri dan menyebabkan infeksi telinga.
Ensefalitis: Peradangan pada otak akibat respons imun. Influenza A juga dapat memengaruhi sistem saraf pusat.
Miokarditis: Peradangan pada otot jantung akibat respons imun, yang dapat menimbulkan nyeri dada dan kesulitan bernapas.
Miositis: Respons imun yang terlalu aktif dapat menyebabkan peradangan otot, dengan gejala berupa nyeri, otot terasa lunak, dan kelemahan otot.
Pneumonia: Influenza A dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga lebih rentan terhadap infeksi bakteri sekunder. Pneumonia, yang menyerang paru-paru, merupakan salah satu komplikasi sekunder paling umum pada penderita flu.
Sepsis: Reaksi berat dan mengancam jiwa akibat infeksi ketika kuman masuk ke dalam aliran darah. Sepsis dapat menyebabkan kerusakan organ dan berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
Sinusitis: Influenza A dapat menyebabkan hidung tersumbat dan peradangan pada sinus, yang kemudian memicu pertumbuhan bakteri dan menimbulkan infeksi sinus.
Cara mencegah influenza A
Cara terbaik untuk mencegah influenza A adalah dengan:
Mendapatkan vaksinasi: Vaksin influenza adalah cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit ini, direkomendasikan untuk semua orang berusia 6 bulan ke atas.
- Menjaga kebersihan: Sering cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah batuk atau bersin.
- Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin: Gunakan tisu atau siku bagian dalam untuk menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin.
- Menghindari kerumunan: Hindari tempat-tempat yang ramai, terutama saat musim flu.
- Istirahat yang cukup: Membantu tubuh melawan infeksi.
Referensi
"Statistik Resmi Laporan Pengawasan Kasus Influenza dan COVID-19 : 18 Oct (Minggu ke 42) Diperbaharui 18 Oct 2025." Kemenkes RI. Diakses Oktober 2025.
"Influenza (seasonal)." World Health Organization. Diakses Oktober 2025.
"Influenza A: Ancaman Global yang Berulang." RS Pusat Pertamina. Diakses Oktober 2025.
"Types of Influenza Viruses." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Oktober 2025.
Boktor, Sameh W., and John W. Hafner. 2023. “Influenza.” StatPearls - NCBI Bookshelf. January 23, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459363/.
"About Influenza." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Oktober 2025.
"What To Know About Influenza A." Health. Diakses Oktober 2025.
"Influenza (Flu) Treatment." National Foundation for Infectious Diseases. Diakses Oktober 2025.
Mario Karolyi et al., “Is There a Clinical Difference Between Influenza a and B Virus Infections in Hospitalized Patients?,” Wiener Klinische Wochenschrift 131, no. 15–16 (June 18, 2019): 362–68, https://doi.org/10.1007/s00508-019-1519-0.
Influenza A adalah jenis virus flu yang paling sering menyebabkan epidemi musiman. Penyakit ini sangat mudah menular dan biasanya menimbulkan gejala seperti demam, batuk, hidung tersumbat/berair, dan kelelahan.
Sebagian besar kasus bisa sembuh sendiri dengan istirahat cukup. Namun, obat antivirus dapat membantu memperpendek lama sakit dan mencegah komplikasi.
Langkah pencegahan terbaik meliputi vaksinasi flu tahunan, rutin cuci tangan, dan hindari kontak dekat dengan orang yang mengalami gejala flu.