Wabah besar virus chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk kini menyebar cepat dari tiga pulau di Samudra Hindia menuju Afrika, sementara beberapa bagian Asia Tenggara juga sedang menghadapi lonjakan kasus serupa. Peringatan ini disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (22/7/2025), dilansir Health Policy Watch.
Diana Rojas Alvarez, pakar arbovirus WHO, menjelaskan bahwa sekitar dua pertiga penduduk Pulau Réunion (wilayah Prancis di Samudra Hindia) sudah terinfeksi chikungunya selama setahun terakhir. Wabah besar juga tercatat di Mayotte dan Mauritius.
Ia mengingatkan, dua puluh tahun lalu, wabah global besar yang menginfeksi sekitar setengah juta orang juga bermula dari pulau-pulau di Samudra Hindia.
“Sama seperti 20 tahun lalu, virus ini sekarang menyebar ke negara-negara lain seperti Madagaskar, Somalia, dan Kenya. Penularan epidemik juga terjadi di Asia Tenggara – di India, Sri Lanka, Bangladesh, dan lainnya,” ungkapnya dalam jumpa pers di Jenewa.
Sejak awal tahun, Pulau Réunion sudah melaporkan 54.410 kasus chikungunya dengan 2.860 kunjungan ke unit gawat darurat, 578 kasus harus dirawat di rumah sakit, dan 28 orang meninggal dunia. Beberapa kasus terbaru juga terdeteksi di Prancis dan Italia pada orang-orang yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke pulau-pulau tersebut. Di Eropa, diagnosis chikungunya bisa memakan waktu karena sebagian besar dokter belum terbiasa menangani penyakit tropis ini.
Virus chikungunya menular lewat gigitan nyamuk Aedes. Uniknya, orang yang terinfeksi bisa menularkan virus kembali ke nyamuk yang menggigitnya, membuat penyebaran jadi sangat cepat. Virus ini pertama kali muncul di Amerika (Pulau St. Martin) pada 2013 dan hanya dalam setahun sudah menginfeksi lebih dari satu juta orang di wilayah tersebut.