ilustrasi anak laki-laki akan minum obat (pexels.com/Thirdman)
Sebelum melangkah pada tahap pengobatan dan perawatan, individu dengan chromhidrosis akan menjalani sejumlah prosedur medis untuk memastikan diagnosis. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik dan merekomendasikan jenis tes tertentu untuk mengesampingkan penyebab lain terkait kondisi medis tersebut.
Pengobatan bagi pasien chromhidrosis bergantung pada tipe yang diidap pasien, di antaranya yakni:
- Pasien dengan diagnosis apocrine chromhidrosis diberikan perawatan yang bertujuan untuk mengurangi produksi jumlah keringat pada tubuh. Opsi perawatannya mencakup botulinum toxin atau botoks, mengoleskan krim kapsaisin, atau pemberian antiperspiran.
- Pada kasus eccrine chromhidrosis, fokus perawatannya adalah mengurangi paparan penyebabnya, seperti mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung logam berat atau pewarna dan perasa sintesis.
- Sementara itu, pasien dengan pseudochromhidrosis mungkin akan mendapatkan obat antimikroba atau menghentikan jenis pengobatan tertentu dengan harapan bakteri alami kulit dapat menyeimbangkan diri kembali.
Sebuah tinjauan medis bertajuk Review of Reported Cases of Chromhidrosis menunjukkan, opsi pengobatan di atas sifatnya masih terbatas dan kemungkinan tidak begitu efektif. Oleh karena itu, para ahli menegaskan perlunya penelitian lanjutan untuk menguak perawatan yang paling efektif untuk mengelola chromhidrosis.
Chromhidrosis adalah kondisi kronis langka yang menyebabkan produksi keringat menjadi berwarna (hitam, kuning, cokelat, biru, atau hijau). Warna yang dihasilkan memang tidak kontras dan mungkin terbatas pada area tubuh tertentu.
Meskipun kondisi ini tidak berbahaya, orang yang merasa mengalami chromhidrosis sebaiknya berkonsultasi pada dokter untuk memastikan keakuratan diagnosis. Dengan demikian, pengobatan dapat dilakukan secara tepat.