ilustrasi efek samping terapi garam (pexels.com/cottonbro)
Terapi garam mungkin aman bagi kebanyakan orang. Namun, tidak ada penelitian tentang keamanannya. Selain itu, terapi garam biasanya dilakukan di spa, tempat khusus, atau klinik tanpa staf medis terlatih untuk menangani keadaan darurat medis, mengutip Healthline, sehingga jadikan ini sebagai pertimbangan.
Walaupun disebut-sebut dapat mengobati asma, tetapi haloterapi juga bisa menyempitkan atau mengiritasi gelombang udara pada pasien asma. Hal ini dapat memperburuk batuk, mengi, dan sesak napas. Beberapa orang juga melaporkan mengalami sakit kepala selama menjalani terapi garam.
Haloterapi adalah terapi komplementer yang bertujuan untuk dilakukan bersama obat apa pun yang digunakan. Beri tahu dokter jika ingin mencoba haloterapi. Jangan menghentikan obat apa pun tanpa mengonsultasikannya terlebih dulu dengan dokter.
Pendukung haloterapi mengklaim bahwa terapi ini aman untuk anak-anak dan ibu hamil. Namun, hanya ada sedikit penelitian yang mendukung klaim tersebut. Contohnya, studi tahun 2008 menyebut bahwa menghirup larutan garam 3 persen adalah pengobatan yang aman dan efektif untuk bayi dengan bronkiolitis. Akan tetapi, tidak ada standardisasi di seluruh klinik haloterapi. Jumlah garam yang diberikan bisa sangat bervariasi.
Efek samping
Terapi garam juga memiliki beberapa efek samping. Seseorang mungkin akan mengalami batuk dan lebih banyak sekresi lendir karena pembersihan saluran hidung. Kulit juga dapat mengalami iritasi atau konjungtivitis, tetapi ini jarang terjadi.
Hindari haloterapi jika memiliki:
- Hipertiroidisme.
- Tekanan darah tinggi.
- Tuberkulosis.
- Masalah jantung.
- Gagal napas.
- Gangguan darah seperti anemia, hemofilia, atau gangguan pembekuan darah.
- Penyakit menular.
- Demam.
- Luka terbuka.
- Penyakit keganasan seperti kanker.
- Klaustrofobia.
Bicarakan dengan dokter sebelum mencoba terapi garam. Dokter dapat memberikan saran medis apakah terapi ini opsi yang baik berdasarkan riwayat kesehatan dan kondisi seseorang.