Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pembedahan di rumah sakit.
ilustrasi operasi (unsplash.com/engin akyurt)

Intinya sih...

  • Deteksi dini kanker hati kini bisa dibantu melalui pemeriksaan biomarker seperti PIVKA-II, sementara visualisasi saluran empedu menjadi jauh lebih detail berkat teknologi SpyGlass.

  • Teknologi Endoscopic Ultrasound (EUS) memungkinkan dokter melakukan tindakan diagnostik sekaligus terapeutik secara minimal invasif pada saluran cerna. Ini bisa mengurangi kebutuhan pembedahan besar.

  • Hadir pula Microwave Ablation sebagai opsi terapi nonbedah untuk menghancurkan sel keganasan pada organ hati.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penyakit saluran cerna dan hati masih menjadi tantangan kesehatan besar di Indonesia. Seiring perubahan pola hidup masyarakat modern, hal ini memicu meningkatnya kasus penyakit hati kronis, sirosis, hepatitis, kanker hati, GERD, hingga kelainan saluran empedu.

Kementerian Kesehatan RI bahkan menempatkan penyakit hati kronis dan sirosis sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi terkait organ dalam. Di sisi lain, kasus fatty liver (perlemakan hati) non-alkoholik juga kian banyak ditemukan pada individu dengan obesitas, diabetes, dan sindrom metabolik.

Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa sebagian besar pasien kanker hati di Indonesia baru terdiagnosis pada stadium lanjut, kondisi ketika pilihan terapi sudah sangat terbatas.

Menjawab tantangan tersebut, RS Pondok Indah Group menggelar RS Pondok Indah Clinical Excellence Forum 2025. Acara ini ditujukan sebagai wadah ilmiah untuk memperkuat layanan gastroenterologi dan hepatologi melalui inovasi teknologi diagnostik serta tata laksana yang lebih akurat.

1. Inovasi teknologi diagnostik untuk penyakit organ dalam

Perkembangan teknologi kedokteran di bidang gastroenterologi dan hepatologi membuka peluang besar revolusi klinis dalam pelayanan pasien. Hal ini disampaikan oleh dr. Yanwar Hadiyanto, MARS, Chief Executive Officer RS Pondok Indah Group yang menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi mutakhir memungkinkan deteksi dan penanganan penyakit dilakukan secara lebih dini, akurat, dan minim risiko.

"Penyakit saluran cerna dan hati berkembang cepat dalam aspek diagnosis maupun terapi, sehingga adaptasi dan pembaruan kompetensi menjadi kebutuhan yang mendesak bagi praktisi medis," ungkapnya pada Minggu (14/12/2025) di Jakarta.

Deteksi dini kanker hati kini bisa dibantu melalui pemeriksaan biomarker seperti PIVKA-II, sementara visualisasi saluran empedu menjadi jauh lebih detail berkat teknologi SpyGlass.

Selain itu, teknologi Endoscopic Ultrasound (EUS) memungkinkan dokter melakukan tindakan diagnostik sekaligus terapeutik secara minimal invasif pada saluran cerna. Ini bisa mengurangi kebutuhan pembedahan besar. Hadir pula Microwave Ablation sebagai opsi terapi nonbedah untuk menghancurkan sel keganasan pada organ hati.

Menurut dr. Yanwar, rangkaian inovasi ini tidak hanya meningkatkan ketepatan diagnosis dan efektivitas terapi, tetapi juga membantu menurunkan risiko komplikasi serta mempercepat proses pemulihan pasien.

2. Deteksi dini menjadi kunci

Media Interview RS Pondok Indah Clinical Excellence Forum 2025 (14/12/2025) di Jakarta (IDN Times/Rifki Wuda)

Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD, Subsp. G.E.H. (K), dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi RS Pondok Indah – Pondok Indah, menegaskan bahwa di tengah meningkatnya kasus penyakit hati dan saluran cerna, deteksi dini dan diagnosis yang akurat menjadi kunci. Ini dirasa penting untuk mencegah progresi penyakit ke tahap yang lebih berat.

" Tahapan diagnostik yang komprehensif dengan pemanfaatan teknologi seperti EUS, biomarker PIVKA-II, SpyGlass, hingga penanganan keganasan dengan teknik ablasi modern memungkinkan terapi yang lebih terarah," jelasnya.

Pendekatan dengan teknologi terbaru ini presisi ini tidak hanya meningkatkan keberhasilan pengobatan, tetapi juga membantu pasien mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisi klinisnya secara individual.

3. Sesi live case demo menggunakan Microwave Ablation

Forum ini mendapat dukungan dari Kemenkes, Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), serta Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI). RS Pondok Indah Clinical Excellence Forum 2025 dihadiri sekitar 200 peserta lintas profesi medis, terutama dokter spesialis penyakit dalam dan dokter umum.

Melalui rangkaian simposium ilmiah, para narasumber membahas topik-topik berbasis inovasi yang berfokus pada peningkatan kualitas diagnosis dan tata laksana penyakit saluran cerna dan hati di Indonesia. Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah Live Case Demo, yang mana peserta dapat menyaksikan langsung penerapan teknologi mutakhir dalam praktik klinis.

Pada salah satu sesi live case demo, Prof. Rino memperagakan penanganan pasien dengan tumor hati menggunakan teknologi Microwave Ablation. Prosedur ini menunjukkan bagaimana terapi keganasan hati bisa dilakukan tanpa pembedahan besar dengan durasi tindakan yang lebih singkat.

Forum ilmiah seperti RS Pondok Indah Clinical Excellence Forum 2025 menunjukkan bahwa inovasi teknologi dan kolaborasi lintas disiplin memegang peranan penting dalam gastroenterologi dan hepatologi di Indonesia. Dengan pendekatan diagnosis dan terapi yang semakin akurat, diharapkan pasien bisa terdeteksi lebih dini dan ditangani lebih tepat.

Editorial Team