Neuropati Diabetik: Penyebab, Gejala, Perawatan, Pencegahan

Kondisi kerusakan saraf akibat diabetes yang tak terkontrol

Neuropati diabetik adalah jenis kerusakan saraf yang dapat terjadi pada orang dengan diabetes. Gula darah tinggi (glukosa) dapat melukai saraf di seluruh tubuh. Kondisi ini paling sering merusak saraf di tungkai dan kaki.

Tergantung pada saraf yang terkena, gejala neuropati diabetik termasuk rasa sakit dan mati rasa di kaki dan tangan. Ini juga dapat menyebabkan masalah pada sistem pencernaan, saluran kemih, pembuluh darah, dan jantung. Beberapa orang memiliki gejala ringan, tetapi bagi beberapa orang lainnya neuropati diabetik bisa amat menyakitkan dan melumpuhkan.

Neuropati diabetik adalah komplikasi diabetes serius yang dapat memengaruhi sekitar 50 persen orang dengan diabetes. Akan tetapi, kabar baiknya kondisi ini dapat diperlambat perkembangannya dengan pengelolaan gula darah yang konsisten dan gaya hidup sehat.

1. Jenis dan gejala

Neuropati Diabetik: Penyebab, Gejala, Perawatan, Pencegahanilustrasi gejala neuropati diabetik (pexels.com/The Lazy Artist Gallery)

Ada empat jenis utama neuropati diabetik. Seseorang bisa memiliki satu jenis atau lebih neuropati. Gejalanya akan tergantung pada jenis yang dimiliki dan saraf mana yang terdampak, mengutip Mayo Clinic. Umumnya gejala berkembang secara bertahap dan mungkin seseorang tidak melihat ada yang salah sampai kerusakan saraf yang cukup besar telah terjadi.

1. Neuropati perifer

Neuropati perifer atau neuropati perifer simetris distal adalah jenis neuropati diabetik yang paling umum. Awalnya ini memengaruhi kaki dan tungkai, diikuti oleh tangan dan lengan. Tanda dan gejala neuropati perifer sering kali lebih buruk pada malam hari, dan mungkin termasuk:

  • Mati rasa atau berkurangnya kemampuan untuk merasakan sakit atau perubahan suhu.
  • Perasaan kesemutan atau terbakar.
  • Nyeri tajam atau kram.
  • Kelemahan otot.
  • Sensitivitas yang ekstrem terhadap sentuhan. Bagi sebagian orang, bahkan berat seprai bisa terasa menyakitkan.
  • Masalah kaki yang serius, seperti borok, infeksi, dan kerusakan tulang dan sendi.

2. Neuropati otonom

Sistem saraf otonom mengontrol tekanan darah, detak jantung, keringat, mata, kandung kemih, sistem pencernaan, dan organ seks. Diabetes dapat memengaruhi saraf di salah satu area ini, mungkin menyebabkan tanda dan gejala termasuk:

  • Kurangnya kesadaran bahwa kadar gula darah rendah.
  • Penurunan tekanan darah saat bangun dari duduk atau berbaring yang dapat menyebabkan pusing atau pingsan (hipotensi ortostatik).
  • Masalah kandung kemih atau usus.
  • Pengosongan lambung yang lambat (gastroparesis), menyebabkan mual, muntah, sensasi penuh dan kehilangan nafsu makan.
  • Kesulitan menelan.
  • Perubahan cara mata menyesuaikan diri dari terang ke gelap atau jauh ke dekat.
  • Peningkatan atau penurunan produksi keringat.
  • Masalah dengan respons seksual, seperti kekeringan vagina pada perempuan dan disfungsi ereksi pada laki-laki.

3. Neuropati proksimal (poliradikulopati diabetik)

Jenis neuropati ini sering memengaruhi saraf di paha, pinggul, bokong atau kaki. Ini juga dapat memengaruhi daerah perut dan dada. Gejala biasanya pada satu sisi tubuh, tetapi dapat menyebar ke sisi lain. Gejala neuropati proksimal mungkin termasuk:

  • Sakit parah di pantat, pinggul, atau paha.
  • Otot paha yang lemah dan mengecil.
  • Kesulitan bangkit dari posisi duduk.
  • Nyeri dada atau dinding perut.

4. Mononeuropati (neuropati fokal)

Mononeuropati mengacu pada kerusakan pada saraf tunggal yang spesifik, seperti di wajah, batang tubuh, lengan atau kaki. Mononeuropati dapat menyebabkan:

  • Kesulitan fokus atau penglihatan ganda.
  • Kelumpuhan pada satu sisi wajah.
  • Mati rasa atau kesemutan di tangan atau jari.
  • Kelemahan di tangan yang dapat mengakibatkan jatuhnya barang.
  • Nyeri di tulang kering atau kaki.
  • Kelemahan menyebabkan kesulitan mengangkat bagian depan kaki (foot drop).
  • Sakit di bagian depan paha.

