Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kaki bengkak (freepik.com/freepik)
ilustrasi kaki bengkak (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Insufisiensi vena kronis disebabkan oleh kerusakan katup pembuluh darah, bekuan darah di vena dalam kaki, tumor panggul, dan malformasi vaskular.

  • Faktor risiko insufisiensi vena kronis meliputi obesitas, usia di atas 50 tahun, riwayat keluarga, perokok, varises, dan kurang berolahraga.

  • Gejala insufisiensi vena kronis termasuk pembengkakan kaki, sakit atau kelelahan di kaki, varises baru, kulit kaki tampak kasar, dan ulkus stasis vena.

Pada 17 Juli 2025, Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Donald Trump didiagnosis mengalami kondisi insufisiensi vena kronis (chronic venous insufficiency/CVI) setelah ia menyadari ada pembengkakan di kakinya.

Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menjelaskan bahwa Presiden Trump yang kini berusia 79 tahun menjalani pemeriksaan ultrasound kaki, yang menunjukkan adanya gangguan aliran darah di pembuluh vena. Kabar baiknya, Presiden Trump tidak mengalami komplikasi serius seperti deep vein thrombosis (DVT) atau penggumpalan darah di vena dalam. Hasil echocardiogram juga memastikan bahwa jantungnya dalam kondisi normal, baik dari segi struktur maupun fungsinya.

Insufisiensi vena kronis sendiri adalah kondisi ketika pembuluh darah vena tidak mampu mengalirkan darah kembali ke jantung dengan optimal, sehingga darah menumpuk di kaki dan menyebabkan bengkak. Meski sering dianggap sepele, tetapi kondisi ini bisa mengganggu aktivitas dan memicu masalah kesehatan lain jika tidak ditangani dengan benar.

Dalam artikel ini, akan dibahas fakta insufisiensi vena kronis, penyebabnya, gejala, risiko, dan cara mengatasinya.

1. Penyebab insufisiensi vena kronis

Vena atau pembuluh darah balik mengembalikan darah ke jantung dari semua organ tubuh. Untuk mencapai jantung, darah perlu mengalir ke atas dari pembuluh darah di kaki. Otot betis dan otot kaki perlu berkontraksi pada setiap langkah untuk menekan pembuluh darah dan mendorong darah ke atas. Untuk menjaga darah mengalir ke atas, tidak mundur, vena memiliki katup satu arah.

Insufisiensi vena kronis terjadi ketika katup ini rusak, memungkinkan darah bocor ke belakang. Kerusakan katup dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan, duduk atau berdiri terlalu lama, atau kombinasi dari penuaan dan penurunan mobilitas. Ketika vena dan katup melemah ke titik di mana darah sulit mengalir ke jantung, tekanan darah di vena tetap tinggi untuk jangka waktu yang lama, yang mengarah ke insufisiensi vena kronis.

Insufisiensi vena kronis paling sering terjadi sebagai akibat dari bekuan darah di vena dalam kaki, penyakit yang dikenal sebagai deep vein thrombosis (DVT). Kondisi ini juga merupakan hasil dari tumor panggul dan malformasi vaskular, dan kadang terjadi karena alasan yang tidak diketahui. Kegagalan katup di pembuluh darah kaki untuk menahan darah melawan gravitasi menyebabkan gerakan lambat darah keluar dari pembuluh darah, mengakibatkan kaki bengkak.

Insufisiensi vena kronis yang berkembang sebagai akibat dari DVT juga dikenal sebagai sindrom pascatrombotik. Sebanyak 30 persen orang yang pernah mengalami DVT akan mengalami sindrom pascatrombotik dalam waktu lima tahun, walaupun gejalanya dapat muncul hingga 20 tahun setelah gumpalan awal.

Selain itu, sebuah studi melaporkan bahwa 20 hingga 50 persen pasien DVT dapat mengalami sindrom pascatrombotik, dengan 5 persen mengalami bentuk yang parah.

2. Faktor risiko insufisiensi vena kronis

Perempuan diketahui lebih mungkin mengalami insufisiensi vena kronis dibanding laki-laki (berhubungan dengan kadar hormon progesteron). Risikonya pun meningkat bila kamu:

  • Obesitas.

  • Usia di atas 50 tahun.

  • Sedang hamil atau hamil lebih dari satu kali.

  • Ada riwayat insufisiensi vena kronis dalam keluarga.

  • Memiliki riwayat pembekuan darah.

  • Perokok.

  • Mengalami varises.

  • Memiliki kondisi flebitis, yaitu pembengkakan vena superfisial.

  • Tekanan darah tinggi pada pembuluh kaki dari waktu ke waktu, akibat duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama.

  • Mengalami kerusakan pada kaki karena cedera, operasi, atau pembekuan darah sebelumnya.

  • Kurang atau jarang berolahraga.

  • Bekuan darah di vena dalam, seringnya di betis atau paha (DVT).

