Seorang anak lelaki Muslim memakai masker pelindung meninggalkan Mesjid Agung setelah salat Idul Adha saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di kota tua Delhi, India, Sabtu (1/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi)
Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan di jurnal Nature pada Mei 2021 memaparkan kalau gejala COVID-19 pada anak berbeda dibandingkan pasien COVID-19 dewasa.
Selain itu, anak-anak juga lebih rentan dirawat di rumah sakit, memerlukan bantuan oksigen, dan perawatan kritis. Oleh karena itu, para orang tua dan tenaga kesehatan didorong untuk lebih waspada.
Studi tersebut mencakup 12.306 data pasien COVID-19 anak di AS. Tim peneliti menemukan bahwa gejala COVID-19 pada anak yang paling umum termasuk:
- Non-spesifik (18,8 persen): demam, malaise, nyeri otot (mialgia), nyeri sendi (artralgia), dan gangguan indra penciuman (anosmia) atau pengecapan (disgeusia)
- Pernapasan (16,5 persen): batuk dan sesak napas
- Pencernaan (13,9 persen): sakit perut, diare, mual dan muntah
- Dermatologi (8,1 persen): ruam
- Neurologi (4,8 persen): sakit kepala
Terlepas dari persentase gejala yang tinggi, para peneliti mengungkapkan kalau dari 12.306 pasien COVID-19 anak, hampir tiga perempat tidak menunjukkan gejala umum dan non-spesifik COVID-19.
Mengutip India Today, gejala pencernaan terjadi pada 40-50 persen kasus COVID-19 pada anak. Untuk masuk ke sel, reseptor ACE2 pada SARS-CoV-2 juga terdeteksi pada saluran pencernaan, terutama di sel kelenjar epitel lambung, usus dua belas jari, dan dubur. Beberapa penelitian bahkan menemukan SARS-CoV-2 dalam sampel tinja.
Beberapa peneliti India mengatakan bahwa tes usap dubur atau rectal swab dapat menunjukkan hasil positif SARS-CoV-2.