Banjir bandang dan longsor melanda Aceh, Sumatra Utara, dan beberapa wilayah Sumatra Barat pada akhir November 2025, menimbulkan kerusakan besar dan korban jiwa.
Data BNPB per 1 Oktober 2025 mencatat lebih dari 600 orang meninggal, lebih dari 450 orang hilang, dan sekitar 570 ribu warga mengungsi, dengan total 1,5 juta orang terdampak. Di Aceh Utara saja, lebih dari 32 ribu rumah rusak dan puluhan korban masih dicari. Infrastruktur seperti jalan dan jembatan terputus, membuat sejumlah desa terisolasi.
BMKG memperingatkan hujan deras masih berpotensi berlanjut hingga akhir Desember, sehingga masyarakat diminta tetap waspada.
Ketika air naik, banyak rumah tergenang, kehidupan sehari-hari terganggu, dan harapan terseret dalam arus. Setelah air surut, rumah bisa dibersihkan, harta bisa diinventarisir. Namun, bagi banyak orang, dampaknya pada ingatan dan perasaan bisa jauh lebih lama.
Setelah bencana fisik, muncul trauma tersembunyi, seperti perasaan ketakutan, kecemasan, bahkan kehilangan yang dalam. Dalam banyak kasus, dampak psikologis ini tidak segera tampak, melainkan bisa muncul bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah banjir surut.
Yuk, pahami apa saja potensi dampak banjir pada kesehatan mental, bagaimana trauma itu muncul, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