Sebaiknya segera temui dokter jika mengalami:

  • Luka di kaki yang terinfeksi atau tidak sembuh-sembuh.
  • Sensasi terbakar, kesemutan, lemas, atau nyeri di tangan atau kaki yang mengganggu aktivitas sehari-hari atau tidur.
  • Perubahan dalam pencernaan, buang air kecil, atau fungsi seksual.
  • Pusing dan pingsan.

2. Penyebab dan faktor risiko

Neuropati Diabetik: Penyebab, Gejala, Perawatan, Pencegahanilustrasi diabetes (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Neuropati diabetik disebabkan oleh kadar gula darah tinggi yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Dilansir Healthline, faktor lain yang dapat menyebabkan kerusakan saraf di antaranya:

  • Kerusakan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh kadar kolesterol yang tinggi.
  • Cedera mekanis, seperti cedera yang disebabkan oleh carpal tunnel syndrome.
  • Faktor gaya hidup, seperti merokok atau penggunaan alkohol.
  • Kadar vitamin B12 yang rendah juga dapat menyebabkan neuropati. Metformin, obat umum yang digunakan untuk mengelola diabetes, dapat menurunkan kadar vitamin B12.

3. Komplikasi yang dapat terjadi

Neuropati Diabetik: Penyebab, Gejala, Perawatan, Pencegahanilustrasi hipoglikemia atau gula darah rendah (diabetesselfmanagement.com)

Neuropati diabetik dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius, termasuk:

  • Ketidaksadaran hipoglikemia: Kadar gula darah di bawah 70 mg/dL—3,9 mmol/L—biasanya menyebabkan gemetar, berkeringat, dan detak jantung yang cepat. Akan tetapi, orang yang memiliki neuropati otonom mungkin tidak mengalami tanda-tanda peringatan ini.
  • Amputasi: Kerusakan saraf dapat menyebabkan hilangnya rasa pada kaki, sehingga luka kecil pun dapat berubah menjadi luka atau borok tanpa disadari. Dalam kasus yang parah, infeksi dapat menyebar ke tulang atau menyebabkan kematian jaringan. Amputasi kemungkinan diperlukan.
  • Infeksi saluran kemih dan inkontinensia urine: Jika saraf yang mengontrol kandung kemih rusak, kandung kemih mungkin tidak kosong sepenuhnya saat buang air kecil. Bakteri dapat menumpuk di kandung kemih dan ginjal, menyebabkan infeksi saluran kemih. Kerusakan saraf juga dapat memengaruhi kemampuan untuk merasa perlu buang air kecil atau untuk mengontrol otot-otot yang mengeluarkan urine, yang menyebabkan kebocoran (inkontinensia).
  • Penurunan tajam dalam tekanan darah: Kerusakan pada saraf yang mengontrol aliran darah dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk menyesuaikan tekanan darah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan tajam tekanan saat berdiri setelah duduk atau berbaring, yang dapat menyebabkan pusing dan pingsan.
  • Masalah pencernaan: Jika kerusakan saraf terjadi di saluran pencernaan, sembelit atau diare, atau keduanya, mungkin terjadi. Kerusakan saraf terkait diabetes dapat menyebabkan gastroparesis, suatu kondisi di mana perut kosong terlalu lambat atau tidak sama sekali. Hal ini dapat menyebabkan kembung dan gangguan pencernaan.
  • Disfungsi seksual: Neuropati otonom sering merusak saraf yang memengaruhi organ seks. Pria mungkin mengalami disfungsi ereksi, sementara perempuan mungkin mengalami kesulitan dengan pelumasan dan gairah.
  • Peningkatan atau penurunan produksi keringat. Kerusakan saraf dapat mengganggu cara kerja kelenjar keringat dan menyulitkan tubuh untuk mengontrol suhu dengan baik.

Baca Juga: Perbedaan Diabetes Insipidus dan Diabetes Melitus, Sudah Tahu?

4. Diagnosis

Neuropati Diabetik: Penyebab, Gejala, Perawatan, Pencegahanilustrasi diagnosis neuropati diabetik (ndersonpodiatrycenter.com)

Dilansir Johns Hopkins Medicine, diagnosis dini neuropati diabetik memberikan pasien kesempatan terbaik untuk pengobatan yang efektif. Akan tetapi, karena tidak semua nyeri kaki atau tungkai berarti neuropati diabetik, diagnosis yang akurat penting untuk memastikan perawatan yang tepat.

Diagnosis neuropati diabetik didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium penunjang. Dokter mungkin akan:

  • Memeriksa kekuatan otot dan refleks.
  • Memeriksa sensitivitas otot terhadap posisi, getaran, suhu dan sentuhan ringan.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan tes tambahan, seperti:

  • Ultrasonografi: Untuk menentukan bagaimana bagian dari saluran kemih berfungsi.
  • Elektromiografi: Untuk menentukan bagaimana otot merespons impuls listrik.
  • Studi konduksi saraf: Untuk memeriksa aliran arus listrik melalui saraf
  • Biopsi kulit: Untuk mengevaluasi persarafan saraf kulit.
  • Biopsi saraf dan otot: Untuk evaluasi histopatologi.

