ilustrasi gejala mirip flu pada demam Valley (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Gejala sindrom Churg-Strauss sangat bervariasi dari kasus ke kasus. Ini bergantung pada bagian organ mana yang terlibat. Secara umum, sindrom yang juga dikenal sebagai granulomatosis eosinofilik dengan poliangiitis (EGPA) ini dibagi menjadi tiga fase gejala, yaitu prodromal, eosinofilik, dan vaskulitis.
Fase prodromal ditandai dengan reaksi alergi. Individu yang terkena dapat mengembangkan gejala asma, termasuk batuk, alergi, mengi, dan sesak napas. Sedangkan individu yang menderita asma, kondisinya bisa menjadi lebih buruk.
Gejala lain yang timbul pada fase ini termasuk hay fever atau rinitis alergi (peradangan alergi pada selaput lendir hidung yang menyebabkan hidung meler, bersin, gatal, dan penyumbatan), sinusitis, dan polip hidung. Fase pertama ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Sementara itu, pada fase eosinofilik ditandai dengan penumpukan eosinofil, yaitu jenis sel darah putih yang merespons alergi, di berbagai jaringan tubuh. Ini menyebabkan kelelahan, berkeringat pada malam hari, sakit perut, dan demam.
Sementara itu, fase vaskulitis ditandai dengan meluasnya peradangan di pembuluh darah. Gejala yang muncul dapat meliputi nyeri sendi, penurunan berat badan, ruam, mati rasa atau kesemutan, dan nyeri otot. Pada kondisi ini dapat menyebabkan aneurisma.
Pada 78 persen penderita juga dapat mengalami gangguan neurologis, termasuk polineuropati. Tak hanya itu, setengah dari penderita juga dilaporkan mengalami kelainan kulit yang disebabkan penumpukan eosinofil di jaringan kulit. Gejalanya berupa lesi keungunan, ruam disertai gatal, dan benjolan kecil terutama di siku.
Tidak semua penderita mengalami ketiga fase tersebut dan mungkin mereka juga tidak mengalami semua fase secara berurutan. Namun, mengenali gejalanya sangat penting untuk menentukan pengobatan dan mencegah berkembangnya fase selanjutnya.