3. Gejala insufisiensi vena kronis

Insufisiensi vena kronis ringan, dengan peningkatan pigmentasi pada tungkai bawah. (commons.wikimedia.org/James Heilman, MD)

Tingkat keparahan insufisiensi vena kronis, bersama kompleksitas pengobatan, meningkat seiring perkembangan penyakit. Itulah kenapa sangat penting untuk berobat ke dokter jika kamu memiliki salah satu gejalanya. Makin dini didiagnosis dan mendapat pengobatan, makin baik pula peluangnya untuk mencegah komplikasi serius.

Gejala-gejalanya meliputi:

  • Pembengkakan di kaki bagian bawah dan pergelangan kaki, terutama setelah lama berdiri.

  • Sakit atau kelelahan di kaki.

  • Varises baru.

  • Kulit kaki tampak kasar.

  • Ulkus stasis vena (luka terbuka yang terjadi pada kaki bagian bawah atau pergelangan kaki akibat masalah sirkulasi darah vena yang kronis).

  • Kulit kaki terkelupas atau gatal.

Bila tidak diobati, tekanan dan pembengkakan meningkat hingga pembuluh darah terkecil di kaki (kapiler) pecah. Saat ini terjadi, kulit di atasnya berubah warna menjadi cokelat kemerahan dan sangat sensitif untuk rusak jika terbentur atau tergores.

Kapiler yang pecah dapat menyebabkan peradangan jaringan lokal dan kerusakan jaringan internal pada kasus minimal. Paling parahnya, ini bisa menyebabkan ulkus atau borok, luka terbuka di permukaan kulit. Ulkus stasis vena ini bisa sulit disembuhkan dan bisa terinfeksi. Bila infeksi tidak terkontrol, maka dapat menyebar ke jaringan sekitarnya (selulitis).

Insufisiensi vena kronis sering dikaitkan dengan varises, yaitu pembuluh darah vena yang membengkak, membesar, dan seringnya tampak berkelok-kelok di bawah permukaan kulit. Ini dapat muncul di mana saja, tetapi paling sering di kaki.

4. Tahapan penyakit insufisiensi vena kronis

Insufisiensi vena kronis terbagi ke dalam tiga kategori, tergantung tingkat keparahan gejala. 

  • Tahap 1: Pembengkakan dan perubahan pigmentasi kulit menjadi ciri tahap ini.

  • Tahap 2: Pembengkakan, perubahan pigmentasi kulit, dan dermatitis adalah ciri tahap ini.

  • Tahap 3: Pembengkakan, perubahan pigmentasi kulit, varises, dan ulkus menjadi ciri tahap ini.

Insufisiensi vena dapat menyebabkan hipertensi vena kronis, yaitu kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi di pembuluh darah kaki. Gumpalan darah atau penyumbatan lain di pembuluh darah juga dapat menyebabkannya.

Jika tidak diobati, hipertensi vena kronis dapat menyebabkan kelainan pada kapiler di dalam jaringan kaki, yang mengakibatkan ulserasi, pembengkakan, dan hiperpigmentasi. Ini adalah kondisi ketika bercak kulit menjadi lebih gelap dari biasanya.

5. Diagnosis insufisiensi vena kronis

Langkah pertama untuk mendiagnosis insufisiensi vena kronis adalah dengan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan meninjau riwayat kesehatan pasien dan status kesehatan saat ini. Prosedur diagnosisnya dapat meliputi:

  • Venogram: Pemeriksaan dengan sinar-X untuk memeriksa bagaimana darah mengalir melalui pembuluh darah. Ini membutuhkan penyuntikan bahan kontras ke dalam vena. Dokter menggunakan tes diagnostik ini untuk menemukan bekuan darah dan mengevaluasi varises.

  • Duplex ultrasound: Memeriksa kecepatan dan aliran darah melalui vena dan arteri.

Tes lainnya yang mungkin dibutuhkan termasuk CT scan, MRI, dan tes darah.

6. Pengobatan insufisiensi vena kronis

ilustrasi stoking kompresi (flickr.com/Marco Verch)

Perawatan terbaik untuk insufisiensi vena kronis bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor sebelum memutuskan pengobatan terbaik. Beberapa faktor ini termasuk penyebab dan gejala, serta usia dan status kesehatan pasien.

Perawatan untuk insufisiensi vena kronis dapat meliputi:

1. Obat-obatan

Dokter mungkin meresepkan obat yang meningkatkan aliran darah melalui pembuluh darah. Beberapa obat yang dapat membantu mengobati insufisiensi vena meliputi:

  • Obat diuretik, yang merupakan obat yang menghilangkan kelebihan cairan dari tubuh.

  • Pentoxifylline, yang mengurangi peradangan dan meningkatkan aliran darah.

  • Pengencer darah atau antikoagulan, yang mencegah pembekuan darah.