Evaluasi komprehensif, termasuk meninjau tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah, dikombinasikan dengan pemeriksaan lanjutan dapat membantu dokter menyingkirkan penyebab lain dan mengidentifikasi masalah inti.

5. Pengobatan

Neuropati Diabetik: Penyebab, Gejala, Perawatan, Pencegahanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Pengobatan neuropati diabetik terdiri dari dua tahap, yaitu perubahan gaya hidup dan terkadang obat-obatan untuk mencapai kontrol diabetes yang optimal, serta mengendalikan gejala nyeri dan komplikasi lainnya.

1. Mengontrol kadar glukosa darah

Mengontrol kadar glukosa darah tidak dapat membalikkan kerusakan saraf, tetapi dapat mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut. Dokter akan merancang target kadar gula darah tertentu. Mengelola tingkat ini termasuk makan makanan sehat tinggi protein dan rendah karbohidrat. Saat mengonsumsi karbohidrat, usahakan untuk memilih makanan dengan kandungan serat yang lebih tinggi (karbohidrat kompleks). Hindari karbohidrat olahan atau karbohidrat simpleks.

Rutin olahraga dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap terkendali dengan meningkatkan sensitivitas insulin, yang berarti pasien perlu mengonsumsi lebih sedikit insulin setiap hari. Tidur yang cukup juga penting, karena seseorang cenderung menginginkan makanan berkarbohidrat tinggi saat terlalu lelah.

2. Memperbaiki faktor risiko lainnya

Meskipun mengendalikan glukosa darah itu penting, tetapi itu mungkin tidak cukup. Penting juga untuk mengontrol faktor risiko lain seperti kadar trigliserida tinggi atau kolesterol, mengobati tekanan darah tinggi, dan berhenti merokok.

Latihan aerobik harian terbukti melindungi saraf dan meningkatkan hasil pada perbaikan neuropati. Menurunkan berat badan juga penting jika pasien mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.

3. Mengelola rasa sakit dan komplikasi lainnya

Neuropati diabetik dapat menyebabkan nyeri kronis dan komplikasi seperti masalah pencernaan, pusing dan kelemahan, serta masalah kemih atau seksual. Ada berbagai perawatan yang dapat membantu, termasuk:

  • Obat nyeri.
  • Obat antikejang.
  • Antidepresan.
  • Krim topikal.
  • Terapi stimulasi saraf elektronik transkutan.
  • Hipnosis.
  • Pelatihan relaksasi.
  • Pelatihan biofeedback.
  • Akupunktur.

Perawatan akan bervariasi tergantung pada gejala spesifik dan tingkat keparahan neuropati pada pasien.

Penting juga untuk memeriksa kaki Anda setiap hari untuk masalah seperti kuku kaki yang tumbuh ke dalam, lecet dan luka, terutama jika memiliki neuropati perifer. Karena mati rasa terkait dengan neuropati, seseorang mungkin tidak merasakan kondisi ini berkembang. Menjaga kaki tetap bersih dan tertutup dapat membantu melindunginya dari cedera dan mencegah komplikasi lebih lanjut, seperti infeksi.

6. Pencegahan

Neuropati Diabetik: Penyebab, Gejala, Perawatan, Pencegahanilustrasi joging (freepik.com/onlyyouqj)

Neuropati diabetik sering kali dapat dihindari jika pasien diabetes mengelola glukosa darah dengan hati-hati. Untuk melakukan ini, konsistenlah dalam:

  • Memantau kadar glukosa darah.
  • Minum obat sesuai resep.
  • Mengelola pola makan.
  • Aktif secara fisik dengan rutin olahraga.

Apabila kamu mengembangkan neuropati diabetik, bicarakan dengan dokter mengenai strategi perawatan yang tepat dan ikuti rekomendasi dokter untuk memperlambat perkembangannya. Dengan perawatan yang, kerusakan saraf bisa dikurangi dan mencegah komplikasi.

Neuropati diabetik adalah jenis kerusakan saraf yang terjadi pada pasien diabetes. Jenisnya ada empat dan masing-masing memengaruhi serangkaian saraf yang berbeda dan memiliki rentang efek yang berbeda pula.

Perawatan neuropati diabetik melibatkan beberapa jenis terapi fisik dan obat-obatan. Karena penderita neuropati diabetik cenderung tidak merasakan cedera pada kaki, pemeriksaan kaki secara teratur diperlukan untuk menghindari infeksi yang tidak terdeteksi dan kemungkinan amputasi.

Baca Juga: 7 Perawatan Kaki untuk Orang dengan Diabetes, Cegah Komplikasi Serius

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya