Hiperinsulinemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan

Sering dikaitkan dengan diabetes tipe 2

Hiperinsulinemia adalah kondisi yang ditandai dengan kadar insulin yang sangat tinggi dalam darah. Insulin merupakan hormon yang mengatur kadar gula dalam darah. Hormon ini diproduksi oleh pankreas.

Insulin memungkinkan tubuh untuk menggunakan dan menyerap gula atau glukosa dari darah. Tubuh memerlukan insulin untuk menjaga kadar glukosa darah dalam kisaran yang sehat. Saat berfungsi dengan baik, pankreas akan memproduksi insulin yang cukup untuk mengontrol kadar glukosa darah.

Resistansi insulin merupakan penyebab utama hiperinsulinemia. Sebab, resistansi menyebabkan kadar glukosa lebih tinggi. Resistansi insulin juga menyebabkan diabetes tipe 2. Meski sama-sama disebabkan oleh resistansi insulin dan keduanya sering dikaitkan, tetapi hiperinsulinemia dan diabetes tipe 2 bukanlah kondisi yang sama.

1. Penyebab

Hiperinsulinemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatanilustrasi resistansi insulin (diabetes.co.uk)

Mengutip Healthline, penyebab khas hiperinsulinemia adalah resistansi insulin. Resistansi insulin merupakan suatu kondisi di mana tubuh tidak bisa merespons insulin dengan benar. Respons yang salah ini mengakibatkan tubuh memerlukan pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin.

Ketika pankreas membuat lebih banyak insulin, tubuh terus menolak dan merespons secara tidak benar ke tingkat insulin yang lebih tinggi. Akibatnya, pankreas akan terus-menerus perlu membuat lebih banyak insulin untuk mengimbanginya. Akhirnya, pankreas tidak akan mampu mengimbangi jumlah insulin yang diperlukan tubuh untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Penyebab kurang umum dari hiperinsulinemia adalah insulinoma dan nesidioblastosis. Insulinoma merupakan tumor langka dari sel pankreas yang memproduksi insulin, sedangkan nesidioblastosis adalah kondisi saat pankreas memproduksi terlalu banyak sel yang membuat insulin.

Hiperinsulinemia juga bisa berkembang setelah seseorang menjalani operasi bypass lambung. Teorinya yaitu bahwa sel-sel menjadi terlalu besar dan aktif, tetapi tubuh telah berubah secara signifikan sesudah operasi bypass. Dokter tidak sepenuhnya yakin mengapa hal ini bisa terjadi.

Penyebab lain hiperinsulinemia yaitu meliputi:

  • Riwayat keluarga hipertensi atau tekanan darah tinggi.
  • Kecenderungan genetik.

2. Gejala

Hiperinsulinemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatanilustrasi kelelahan akibat hiperinsulinemia (pexels.com/Keira Burton)

Hiperinsulinemia kemungkinan tidak menimbulkan gejala yang nyata. Namun, beberapa gejala yang kemungkinan akan muncul meliputi:

  • Sering lapar dan rasa lapar yang berlebihan.
  • Masalah dengan konsentrasi.
  • Mengidam gula.
  • Kenaikan berat badan yang tidak normal.
  • Kelelahan yang luar biasa.
  • Kecemasan atau panik.
  • Hipoglikemia atau gula darah rendah.

Gejala yang mungkin muncul pada bayi dan anak-anak meliputi:

  • Kesulitan makan.
  • Kelesuan atau tidak ada energi.
  • Iritabilitas ekstrem.

Baca Juga: Resistansi Insulin Tingkatkan Risiko Depresi? Ini Faktanya!

3. Komplikasi yang dapat terjadi

Hiperinsulinemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatanilustrasi diabetes (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Beberapa komplikasi kemungkinan timbul sebagai akibat dari hiperinsulinemia, sehingga membuat masalah ini tampaknya lebih luas dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Berfokus hanya pada metrik glukosa darah tidak menjelaskan fakta bahwa kadar insulin yang tinggi bisa menutupi penanda toleransi glukosa "normal", yang berarti respons insulin yang buruk kemungkinan tersembunyi.

Faktanya, hiperinsulinemia dianggap sebagai indikator awal disfungsi metabolisme yang lebih besar dan telah dikaitkan dengan komplikasi berikut:

  • Diabetes tipe 2.
  • Hiperglikemia atau gula darah tinggi akibat resistansi insulin.
  • Penyakit kardiovaskular.
  • Penyakit Alzheimer.
  • Beberapa jenis kanker, karena stimulasi faktor pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1).

Hiperinsulinemia bisa menyebabkan gula darah rendah (hipoglikemia). Gula darah rendah bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius. Ini termasuk:

  • Kejang.
  • Masalah fungsi kognitif (terutama pada anak-anak). 
  • Koma.

4. Diagnosis

Hiperinsulinemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatanilustrasi tes gula darah (pixabay.com/TesaPhotography)

Hiperinsulinemia bisa didiagnosis dengan menguji kadar insulin dan glukosa darah. Selain itu, kondisi ini juga bisa didiagnosis dengan tes darah rutin ketika menjalani tes untuk diabetes atau kondisi lain, seperti kolesterol tinggi.

Mengutip Verywell Health, tes utama untuk menilai kadar insulin adalah insulin dalam tes darah, yang merupakan tes puasa yang melibatkan pengambilan sampel kecil darah dari vena di lengan pasien dan menilai kadar insulin pasien.

Dokter juga kemungkinan akan meminta tes glukosa darah puasa dan mungkin hemoglobin A1C untuk mengontrol glikemik pasien. Tingkat insulin pasien dianggap normal jika berada di bawah 25 mIU/L selama tes puasa. 

Satu jam sesudah pemberian glukosa, kadarnya bisa meningkat dari 18 menjadi 276 mIU/L. Jika kadar insulin pasien secara konsisten setinggi ini atau bahkan lebih tinggi, bahkan ketika berpuasa, maka pasien bisa didiagnosis hiperinsulinemia.

5. Perawatan

Hiperinsulinemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk mengobati hiperinsulinemia, dokter akan merekomendasikan agar pasien melakukan perubahan gaya hidup, mencakup diet, menurunkan berat badan, dan berolahraga. Pola makan pasien bisa memiliki dampak yang signifikan dalam mengobati hiperinsulinemia yang disebabkan oleh resistansi insulin. 

Diet yang sehat dan seimbang bisa membantu pasien untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan meningkatkan fungsi tubuh secara keseluruhan. Diet tertentu juga bisa mencegah lonjakan gula darah dan memungkinkan pasien untuk mengatur kadar dan juga kebutuhan insulin menjadi lebih baik.

Diet yang berfokus pada kontrol glikemik bisa bermanfaat untuk mengobati hiperinsulinema. Diet rendah karbohidrat sederhana juga bisa membantu mengatur kadar glukosa. Mengutip laman Verywell Health, tiga jenis diet berikut bermanfaat untuk mengontrol glikemik dan hiperinsulimia:

  • Diet Mediterania: Diet jenis ini berfokus pada protein tanpa lemak, daging merah dalam jumlah rendah, banyak sayuran dan serat dari biji-bijian, dan lemak nabati seperti minyak zaitun dan zaitun.
  • Diet rendah lemak: Diet jenis ini berfokus pada menjaga lemak tetap rendah (sekitar 20 persen hingga 35 persen dari total kalori), karbohidrat yang relatif tinggi (sekitar 45 persen hingga 65 persen dari total kalori), dan protein moderat (10 persen hingga 35 persen dari total kalori).
  • Diet rendah karbohidrat: Diet jenis ini berfokus pada menjaga jumlah karbohidrat dengan sangat rendah (antara 10 persen hingga 40 persen dari total kalori), sambil meningkatkan asupan lemak namun menjaga protein tetap moderat.

Tidak peduli diet mana yang dipilih atau bagaimana akhirnya menyeimbangkan rasio karbohidrat, protein, atau lemak, sebaiknya pasien mengusahakan untuk makan terutama makanan utuh. Sertakan juga sayuran, buah, protein tanpa lemak, biji-bijian, dan pati tinggi serat sambil membatasi makanan olahan dan makanan dengan tambahan gula atau pemanis buatan. 

Pola makan yang tinggi protein bisa mengakibatkan insulin meningkat. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari mengonsumsi makanan dengan jumlah protein yang berlebihan.

Selain perubahan pola makan, pasien juga akan mendapat manfaat dari meningkatkan olahraga. Sebab, olahraga bisa meningkatkan toleransi tubuh terhadap insulin dan membantu pasien untuk mempertahankan berat badan yang sehat. 

Latihan aerobik dan resistansi merupakan latihan yang bermanfaat untuk hiperinsulinemia. Namun, pasien harus mendiskusikan terlebih dahulu rencana olahraga dengan dokter yang merawatnya.

Dilansir Medical News Today, aktivitas fisik yang bermanfaat untuk hiperinsulinemia yaitu meliputi:

  • Joging.
  • Hiking ringan.
  • Berjalan kaki.
  • Bersepeda.
  • Latihan resistansi, dengan fokus pada repetisi rendah untuk satu kelompok otot pada satu waktu.

Jika diet dan olahraga tidak cukup membantu memperbaiki kondisi ini, maka dokter bisa merekomendasikan obat. Dalam kebanyakan kasus, dokter menggunakan obat yang sama untuk mengobati diabetes tipe 2. 

Beberapa obat diabetes meningkatkan aksi insulin ketika bekerja untuk menurunkan kadar gula darah. Metformin merupakan salah satu obat yang sering diresepkan dokter.

Selain metformin, kelas obat lain yang disetujui sebagai tambahan untuk diet dan olahraga untuk meningkatkan kontrol glikemik pada pasien diabetes mencakup inhibitor DPP-4, inhibitor SGLT2, GLP-1 RA, sulfonilurea, thiazolidinediones, dan insulin basal.

Beberapa obat lain bisa memperburuk hiperinsulinemia, jadi sebaiknya pasien mendiskusikan pilihan terbaik dengan dokter yang menanganinya. Diskusi ini juga mencakup obat lain yang dikonsumsinya.

Itulah deretan fakta medis seputar hiperinsulinemia. Hiperinsulinemia bisa dikelola dan juga dikendalikan. Namun, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter. Sebab, pemeriksaan rutin akan memungkinkan diagnosis tepat waktu. Makin dini kondisi ini didiagnosis dan mendapat perawatan yang tepat, maka makin kecil juga risiko komplikasi serius yang mungkin bisa dialami.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Mengalami Resistansi Insulin, Sering Tidak Disadari

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya