Pada pasien yang mengalami gejala, infeksi virus chikungunya biasanya mulai muncul 4–8 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi (bisa juga dalam rentang 2–12 hari). Penyakit ini dimulai secara tiba-tiba dengan demam, yang sering disertai nyeri sendi hebat.
Nyeri sendi ini bisa sangat menyiksa dan biasanya berlangsung beberapa hari, tetapi pada beberapa orang bisa bertahan berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Gejala umum lainnya meliputi:
Sendi bengkak.
Nyeri otot.
Sakit kepala.
Mual.
Kelelahan.
Ruam kulit.
Gejala klinis infeksi chikungunya biasanya mirip flu, tetapi dengan ciri khas yang membedakannya yaitu demam tinggi (sering lebih dari 38,9 derajat Celcius) yang muncul bersamaan dengan nyeri sendi (artralgia) dan nyeri otot (mialgia). Rasa nyerinya bisa sangat parah, sampai-sampai orang yang terinfeksi kesulitan untuk bergerak atau beraktivitas seperti biasa.
Pada sebuah kumpulan kasus di Indonesia, ditemukan 99,5 persen kasus mengalami demam dan 95,7 persen mengalami nyeri sendi.
Keluhan lainnya berupa konjungtivitis (mata merah).
Karena gejala chikungunya mirip dengan infeksi lain seperti demam berdarah dan Zika, maka chikungunya sering kali salah didiagnosis. Di Tanah Air pun infeksi chikungunya masih merupakan penyakit yang kurang terdiagnosis.
Pada orang yang tidak mengalami nyeri sendi yang berat, gejala biasanya ringan dan bisa tidak terdeteksi.
Sebagian besar pasien akan sembuh total. Namun, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, infeksi chikungunya bisa menyebabkan komplikasi pada mata, jantung, atau sistem saraf. Bayi yang tertular saat proses persalinan atau setelahnya, serta lansia yang memiliki penyakit penyerta, lebih berisiko mengalami penyakit berat.
Pasien dengan gejala berat perlu dirawat di rumah sakit, karena ada risiko kerusakan organ dan bahkan kematian.
Kabar baiknya, orang yang sudah sembuh dari chikungunya kemungkinan besar akan kebal terhadap infeksi di masa mendatang.
Diagnosis dan pengobatan
CHIKV dapat dideteksi langsung melalui sampel darah yang diambil pada minggu pertama setelah gejala muncul. Tes yang digunakan biasanya adalah RT-PCR, yang mampu mengidentifikasi keberadaan virus secara langsung.
Setelah minggu pertama, dokter biasanya menggunakan tes lain untuk melihat respons imun tubuh terhadap infeksi chikungunya. Tes ini mencari antibodi terhadap CHIKV. Kadar antibodi biasanya mulai terdeteksi sejak minggu pertama sakit, dan bisa tetap terlihat dalam tubuh hingga sekitar dua bulan setelah infeksi.
Tidak ada obat antivirus khusus untuk chikungunya, tidak ada pengobatan yang bisa membunuh virusnya secara langsung. Vaksin untuk mencegah chikungunya juga belum tersedia. Dokter hanya menangani gejalanya.
Untuk meredakan demam dan nyeri, parasetamol bisa digunakan. Namun, hindari dulu obat-obatan berikut sampai infeksi lain seperti demam berdarah (dengue) bisa dipastikan tidak ada: aspirin, ibuprofen, dan natrium naproksen.
Minum banyak cairan dan istirahat yang cukup sangat dianjurkan.
Jika mengalami nyeri sendi dan otot yang menetap, dokter mungkin akan meresepkan steroid atau obat seperti methotrexate, yang biasanya digunakan untuk menangani penyakit seperti artrtitis reumatoid.