Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penyakit Liver Sering Tak Bergejala, Dokter Ingatkan Bahaya Fatty Liver

Media Interview RS Pondok Indah Clinical Excellence Forum 2025 pada Minggu (14/12/2025) di Jakarta.
Media Interview RS Pondok Indah Clinical Excellence Forum 2025 pada Minggu (14/12/2025) di Jakarta (IDN Times/Rifki Wuda)
Intinya sih...
  • Penyakit liver sering tak menimbulkan gejala jelas, membuat pasien datang dalam kondisi lanjut karena tidak merasa sakit.
  • Fatty liver pada tahap awal hampir selalu tanpa gejala, tetapi bisa berkembang menjadi peradangan hati, sirosis, hingga kanker hati.
  • Pentingnya mengenali riwayat kesehatan diri sendiri dan keluarga serta kesadaran pasien terhadap risiko yang dimiliki untuk deteksi dini penyakit liver.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penyakit liver atau penyakit hati kerap berjalan diam-diam tanpa keluhan yang jelas. Menurut Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD, Subsp. G.E.H.(K), dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi dari RS Pondok Indah – Pondok Indah, menegaskan bahwa penyakit seperti kanker hati berukuran hingga 10 cm pun bisa tidak menimbulkan gejala apa pun.

"Pasiennya jalan-jalan, bahkan masih bisa olahraga dan sebagainya, gitu ya. Jadi karena itu sering kali pasien datang dalam kondisi yang sudah lanjut, karena tidak ada gejalannya," jelasnya saat ditanyai awak media dalam acara RS Pondok Indah Clinical Excellence Forum 2025, Minggu (14/12/2025), di Jakarta.

Kondisi inilah yang membuat banyak pasien datang ke fasilitas kesehatan dalam stadium lanjut. Karena tidak merasa sakit atau terganggu, pemeriksaan sering kali diabaikan. Padahal, penyakit hati, termasuk fatty liver (perlemakan hati), bisa berkembang perlahan menjadi kondisi yang jauh lebih berbahaya jika tidak terdeteksi sejak dini.

Fatty liver sering dianggap sepele, terutama karena pada tahap awal hampir selalu tanpa gejala. Namun, jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi peradangan hati, sirosis, hingga kanker hati. Risiko tersebut meningkat pada individu dengan faktor tertentu, seperti konsumsi alkohol, obesitas, diabetes, atau riwayat penyakit liver sebelumnya.

Prof. Rino menekankan pentingnya mengenali riwayat kesehatan diri sendiri dan keluarga.

"Seseorang yang memiliki riwayat penyakit hati, hepatitis, kebiasaan konsumsi alkohol, atau anggota keluarga dengan kanker hati, seharusnya sudah memasukkan dirinya ke dalam kelompok berisiko tinggi," jelasnya.

Pada kelompok berisiko tinggi, deteksi dini menjadi sangat krusial. Pemeriksaan biomarker bisa membantu dokter menilai kondisi hati secara lebih objektif, bahkan sebelum gejala muncul. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan skor yang mengkhawatirkan, evaluasi lanjutan dapat dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kanker atau risiko perkembangannya di kemudian hari.

Kesadaran pasien terhadap risiko yang dimiliki menjadi kunci utama. Dengan memahami bahwa fatty liver dan penyakit liver lainnya sering tak bergejala, masyarakat diharapkan tidak menunggu sakit untuk memeriksakan diri. Deteksi dini bisa menyelamatkan fungsi hati, bahkan nyawa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Daging Matang Lupa Dimasukkan Kulkas Semalaman, Apakah Bahaya?

15 Des 2025, 05:04 WIBHealth