Atelektasis: Jenis, Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Atelektasis atau atelectasis adalah istilah yang menggambarkan kolapsnya satu atau lebih area di paru-paru.
Paru-paru merupakan sepasang organ di dada yang bertugas untuk mengambil udara untuk mengirimkan oksigen ke tubuh. Saat menarik napas, paru-paru akan terisi udara. Udara ini bergerak ke kantung udara di paru-paru (alveoli), tempat oksigen bergerak ke dalam darah.
Darah mengirimkan oksigen ke organ dan jaringan di seluruh tubuh. Namun, ketika kantung udara menjadi kempis karena atelektasis, maka mereka tidak bisa mengembang dengan baik atau mengambil cukup udara dan oksigen. Jika cukup banyak bagian paru-paru yang terpengaruh, maka darah kemungkinan tidak bisa menerima cukup oksigen, sehingga bisa menyebabkan masalah.
Atelektasis adalah salah satu komplikasi pernapasan yang paling umum setelah operasi. Selain itu, atelektasis juga merupakan komplikasi dari masalah pernapasan lainnya, seperti tumor paru-paru, cedera dada, fibrosis kistik, cairan di paru-paru, dan kelemahan pernapasan.
Atelektasis bisa membuat seseorang kesulitan bernapas, terutama jika orang tersebut telah menderita penyakit paru-paru. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut deretan fakta medis seputar atelektasis yang perlu kamu ketahui.
1. Jenis
Atelektasis bisa disebabkan oleh banyak hal. Dilansir Healthline, atelektasis diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu:
- Atelektasis obstruktif. Atelektasis jenis ini terjadi saat penyumbatan berkembang di salah satu saluran udara. Ini mencegah udara masuk ke alveoli, sehingga alveolus runtuh. Hal-hal yang bisa menghalangi jalan napas yaitu meliputi sumbat lendir (penumpukan lendir) di saluran napas, tumor di jaringan paru-paru yang menekan jalan napas, tumor yang tumbuh di dalam saluran napas, dan menghirup benda asing seperti mainan kecil atau potongan kecil makanan di jalan napas.
- Atelektasis nonobstruktif. Atelektasis jenis ini mengacu pada seluruh jenis atelektasis yang tidak disebabkan oleh beberapa jenis penyumbatan di saluran udara. Penyebab umum atelektasis nonobstruktif meliputi:
- Operasi. Atelektasis bisa terjadi selama atau setelah prosedur pembedahan. Prosedur ini sering kali melibatkan penggunaan anestesi dan mesin pernapasan yang diikuti dengan obat pereda nyeri dan obat penenang. Secara bersama-sama, ini dapat membuat pernapasan menjadi dangkal. Obat ini juga bisa mengurangi risiko batuk, meskipun seseorang perlu mengeluarkan sesuatu dari paru-paru. Terkadang, tidak bernapas dalam-dalam atau tidak batuk bisa menyebabkan beberapa alveoli runtuh. Jika kamu memiliki jadwal operasi di masa mendatang, sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang cara-cara untuk menurunkan risiko atelektasis pascaoperasi. Perangkat genggam yang dikenal sebagai spirometer insentif, bisa digunakan di rumah sakit dan juga di rumah untuk mendorong pernapasan dalam.
- Efusi pleura. Ini merupakan penumpukan cairan di ruang antara lapisan luar paru-paru dan dinding dada bagian dalam. Biasanya kedua lapisan ini berhubungan dekat, yang membantu menjaga paru-paru tetap mengembang. Efusi pleura mengakibatkan lapisan ke kontak terpisah dan kalah satu sama lain. Ini memungkinkan jaringan elastis di paru-paru menarik ke dalam, mengeluarkan udara dari alveoli.
- Pneumotoraks. Ini sangat mirip dengan efusi pleura, tetapi melibatkan penumpukan udara, bukan cairan di antara lapisan paru-paru dan dada. Seperti halnya efusi pleura, pneumotoraks mengakibatkan jaringan di paru-paru menarik ke dalam, memeras udara keluar dari alveoli.
- Jaringan parut paru-paru. Ini dikenal sebagai fibrosis paru. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi paru-paru jangka panjang, seperti tuberkulosis. Paparan iritan jangka panjang seperti asap rokok, juga bisa menyebabkannya. Jaringan parut ini bersifat permanen dan mempersulit alveoli untuk mengembang.
- Tumor dada. Massa atau pertumbuhan apa pun yang berada di dekat paru-paru bisa memberi tekanan pada organ tersebut. Ini dapat memaksa sebagian udara keluar dari alveoli, menyebabkannya mengempis.
- Kekurangan surfaktan. Alveoli mengandung zat yang disebut dengan surfaktan, yang membantunya tetap terbuka. Saat kadarnya terlalu sedikit, maka alveoli bisa runtuh. Kekurangan surfaktan umumnya terjadi pada bayi yang lahir prematur.
- Operasi. Atelektasis bisa terjadi selama atau setelah prosedur pembedahan. Prosedur ini sering kali melibatkan penggunaan anestesi dan mesin pernapasan yang diikuti dengan obat pereda nyeri dan obat penenang. Secara bersama-sama, ini dapat membuat pernapasan menjadi dangkal. Obat ini juga bisa mengurangi risiko batuk, meskipun seseorang perlu mengeluarkan sesuatu dari paru-paru. Terkadang, tidak bernapas dalam-dalam atau tidak batuk bisa menyebabkan beberapa alveoli runtuh. Jika kamu memiliki jadwal operasi di masa mendatang, sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang cara-cara untuk menurunkan risiko atelektasis pascaoperasi. Perangkat genggam yang dikenal sebagai spirometer insentif, bisa digunakan di rumah sakit dan juga di rumah untuk mendorong pernapasan dalam.
