Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi virus chikungunya dan nyamuk Aedes aegypti (flickr.com/NIAID)
ilustrasi virus chikungunya dan nyamuk Aedes aegypti (flickr.com/NIAID)

Intinya sih...

  • Wabah virus chikungunya menyebar dari Samudra Hindia ke Afrika dan Asia Tenggara, menginfeksi puluhan ribu orang di Pulau Réunion dan menimbulkan risiko global.

  • Gejala chikungunya meliputi demam tinggi, nyeri sendi hebat, ruam kulit, dan rasa lelah yang berat, dengan sekitar 40 persen pasien mengalami gangguan sendi jangka panjang.

  • Pencegahan penularan chikungunya dilakukan dengan memakai obat antinyamuk, pakaian tertutup, pengendalian genangan air, serta dukungan WHO dalam diagnosis dan pengendalian nyamuk.

Wabah besar virus chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk kini menyebar cepat dari tiga pulau di Samudra Hindia menuju Afrika, sementara beberapa bagian Asia Tenggara juga sedang menghadapi lonjakan kasus serupa. Peringatan ini disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (22/7/2025), dilansir Health Policy Watch.

Diana Rojas Alvarez, pakar arbovirus WHO, menjelaskan bahwa sekitar dua pertiga penduduk Pulau Réunion (wilayah Prancis di Samudra Hindia) sudah terinfeksi chikungunya selama setahun terakhir. Wabah besar juga tercatat di Mayotte dan Mauritius.

Ia mengingatkan, dua puluh tahun lalu, wabah global besar yang menginfeksi sekitar setengah juta orang juga bermula dari pulau-pulau di Samudra Hindia.

“Sama seperti 20 tahun lalu, virus ini sekarang menyebar ke negara-negara lain seperti Madagaskar, Somalia, dan Kenya. Penularan epidemik juga terjadi di Asia Tenggara – di India, Sri Lanka, Bangladesh, dan lainnya,” ungkapnya dalam jumpa pers di Jenewa.

Sejak awal tahun, Pulau Réunion sudah melaporkan 54.410 kasus chikungunya dengan 2.860 kunjungan ke unit gawat darurat, 578 kasus harus dirawat di rumah sakit, dan 28 orang meninggal dunia. Beberapa kasus terbaru juga terdeteksi di Prancis dan Italia pada orang-orang yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke pulau-pulau tersebut. Di Eropa, diagnosis chikungunya bisa memakan waktu karena sebagian besar dokter belum terbiasa menangani penyakit tropis ini.

Virus chikungunya menular lewat gigitan nyamuk Aedes. Uniknya, orang yang terinfeksi bisa menularkan virus kembali ke nyamuk yang menggigitnya, membuat penyebaran jadi sangat cepat. Virus ini pertama kali muncul di Amerika (Pulau St. Martin) pada 2013 dan hanya dalam setahun sudah menginfeksi lebih dari satu juta orang di wilayah tersebut.

Risiko jangka panjang dan upaya pencegahan

ilustrasi ruam pada penyakit chikungunya (commons.wikimedia.org/Nsaa)

Gejala chikungunya muncul tiba-tiba dengan demam tinggi, nyeri sendi hebat, nyeri otot, ruam kulit, dan rasa lelah yang sangat berat.

“Biasanya nyeri sendi hanya berlangsung beberapa hari, tapi sekitar 40 persen pasien bisa mengalami gangguan sendi jangka panjang yang bertahan berbulan-bulan, bahkan tahunan,” jelas Diana.

Sejak pertama kali terdeteksi di Tanzania pada 1950-an, chikungunya kini sudah menyebar ke 119 negara, dengan sekitar 5,6 miliar orang tinggal di wilayah yang berisiko tertular.

“Belum terlambat untuk mencegah penularan dan penyebaran lebih luas,” tegas Diana.

Karena chikungunya belum memiliki obat khusus, cara terbaik adalah mencegah gigitan nyamuk. Pencegahan bisa dilakukan dengan rutin memakai obat antinyamuk, mengenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, memasang kawat kasa pada jendela dan pintu, serta menyingkirkan genangan air di ember, ban bekas, pot bunga, atau tempat lain yang bisa menjadi sarang nyamuk.

Dua vaksin chikungunya memang sudah disetujui di beberapa negara, tetapi WHO belum merekomendasikannya untuk penggunaan global karena masih menunggu data efektivitas lebih lanjut. Tim ahli WHO kini sedang mempelajari data uji klinis dan laporan lapangan agar bisa memberi panduan resmi.

Sementara itu, WHO terus mendukung negara-negara anggota dengan memperkuat diagnosis di laboratorium, komunikasi risiko, edukasi masyarakat, pelatihan tenaga medis, serta pengawasan dan pengendalian nyamuk.

Referensi

"Outbreak of Chikungunya Virus Poses Global Risk, Warns WHO." Science Alert. Diakses Juli 2025.

"Chikungunya Outbreak Spreads from Indian Ocean Islands, Posing Global Risk." Health Policy News. Diakses Juli 2025.

Editorial Team