Meskipun sudah ada mekanisme untuk mengatasi rintangan finansial vaksinasi yang didukung lebih dari 195 pemerintahan dan industri, tetapi masih ada masalah yang perlu diatasi. Apa saja?
"Penimbunan vaksin oleh negara-negara maju, larangan ekspor vaksin dan komponen penting untuk memproduksi vaksin, dan kurangnya transparansi produsen vaksin menghambat pasokan vaksin COVID-19 dunia."
Hal ini menyebabkan hambatan akses ke negara-negara berkembang yang akhirnya merenggut banyak nyawa. Seth menekankan bahwa ini tak bisa terjadi "lain kali".
"Sudah kepastian evolusi bahwa akan ada 'lain kali'. Risiko pandemik di masa depan terus bertambah akibat perubahan iklim, urbanisasi, perpindahan manusia, dan konflik," sebut Seth.
Kemungkinan pandemik sebesar COVID-19 terjadi meningkat hingga 2 persen. Dengan kata lain, jika seseorang lahir saat ini, ada kemungkinan hingga 38 persen mereka akan mengalami pandemik besar selama hidupnya. Jadi, dunia perlu bersiap.
"Meski COVAX terus menggelontorkan vaksin untuk negara-negara dan ACT-A memulai rencana 6 bulannya untuk mengontrol COVID-19, kita perlu bersiap sebelum pandemik lain terjadi," imbuh Seth.
CEO GAVI, Seth Berkley, memberikan pemaparan secara virtual di WOHC 2022. (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)
Sementara COVAX telah melindungi ratusan juta penduduk dunia, Seth mengatakan bahwa hal ini hanya karena ada jaringan kesehatan global yang sudah terpasang sebelum pandemik COVID-19. Dengan begitu, saat dibutuhkan, respons global didukung sumber daya, tenaga ahli, dan infrastruktur.
"Meski begitu, tetap ada batasnya," imbuh Seth.
Oleh sebab itu, perlu respons yang lebih cepat dan berdampak. Salah satu yang ia sarankan adalah tetap mengambil risiko yang diperlukan, seperti memesan vaksin sebagai persiapan.
"Kamu telah bekerja sama dengan donor dan pemangku kepentingan untuk menerima risiko terbesar ... sesuatu yang sulit dilakukan," kata Seth.
Di satu sisi, adanya perjanjian juga dibutuhkan untuk mempermudah jalan. Selain ancaman pandemik, Seth menyarankan investasi untuk kesiapan menghadapi ancaman kesehatan di kehidupan sehari-hari. Ini dilakukan dengan memperluas akses rutin imunisasi kepada negara-negara berpenghasilan rendah.
"Ini bisa menciptakan sistem kesehatan yang andal dan layanan kesehatan yang lebih tangguh," tambahnya.