2. Tanda dan gejala
Jika atelektasis hanya memengaruhi area kecil paru-paru saja, maka kemungkinan tidak ada gejala yang muncul. Namun, jika memengaruhi area yang lebih luas, maka paru-paru tidak bisa mengisi dengan cukup udara, dan tingkat oksigen dalam darah kemungkinan akan turun. Jika hal tersebut terjadi, maka gejala yang bisa muncul yaitu:
- Kesulitan bernapas (sesak napas)
- Denyut jantung meningkat
- Batuk
- Nyeri dada
- Kulit dan bibir membiru
Kondisi lainnya seperti asma dan emfisema juga bisa menyebabkan nyeri dada dan kesulitan bernapas. Oleh sebab itu, jika mengalami gejala-gejala di atas sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang sesuai.
Baca Juga: 8 Fakta ARDS, Gangguan Serius pada Paru-paru yang Berpotensi Fatal
3. Komplikasi yang bisa terjadi
Editor’s picks
Area kecil atelektasis, terutama pada orang dewasa, biasanya dapat diobati. Namun, bila atelektasis memengaruhi area yang lebih luas dan tidak segera diobati, ini bisa menimbulkan komplikasi.
Dilansir Mayo Clinic, komplikasi yang bisa terjadi meliputi:
- Oksigen darah rendah (hipoksemia): atelektasis mempersulit paru-paru untuk mendapatkan oksigen ke alveoli.
- Radang paru-paru: risiko untuk terkena pneumonia akan berlanjut hingga atelektasis hilang. Lendir di paru-paru yang robek bisa menyebabkan infeksi.
- Kegagalan pernapasan: kehilangan lobus atau seluruh paru-paru, terutama pada bayi atau seseorang dengan penyakit paru-paru, bisa mengancam jiwa.
4. Diagnosis
Untuk diagnosis atelektasis, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien untuk mencari kondisi paru-paru yang pernah dialami pasien atau operasi yang baru saja dijalani.
Setelah itu, dokter akan mencoba mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang seberapa baik paru-paru pasien bekerja dengan beberapa cara, seperti:
- Memeriksa tingkat oksigen darah pasien dengan oksimeter.
- Mengambil darah dari arteri, biasanya di pergelangan tangan pasien, dan memeriksa oksigen, kadar karbon dioksida, serta kimia darah dengan tes gas darah.
- Memesan rontgen dada.
- Memesan CT scan untuk memeriksa infeksi atau penyumbatan, seperti tumor di paru-paru atau saluran napas pasien.
- Melakukan bronkoskopi, yang melibatkan memasukkan kamera, yang terletak di ujung tabung tipis dan fleksibel, melalui hidung atau mulut dan masuk ke paru-paru.
5. Pengobatan
Pengobatan atelektasis tergantung pada penyebabnya. Kasus yang ringan bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Namun, kadang obat-obatan digunakan untuk mengencerkan lendir.
Jika atelektasis disebabkan oleh penyumbatan atau pembedahan, perawatan lain kemungkinan dibutuhkan, yang bisa meliputi:
- Fisioterapi dada. Teknik yang membantu untuk bernapas dalam-dalam setelah operasi untuk memperluas kembali jaringan paru-paru yang kolaps sangatlah penting. Teknik ini paling baik dipelajari sebelum operasi, seperti:
-
- Melakukan latihan pernapasan dalam (spirometri intensif) dan menggunakan alat untuk membantu batuk dalam, bisa membantu mengeluarkan sekresi, dan meningkatkan volume paru-paru.
- Posisikan tubuh sehingga kepala lebih rendah dari dada (drainase postural). Ini memungkinkan lendir mengalir lebih baik dari dasar paru-paru.
- Mengetuk dada di atas area yang kolaps untuk mengeluarkan lendir. Teknik ini disebut dengan perkusi. Penderita atelektasis juga bisa menggunakan perangkat pembersih lendir mekanis, seperti rompi vibrator pulsa udara atau instrumen genggam.
- Operasi. Pengangkatan penghalang jalan napas bisa dilakukan dengan menyedot lendir atau dengan bronkoskopi. Selama bronkoskopi, dokter dengan lembut akan memandu selang fleksibel ke tenggorokan pasien untuk membersihkan saluran udaranya. Jika tumor menyebabkan atelektasis, pengobatan kemungkinan melibatkan pengangkatan atau penyusutan tumor dengan pembedahan, dengan atau tanpa terapi kanker lainnya (kemoterapi atau radiasi).
- Perawatan pernapasan. Dalam beberapa kasus, selang pernapasan mungkin diperlukan. Tekanan saluran napas positif berkelanjutan (CPAP) bisa membantu pada beberapa orang yang terlalu lemah untuk batuk dan memiliki kadar oksigen rendah (hipoksemia) setelah operasi.
Itulah deretan fakta seputar atelektasis, kondisi yang bisa menyebabkan kesulitan bernapas. Jika memiliki tanda atau gejala yang mengarah pada kondisi ini, segera periksa ke dokter. Diagnosis dini dan perawatan yang tepat bisa meningkatkan peluang kesembuhan.
Baca Juga: 7 Fakta Fibrosis Paru, Penyebabnya Sering Kali Tidak Diketahui
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.