Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasien obesitas yang sedang mengikuti program diet (pexels.com/Andres  Ayrton)
ilustrasi pasien obesitas yang sedang mengikuti program diet (pexels.com/Andres Ayrton)

Seseorang disebut obesitas bila nilai/angka indeks massa tubuhnyaq (IMT) menunjukkan 30 atau lebih. Obesitas menyebabkan gangguan kesehatan dan salah satunya adalah gangguan pada organ empedu.

Gangguan pada organ empedu meliputi batu empedu, pembengkakan atau kolesistitis, hingga kanker. Batu empedu dan kolesistitis adalah dua penyakit yang paling sering terjadi pada orang dengan kondisi obesitas dan mereka yang menjalani operasi bariatrik. Apa sebabnya dan adakah cara untuk mencegahnya? Simak penjelasannya di sini.

1. Obesitas menyebabkan naiknya kadar kolesterol dan meningkatkan risiko batu empedu

ilustrasi organ hati (pixabay.com/LillyCantabile)

Dilansir WebMD, setiap ekstra 10 pon atau 4,5 kilogram (kg) berat badan menyebabkan tubuh memproduksi ekstra 10 miligram (mg) kolesterol setiap harinya. Faktor inilah yang menyebabkan orang yang diabetes rentan untuk mempunyai kolesterol tinggi.

Cairan empedu terdapat di dalam empedu yang dibuat dan dikeluarkan oleh organ hati. Fungsi dari cairan ini adalah untuk menguraikan lemak menjadi asam lemak untuk membantu proses pencernaan.

Makin tinggi kolesterol, makin sulit cairan empedu untuk menguraikannya. Akibatnya, ekstra kolesterol yang tidak dapat diuraikan tersebut berubah menjadi batu. Kondisi ini menjelaskan mengapa orang yang obesitas mudah terkena mengembangkan batu empedu.

2. Obesitas menyebabkan kantong empedu membengkak dan gangguan pada saluran empedu

ilustrasi seseorang sedang sakit perut (freepik.com/jcomp)

Dikutip Rare Diseases, 80 persen dari kondisi batu empedu tidak bergejala, tetapi batu yang menghalangi jalur di saluran empedu akan membuat kantong empedu membengkak. Pembengkakan ini menyebabkan orang yang bersangkutan merasakan sakit pada perut bagian kanan atau belakang.

Menambahkan dari Cleveland Clinic, obesitas juga meningkatkan risiko gangguan pada aliran empedu (kolestasis). Kolestatis terjadi karena saluran empedu tertutup oleh batu sehingga cairan empedu tidak bisa mengalir.

3. Berat badan yang turun terlalu cepat usai operasi bariatrik dan diet rendah kalori berpotensi memicu batu empedu

ilustrasi penurunan berat badan secara pesat seusai operasi bariatrik (pexels.com/SHVETS production)

Mengutip sebuah laporan ilmiah dalam jurnal Therapeutic Advances in Gastrointestinal Endoscopy tahun 2022, sebanyak 28,9 persen dari pasien yang sudah menjalani operasi bariatrik mempunyai batu empedu. Kemudian, sebanyak 15,7 persen dari mereka yang mempunyai batu empedu akan merasakan gejala 3 tahun setelah operasi bariatrik.

Dilansir Bariatric Services New Beginning, kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan berat badan yang drastis dan perubahan pada sirkulasi asam empedu (bile acid) setelah operasi.

Batu empedu juga bisa terjadi pada mereka yang mengikuti diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan dalam waktu singkat. Penurunan berat badan yang terjadi sangat cepat atau secara drastis akan mengganggu kantong empedu dalam proses pengosongan.

4. Pencegahan dengan mengonsumsi obat atau mengikuti prosedur kolesistektomi setelah operasi bariatrik

ilustrasi seseorang akan meminum obat (pexels.com/RonLach)

Kolesistektomi adalah operasi untuk mengeluarkan atau mengangkat kantong empedu pada pasien yang mempunyai batu empedu. Mengutip artikel dalam laman Upper GI Surgery Australia, kolesistektomi disarankan untuk pasien yang didapati mempunyai batu empedu sesudah menjalani operasi bariatrik.

Alternatif lain adalah dengan mengonsumsi obat yaitu ursodeoxycholic acid (UDCA) atau ursodiol. UDCA adalah salah satu asam empedu untuk mencegah pembentukan batu empedu pada pasien obesitas yang diharapkan akan mengalami penurunan berat badan secara drastis, misalnya sesudah operasi bariatrik.

Menurut laporan dari jurnal Therapeutic Advances in Gastrointestinal Endoscopy tahun 2022, dosis 500 mg UDCA yang diminum setiap hari dapat mencegah pembentukan batu empedu pada pasien bariatrik selama 1 dan 2 tahun sesudah operasi.

Efek samping dari UDCA adalah diare, dan biasanya hanya dialami oleh 2 hingga 9 persen pasien.

5. Menjalani program diet dengan benar

ilustrasi pola diet yang kaya akan vitamin C (pixabay.com/Silvia)

Kalau kamu sedang berusaha untuk menurunkan berat badan, apalagi target penurunannya besar, sebaiknya konsultasi dengan dokter gizi untuk memperoleh hasil yang maksimal dan aman buat tubuh.

Dilansir Everyday Health, penurunan berat badan yang ideal adalah yang perlahan namun stabil. Keseimbangan porsi dan nutrisi makanan dapat mengurangi 

Keseimbangan porsi dan nutrisi makanan dapat mengurangi risiko mengalami batu empedu. Contoh konsumsi makanan yang benar yaitu adanya keseimbangan porsi di buah, sayur, makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal seperti kacang dan alpukat dan sedikit daging merah. Dokter gizi dapat membantu mereka yang mempunyai obesitas untuk mengatur pola diet yang baik sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Itulah dampak obesitas bagi kesehatan empedu, yang semuanya berawal dari ekstra kolesterol yang tidak teruraikan di dalam kantong empedu. Seseorang atau pasien obesitas yang hendak menjalani operasi bariatrik sebaiknya berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter untuk mencegah risiko gangguan batu empedu. Selain itu, saat menjalani diet sebaiknya diimbangi dengan olahraga dan dipantau oleh dokter gizi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team