2. Pengobatan rumahan

Gejala insufisiensi vena kronis juga bisa ditangani di rumah dengan metode ini:

  • Menggunakan stoking kompresi, yaitu stoking elastis khusus yang memberikan tekanan pada tungkai bawah dan kaki. Penggunaannya membantu mengurangi pembengkakan dan meningkatkan aliran darah.

  • Mengangkat kaki di atas jantung (elevasi). Ini membantu menarik darah dari kaki ke jantung.

  • Menjaga kebersihan kulit yang baik. Orang dengan insufisiensi vena dapat mengembangkan masalah kulit seperti dermatitis, selulitis, atau atrophie blanche (atrofi putih).

Orang dengan insufisiensi vena dapat merawat kulit dengan cara-cara berikut ini:

  • Menjaganya kulit tetap lembap agar tidak kering atau bersisik.

  • Rutin eksfoliasi untuk mengangkat sel kulit mati.

  • Mengoleskan salep topikal sesuai anjuran dokter.

3. Prosedur nonbedah

Metode nonbedah berikut dapat membantu mengobati insufisiensi vena:

  • Ablasi: Dalam beberapa kasus, dokter akan merekomendasikan penghancuran pembuluh darah yang rusak lewat prosedur ablasi, dengan menerapkan panas atau bahan kimia.

  • Skleroterapi: Dokter akan menyuntikkan cairan atau larutan busa ke dalam vena yang rusak. Vena bereaksi terhadap larutan dan pembengkakan mengecil. Kemudian, tubuh menyerap vena dan mengarahkan darah ke vena sehat lainnya.

  • Phlebectomy: Prosedur invasif minimal yang mana dokter menghilangkan varises melalui tusukan kecil di kulit.

  • Terapi laser: Dokter menggunakan laser untuk menutup pembuluh darah yang rusak.

4. Prosedur operasi

Orang dengan kasus insufisiensi vena yang serius mungkin memerlukan pembedahan. Beberapa prosedur bedah yang mengobatinya meliputi:

  • Memperbaiki pembuluh darah atau katup yang rusak.

  • Pengupasan atau menghilangkan pembuluh darah yang rusak.

  • Menanamkan tabung jala kecil (stent) untuk memperlebar vena.

  • Ligasi, yakni dokter akan mengikat pembuluh darah melalui sayatan kecil di kulit.

  • Transplantasi vena, yaitu dokter mengganti vena yang bermasalah dengan vena yang sehat dari bagian tubuh lain.

7. Pencegahan insufisiensi vena kronis

Kabar baiknya, kamu dapat mengurangi risiko mengembangkan insufisiensi vena kronis, misalnya dengan:

  • Menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang.

  • Tidak merokok atau segera berhenti merokok.

  • Rutin berolahraga.

  • Hindari mengenakan pakaian yang ketat seperti ikat pinggang.

  • Kurangi berat badan bila kelebihan berat badan.

  • Hindari duduk atau berdiri terlalu lama.

8. Komplikasi yang mungkin terjadi dari insufisiensi vena kronis

ilustrasi trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis/DVT (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Insufisiensi vena kronis bisa memicu beberapa komplikasi seperti:

  • Luka vena kronis: Luka terbuka yang susah sembuh di kaki karena aliran darah yang buruk.

  • DVT: Penggumpalan darah di pembuluh vena dalam, yang bisa berbahaya.

  • Selulitis berulang: Infeksi kulit yang sering kambuh di area kaki.

  • Lipodermatosklerosis: Penebalan dan pengerasan kulit di sekitar area betis akibat peradangan jangka panjang.

  • Limfedema sekunder: Pembengkakan kaki akibat penumpukan cairan getah bening.

  • Dermatitis stasis: Peradangan kulit karena aliran darah vena yang buruk.

  • Nyeri kronis: Rasa sakit yang menetap di area kaki.

  • Tromboflebitis superfisial: Peradangan dan penggumpalan darah di pembuluh vena dekat permukaan kulit.

  • Perdarahan sekunder: Pendarahan dari pembuluh darah yang melemah.

  • Atrophie blanche: Bercak putih di kulit kaki akibat jaringan kulit yang rusak.

  • Kaku sendi pergelangan kaki: Kekakuan pada pergelangan kaki karena jaringan parut yang terbentuk dari luka kronis.

Masalah pada pembuluh darah vena bukan sekadar persoalan penampilan. Kondisi seperti insufisiensi vena kronis bisa makin parah seiring waktu dan berdampak besar pada kenyamanan hidup. Ini merupakan kondisi ketika pembuluh darah vena kesulitan mengalirkan darah dari kaki kembali ke jantung. Masalah ini bisa menyebabkan gejala seperti nyeri, pembengkakan, munculnya varises, dan lainnya.

Tujuan pengobatan adalah memperlancar aliran darah kembali ke jantung. Caranya bisa melalui perawatan mandiri, obat-obatan, prosedur medis, atau pembedahan—tergantung tingkat keparahan dan saran dokter.

Editorial Team