Artritis Reaktif: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pengobatan

Radang sendi akibat adanya infeksi di dalam tubuh

Artritis reaktif adalah kondisi peradangan pada sendi yang secara luas juga memengaruhi mata, kulit, maupun sistem urogenital (saluran kemih dan reproduksi). Menariknya, kondisi ini terjadi bukan karena adanya gangguan pada sendi itu sendiri, melainkan pada bagian tubuh lainnya.

Artritis reaktif berkembang sebagai respons "reaktif" terhadap adanya infeksi yang terjadi dalam tubuh. Paling sering adalah infeksi akibat keracunan makanan atau infeksi kelamin akibat penyakit menular seksual.

Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk mengembangkan penyakit ini. Namun, laki-laki diketahui lebih sering terdampak, terutama mereka yang aktif secara seksual. Inilah fakta-fakta medis artritis reaktif yang sebaiknya kamu ketahui.

1. Tanda dan gejala

Artritis Reaktif: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pengobatanilustras nyeri lutut (freepik.com/wayhomestudio)

Peradangan adalah tanda dan gejala utama artritis reaktif. Seseorang dengan kondisi ini akan sering mengalami flare-up (munculnya tiba-tiba atau memburuknya gejala penyakit atau kondisi) di persendian, saluran urogenital, kulit, dan mata. Gejala yang umum terjadi termasuk:

  • Sendi sakit dan kaku: Paling sering terjadi pada lutut, pergelangan kaki, dan kaki. Kondisi ini mungkin juga menyebabkan nyeri pada tumit.
  • Peradangan mata: Seperti konjungtivitis (mata merah muda) dan uveitis.
  • Peradangan saluran kemih: Menyebabkan masalah buang air kecil, seperti gangguan frekuensi atau ketidaknyamanan.
  • Peradangan pada saluran genital: Misalnya prostatitis pada laki-laki, vaginitis pada perempuan, penyakit radang panggul yang menyebabkan keputihan tidak normal.
  • Peradangan pada tempat penyisipan tendon dan ligamen.
  • Pembengkakan jari kaki atau jari tangan.
  • Masalah kulit: Misalnya ruam berkerak atau bercak merah dan bersisik pada telapak kaki, telapak tangan, dan penis.
  • Nyeri punggung bawah dan bokong: Penyakit yang juga sering disebut spondyloarthropathy seronegatif ini juga dapat menyebabkan rasa sakit pada punggung bawah dan sendi sakroiliaka. Ini cenderung menjadi lebih buruk di malam hari atau pagi hari.

Gejala artritis biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk muncul setelah adanya infeksi, di mana gejala dapat berlangsung antara 3 dan 12 bulan. Pada beberapa kasus, gejala bisa datang dan pergi atau berkembang menjadi kondisi yang kronis.

2. Penyebab

Artritis Reaktif: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pengobatanilustrasi buang air kecil (pixabay.com/bzndenis)

Penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai sindrom Reiter ini berkembang sebagai reaksi reaktif terhadap infeksi yang menyerang tubuh. Paling sering karena adanya penyakit menular seksual dan infeksi saluran pencernaan karena konsumsi makanan yang terkontaminasi.

Namun, tidak diketahui dengan pasti mengapa infeksi dalam tubuh memicu berkembangnya artritis reaktif. Para ahli memperkirakan ini terkait dengan faktor genetik. Adanya gen HLA-B27 dapat meningkatkan risiko seseorang dengan infeksi tersebut mengembangkan penyakit ini. Namun, tidak semua orang yang lahir dengan gen tersebut akan mengembangkan kondisi ini.

Baca Juga: Radang Sendi (Artritis): Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

3. Faktor risiko

Artritis Reaktif: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pengobatanilustrasi orang dengan HIV (pexels.com/Anna Shvets)

Selain faktor genetik, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan artritis reaktif, di antaranya:

  • Usia: Paling sering, ini memengaruhi orang dewasa antara usia 20-40 tahun.
  • Jenis kelamin: Laki-laki sembilan kali lebih mungkin mengembangkan penyakit ini daripada perempuan. Ini biasanya dikaitkan dengan adanya infeksi kelamin yang ditularkan secara seksual.
  • Konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau yang tidak ditangani dengan baik, seperti kontaminasi bakteri Samonella, Shigella, Yersinia, dan Campylobacter.
  • Mengidap human immunodeficiency virus (HIV).

4. Diagnosis  

Artritis Reaktif: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pengobatanilustrasi diagnosis artritis reaktif (pixabay.com/Septimiu)

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk memeriksa peradangan pada sendi, mata, maupun kulit. Dokter akan memeriksa bila ada pembengkakan, kehangatan, nyeri tekan, atau menguji rentang gerak sendi yang terkena, dan lain-lain.

Selain itu, dokter mungkin juga melakukan beberapa tes berikut untuk membantu mendiagnosis, karena tidak ada pemeriksaan tunggal untuk kondisi ini:

  • Tes darah: Untuk mengetahui adanya infeksi, menemukan tanda-tanda peradangan, mengetahui adanya gen terkait artritis reaktif, ataupun untuk mengetahui antibodi terkait jenis radang sendi lainnya.
  • Tes cairan sendi: Untuk mengetahui peningkatan jumlah sel darah putih yang mengindikasikan peradangan atau infeksi, mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi.
  • Tes pencitraan: Mengambil rontgen tulang belakang, panggul, dan persendian untuk membantu mendapatkan gambaran jelas tanda-tanda artritis reaktif.

5. Pengobatan

Artritis Reaktif: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (pexels.com/Michelle Leman)

Pengobatan biasanya difokuskan untuk mengobati infeksi dan mengelola gejala. Beberapa pilihan pengobatannya termasuk:

  • Antibiotik yang disesuaikan dengan penyebab infeksi.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid untuk meredakan peradangan, seperti Aspirin, Advil, Motrin (ibuprofen).
  • Suntikan kortikosteroid langsung ke sendi jika peradangan sendi sangat parah. Ini dapat membantu mengurangi peradangan.
  • Steroid topikal untuk menangani ruam kulit.
  • Terapi fisik untuk memberikan latihan pada persendian dan otot. Olahraga atau banyak melakukan aktivitas fisik bermanfaat bagi penderita radang sendi. Ini dapat membantu mengurangi rasa sakit dan memiliki kesehatan sendi yang lebih baik. Namun, penting untuk tetap melakukannya secara bertahap dan dengan bimbingan ahli fisioterapi.

Orang dengan artritis reaktif dapat pulih sepenuhnya dengan perawatan yang tepat. Meski, pada beberapa kasus, ini berkembang hingga jangka waktu yang lama. Menghindari terjadinya infeksi berulang mungkin dapat membantu mencegah kondisi ini kambuh kembali. 

Baca Juga: Sering Sakit Pinggang di Usia Muda? Waspadai Spondiloartritis!

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya