Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Infeksi Tularemia yang Bisa Ditularkan dari Kelinci 

ilustrasi bermain dengan kelinci (pexels.com/juan mendez)

Tularemia adalah penyakit menular langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri Francisella tularensis. Penyakit yang juga disebut sebagai demam kelinci (rabbit fever) atau demam lalat rusa (deerfly fever) ini paling sering memengaruhi kelinci dan beberapa hewan lain, seperti terwelu (kelinci hare), muskrat, tupai, anjing, kucing, domba, ataupun hamster.

Tularemia dapat menyebar ke manusia dengan berbagai cara dan memengaruhi kulit, paru-paru, mata dan kelenjar getah bening. Penyakit ini sangat menular dan bisa berpotensi fatal jika tidak segera ditangani dengan tepat. 

Untuk mewaspadai tanda dan gejalanya, inilah fakta medis tularemia yang harus kamu ketahui.

1. Jenis dan gejala

ilustrasi gejala demam (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gejala tularemia sangat bervariasi tergantung bagaimana proses penularannya. Secara umum, orang yang terinfeksi akan mengembangkan gejala dalam waktu 3--5 hari, atau bisa memakan waktu hingga 2 minggu.

Berdasarkan cara penularannya, tularemia dibagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki gejala yang berbeda, di antaranya:

  • Tularemia ulserativa: bentuk paling umum tularemia yang ditandai dengan ulkus kulit (borok) di tempat infeksi, pembengkakan kelenjar getah bening dan rasa nyeri, demam, panas dingin, sakit kepala, dan kelelahan. Jenis ini ditularkan melalui infeksi kulit ketika kontak dengan hewan terinfeksi atau terkena gigitan serangga.
  • Tularemia kelenjar: memiliki gejala yang sama dengan tularemia ulserativa, tetapi tanpa borok.
  • Tularemia okuloglandular: jenis tularemia yang memengaruhi mata dengan gejala seperti sakit mata, mata merah, mata bengkak dan keluar cairan, bisul di bagian dalam kelopak mata, kepekaan terhadap cahaya, dan kelenjar getah bening yang lembut di sekitar telinga, leher, dan rahang.
  • Tularemia orofaringeal: merupakan jenis tularemia yang memengaruhi kulit, tenggorokan, dan saluran pencernaan. Ini adalah bentuk yang paling sering disebabkan oleh konsumsi daging setengah matang atau minum air terkontaminasi. Tanda dan gejalanya termasuk demam, sakit tenggorokan, sariawan, sakit perut, muntah, diare, peradangan amandel, dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
  • Tularemia pneumonia: jenis yang ditularkan melalui inhalasi dan memiliki gejala khas pneumonia, seperti batuk kering, nyeri dada, dan sulit bernapas.
  • Tularemia tifoid: bentuk yang jarang tetapi sangat serius. Gejalanya berupa demam tinggi dan menggigil, nyeri otot, sakit tenggorokan, muntah dan diare, pembesaran limpa atau hati, kelelahan ekstrem, dan radang paru-paru.

2. Proses penularan pada manusia

ilustrasi bermain dengan kelinci (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Tularemia bukanlah penyakit yang terjadi secara alami pada manusia, melainkan ditularkan dari organisme lain yang terinfeksi bakteri Francisella tularensis. Ada sekitar lebih dari 100 spesies hewan yang dapat membawanya, termasuk kelinci, lalat rusa, kelinci hare, tikus, kutu, tupai, berang-berang, muskrat, domba, burung, ataupun hewan peliharaan lain yang pergi ke luar ruangan.

Bakteri penyebab tularemia dapat bertahan hidup di tanah, air, atau hewan mati selama berminggu-minggu, sehingga dapat menyebabkan penularan melalui banyak cara kepada manusia. Di antaranya adalah:

  • Gigitan serangga. Kutu dan lalat rusa adalah serangga yang paling umum membawa infeksi tularemia ke manusia.
  • Paparan hewan yang terinfeksi. Penularan bisa terjadi ketika menangani, bersentuhan, atau mendapat gigitan hewan terinfeksi.
  • Menghirup bakteri aerosol di udara. Bakteri dari tanah dapat terbawa ke udara melalui beberapa aktivitas, seperti berkebun atau konstruksi.
  • Konsumsi makanan atau minuman terkontaminasi, misalnya daging setengah matang.
  • Paparan bakteri di lingkungan laboratorium atau karena tindakan bioterorisme (pelepasan virus atau bakteri secara sengaja).
  • Penularan tularemia tidak ditemukan terjadi antarmanusia.  

3. Faktor yang meningkatkan risiko terkena tularemia

ilustrasi dokter hewan (pexels.com/Pranidchakan Boonrom)

Tularemia adalah kondisi langka yang bisa dialami siapa saja di seluruh dunia. Sementara prevalensi pastinya tidak diketahui karena gejalanya yang menyerupai kondisi lain, menyulitkan diagnosis, bahkan terkadang tidak terdiagnosis.

Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan tularemia, antara lain:

  • Tinggal atau mengunjungi daerah tertentu di mana kasus tularemia banyak ditemukan. Tularemia banyak dilaporkan di Amerika serikat, Kanada, Meksiko, Jepang, dan Eropa. Sekitar 100–200 kasus baru dilaporkan terjadi di Amerika Serikat per tahun, terutama di kawasan  pedesaan, seperti Arkansas, Missouri, Oklahoma, dan Kansas.
  • Memiliki hobi berburu atau berkebun.
  • Bekerja di laboratorium, kedokteran hewan, manajemen satwa liar, atau tukang daging.

4. Diagnosis tularemia

ilustrasi tes darah (pexels.com/roberto carrafa)

Tularemia terkadang sulit didiagnosis. Selain karena gejalanya yang menyerupai penyakit lain, rute masuknya bakteri ke tubuh (proses penularan) juga terkadang menjadi masalah.

Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan riwayat perjalanan, riwayat aktivitas, ataupun riwayat medis pasien untuk membantu mendiagnosis tularemia. Beberapa tes seperti tes darah dan kultur bakteri dari les kulit, dahak, atau jaringan mungkin juga diperlukan untuk memastikan diagnosis.

5. Pengobatan tularemia

ilustrasi pemberian obat melalui suntikan (pexels.com/Gustavo Fring)

Tularemia biasanya dapat secara efektif ditangani dengan antibiotik, baik antibiotik oral maupun intravena. Beberapa antibiotik yang umum direkomendasikan dokter, termasuk gentamisin, doksisiklin, atau ciprofloxacin.

Perawatan lain mungkin diperlukan untuk menangani komplikasi gejala yang berkembang, seperti meningitis, pneumonia, pembengkakan getah bening, ataupun demam. Dokter mungkin memberikan obat untuk menurunkan demam atau melakukan intervensi bedah untuk mengeringkan kelenjar getah bening yang bengkak.

Jika kamu berpikir mengalami infeksi tularemia, segera temui dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan dini. Perawatan lebih awal dapat memberikan pandangan penyakit yang lebih baik.   

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us