Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1

Kasus diabetes tipe 1 pada anak di Indonesia makin meningkat

Diabetes melitus tipe 1 atau sering disebut diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun yang menyebabkan tubuh tidak lagi memproduksi hormon insulin karena tubuh menghancurkan sel-sel pembuat insulin di pankreas.

Insulin adalah hormon penting yang berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah. Kekurangan insulin dapat menyebabkan kadar gula darah menjadi sangat tinggi dan menyebabkan kerusakan jangka panjang.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat bahwa terdapat 1.249 anak-anak dengan diabetes tipe 1 di Indonesia pada kurun waktu 2017-2019. Akan tetapi, prevalensinya bisa lebih tinggi karena ada kemungkinan salah diagnosis ataupun tidak terdiagnosis. Prevalensi anak dengan diabetes tipe 1 makin meningkat dari waktu ke waktu, sehingga membutuhkan perhatian serius dari pemerintah juga masyarakat.

Penandatanganan perjanjian program kerja sama Changing Diabetes in Indonesia (CDiC) antara Indonesia dan Denmark

Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1Penandatanganan kerja sama program Changing Diabetes in Children (CDiC) (IDN Times/Enrico Gary Himawan)

Changing Diabetes in Indonesia (CDiC) merupakan sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap perawatan dan obat-obatan bagi anak-anak dan remaja dengan diabetes tipe 1. Hal ini juga meliputi program edukasi terhadap tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat umum mengenai pentingnya diagnosis awal terhadap penyakit autoimun ini.

Dalam acara CDiC Virtual Signing Ceremony yang diselenggarakan pada hari Senin (30/8/2021), Indonesia dan Denmark resmi menandatangani perjanjian kerja sama program CDiC.

Penandatanganan ini dilakukan oleh Cem Ozenc dari Novo Nordisk dan Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, (K), FAAP, FRCPI (Hon.), sebagai Ketua IDAI. Proses penandatanganan juga disaksikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, dan Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Lars Bo Larsen.

Diabetes tipe 1 pada anak sering kali dianggap tidak lazim atau aneh, sehingga membuat anak dengan penyakit tersebut kesulitan untuk bersosialisasi. Inilah yang seharusnya diedukasi kepada masyarakat, sebab semua anak di Indonesia, termasuk pengidap diabetes tipe 1, mendapat hak yang sama dan bisa hidup normal seperti anak-anak lainnya. Setidaknya, itulah yang hendak diperjuangkan melalui program CDiC yang akan dilaksanakan hingga 5 tahun ke depan.

1. Penyebab dan faktor risiko diabetes tipe 1

Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1ilustrasi genetika (pixabay.com/LaCasadeGoethe)

Dilansir Mayo Clinic, hingga saat ini penyebab jelas diabetes tipe 1 belum diketahui. Akan tetapi, faktor genetika dan lingkungan sedikit banyak memiliki andil. Yang pasti, sistem kekebalan tubuh seseorang dengan diabetes tipe 1 akan menghancurkan sel-sel penghasil insulin di pankreas. Karena hancurnya sel-sel tersebut, seseorang tidak lagi dapat memproduksi insulin.

Meski belum ada penyebab jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengembangkan diabetes tipe 1, seperti:

  • Riwayat keluarga: memiliki orangtua atau saudara kandung dengan diabetes tipe 1 dapat meningkatkan risiko pengembangan kondisi yang serupa.
  • Genetika: gen tertentu dapa menunjukkan peningkatan risiko diabetes tipe 1.
  • Virus tertentu: beberapa virus dapat memicu terjadinya autoimun yang menghancurkan sel-sel pulau penghasil insulin di pankreas.

2. Gejala diabetes tipe 1

Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1ilustrasi anak minum (pixabay.com/digihanger)

“Semua anak yang sering banyak minum, banyak makan, sering kencing, berat badannya berkurang, dan mengalami kelelahan, hal pertama yang harus kamu pikirkan mengenai kondisi itu adalah kemungkinan diabetes. Anak dengan kondisi tersebut harus segera diperiksa, setidaknya hal pertama yang harus dilakukan adalah mengukur gula darah anak tersebut,” kata Prof. Aman dalam acara CDiC Virtual Signing Ceremony.

Gejala diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat. Beberapa tanda lain yang mungkin muncul meliputi: 

  • Perubahan perilaku atau iritabilitas (mudah marah)
  • Pandangan yang kabur
  • Mual dan muntah
  • Sakit perut
  • Napas berbau seperti buah
  • Luka yang sulit sembuh
  • Dapat mengalami infeksi jamur berulang, khususnya pada perempuan

Baca Juga: Penyakit Mata karena Usia, Kenali 6 Fakta AMD Basah

3. Cara diagnosis diabetes tipe 1

Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1ilustrasi diagnosis anak dengan diabetes (i0.wp.com)

Bila anak mengalami beberapa gejala dari diabetes tipe 1, diagnosis harus dilakukan untuk memastikannya serta mendapat penanganan tepat. Beberapa tes yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis diabetes tipe 1 antara lain:

  • Tes gula darah acak: ini merupakan tes skrining utama untuk diabetes tipe 1. Tingkat gula darah 200 miligram per desiliter (mg/dL), atau 11,1 milimol per liter (mmol/L), atau lebih tinggi menunjukkan diabetes.
  • Tes hemoglobin terglikasi (A1C): tes ini dapat menunjukkan rata-rata tingkat kadar gula darah pada anak-anak selama tiga bulan terakhir. Hasil A1C yang menunjukkan tingkat 6,5 persen atau lebih tinggi pada dua tes yang terpisah mengindikasikan diabetes.
  • Tes gula darah puasa: untuk melakukan tes ini, anak harus berpuasa selama satu malam terlebih dahulu. Bila kadar gula darah puasa mencapai 126 mg/dL (7,0 mmol/L) atau lebih tinggi, itu artinya anak mengidap diabetes.

Bila tes gula darah telah menunjukkan indikasi diabetes, dokter dapat melakukan tes tambahan untuk membedakan diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Beberapa tes tersebut adalah tes darah untuk memeriksa antibodi yang umum terjadi pada diabetes tipe 1 serta tes urine atau tes darah guna memeriksa adanya keton, yang dapat menunjukkan diabetes tipe 1.

4. Perawatan diabetes tipe 1

Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1ilustrasi anak dengan diabetes sedang suntik insulin (images.ctfassets.net)

Dalam lima tahun ke depan, kerja sama antara Novo Nordisk dengan IDAI memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat mengenai kondisi diabetes tipe 1 pada anak-anak. Prof. Aman menjelaskan bahwa mereka ingin membuat aplikasi yang dapat berisi data dan informasi mengenai hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam perawatan diabetes tipe 1 dan edukasi penyakit secara keseluruhan.

“Untuk merawat diabetes, terdapat setidaknya lima hal penting yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah perawatan insulin, yang kedua adalah monitoring, yang ketiga adalah edukasi, yang keempat adalah diet, dan yang kelima adalah olahraga,” Prof. Aman memaparkan.

Dilansir Healthline, beberapa perawatan yang diperlukan untuk diabetes tipe 1 adalah pemberian insulin harian, manajemen diet, dan manajemen gaya hidup. Dalam pemberian insulin, dapat dilakukan dengan dua cara, yakni melalui suntikan insulin atau pompa insulin.

Suntikan insulin dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari sesuai kebutuhan insulin tubuh, sementara pompa insulin dapat secara otomatis memberikan insulin yang cukup untuk sepanjang hari. Selain pemberian insulin, pemantauan glukosa berkelanjutan (CGM) juga perlu dilakukan guna memantau gula darah agar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

Pola makan juga amat penting untuk diperhatikan oleh pasien dengan diabetes tipe 1. Manajemen pola makan yang paling umum adalah melakukan penghitungan karbohidrat dan mengatur waktu makan.

Kemudian, pengaturan pola hidup yang baik juga harus dilakukan. Karena diabetes belum ada obatnya, pemantauan dan manajemen gaya hidup harus dilakukan seumur hidup pasien. Untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, aktivitas fisik secara teratur menjadi penting untuk selalu dilakukan.

5. Menghadapi diabetes tipe 1 pada anak

Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1ilustrasi orang tua mengedukasi anak dengan diabetes (caremountmedical.com)

Hingga saat ini, belum ada langkah pencegahan diabetes tipe 1 yang pasti. Akan tetapi, orangtua dapat membantu anak dengan diabetes tipe 1 untuk bisa hidup normal dan mencegah komplikasi di kemudian hari dengan langkah-langkah ini:

  • Membantu anak mempertahankan kontrol gula darah yang baik sesering mungkin.
  • Mengajari anak akan pentingnya mengonsumsi makanan yang sehat dan mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.
  • Menjadwalkan kunjungan rutin dengan dokter diabetes anak dan melakukan pemeriksaan mata tahunan.

6. Komplikasi diabetes tipe 1

Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1ilustrasi masalah penglihatan karena komplikasi diabetes (endocrineweb.com)

Bila tidak segera mendapatkan perawatan, diabetes tipe 1 dapat menyebabkan hiperglikemia atau gula darah tinggi dan ketoasidosis diabetik. Selain itu, diabetes tipe 1 pada anak juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti:

  • Penyakit jantung dan pembuluh darah: diabetes dapat meningkatkan risiko anak mengalami penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke, dan penyakit jantung di kemudian hari.
  • Kerusakan saraf: kondisi kelebihan gula dalam darah dapat melukai dinding pembuluh darah kecil yang menyehatkan saraf. Karenanya, luka pada area tersebut dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa, rasa terbakar, atau nyeri. Kerusakan saraf dapat terjadi secara bertahap dan dengan jangka waktu yang lama.
  • Kerusakan ginjal: diabetes dapat menyebabkan pembuluh darah kecil yang berfungsi menyaring kotoran dari darah menjadi rusak, sehingga akhirnya dapat membuat ginjal menjadi tidak sehat atau rusak.
  • Kerusakan mata: diabetes juga dapat merusak pembuluh darah pada retina, sehingga dapat menyebabkan masalah penglihatan.
  • Osteoporosis: diabetes dapat menyebabkan kepadatan mineral pada tulang yang lebih rendah dibandingkan kondisi normal. Kondisi seperti ini dapat meningkatkan risiko osteoporosis pada pada anak dengan diabetes tipe 1 saat dewasa nanti.

Diabetes yang tidak terdeteksi dan mendapat penanganan bisa merusak organ dan menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Menurut data, jumlah anak dengan diabetes tipe 1 di Indonesia komplikasi diabetes serius (ketoasidosis diabetikum, DKA) saat terdiagnosis mengalami peningkatan dari 63 persen (2015-2016) menjadi 71 persen (2017). Jadi, sangat penting untuk menerima diagnosis sedini mungkin.

Baca Juga: Sama Bahayanya, Ini Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan Diabetes Tipe 2

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya