Walaupun penyebab pastinya masih dipelajari oleh para ahli, tetapi yang sudah diketahui adalah orang dengan kondisi medis tertentu lebih mungkin mengalami fotofobia kronis.
1. Migrain
Migrain adalah salah satu penyebab fotofobia yang paling umum. Data menunjukkan bahwa sebagian besar orang dengan migrain mengalami fotofobia, menjadikannya salah satu kriteria diagnostik utama migrain.
Jenis cahaya tertentu dapat memperburuk fotofobia pada migrain, termasuk lampu neon terang, cahaya biru seperti dari layar gadget, atau perubahan tingkat cahaya.
Orang dengan migrain sering kali mengalami fotofobia sebelum—dan terkadang selama atau setelah—serangan. Mengapa ini terjadi masih dipelajari, tetapi para ahli berpendapat bahwa ini mungkin ada hubungannya dengan saraf trigeminal, yang terletak di luar batang otak dan membantu mengatur sensasi sentuhan dan nyeri pada wajah dan mata.
2. Kondisi neurologis lainnya
Selain migrain, ada kondisi neurologis lain yang dapat memicu fotofobia. Misalnya, fotofobia tampaknya lebih sering terjadi pada orang yang pernah mengalami meningitis, cedera otak traumatis, dan suatu kondisi yang menyebabkan mata sering berkedip tanpa disengaja yang dikenal sebagai blepharospasm.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh iritasi pada saraf trigeminal selama infeksi seperti meningitis, setelah trauma, atau saat berinteraksi dengan refleks berkedip.
3. Soft lens
Pemakai soft lens mungkin lebih rentan terhadap sensitivitas terhadap cahaya. Menurut penelitian, soft lens bisa memengaruhi sensitivitas kontras cahaya dalam kondisi pencahayaan yang berbeda, yang mungkin menyebabkan episode fotofobia.
Mengenakan lensa kontak terlalu lama atau memakai lensa kontak yang tidak pas juga dapat menyebabkan fotofobia.
4. Kondisi mata
Fotofobia juga cenderung terjadi bersamaan dengan kondisi tertentu yang memengaruhi mata. Ini mencakup kondisi mata umum seperti mata kering, konjungtivitis, dan uveitis.
Meskipun setiap kondisi sedikit berbeda, tetapi fotofobia diduga terjadi pada masing-masing kondisi karena cara kerja saraf trigeminal saling berhubungan dengan reaksi nyeri dan sensitivitas.
Fotofobia juga dapat terjadi jika mata kamu terbakar, tergores, memiliki luka terbuka (ulkus kornea), menjalani pemeriksaan dilatasi, dan baru-baru ini menjalani operasi.
5. Obat-obatan
Beberapa obat umum berpotensi menyebabkan sensitivitas cahaya, seperti benzodiazepin, barbiturat, haloperidol, dan klorokuin.
6. Kondisi psikologis
Kumpulan studi kasus telah membuat para ahli percaya bahwa ada hubungan potensial antara kondisi psikologis tertentu dan fotofobia.
Walaupun masih butuh penelitian lebih lanjut, tetapi sejauh ini temuan menunjukkan bahwa kondisi seperti depresi, kelelahan kronis, kecemasan, dan gangguan panik berpotensi menyebabkan fotofobia.
Meskipun hal ini belum dipahami dengan baik, tetapi tampaknya ada hubungan antara kondisi-kondisi tersebut, ambang batas cahaya mata, dan kemungkinan terjadinya kondisi neurologis lain yang berdampak pada mata (seperti migrain).