Kenali Gejala Kolesterol Tinggi pada Perempuan

- Kolesterol tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung dan masalah kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke.
- Perempuan memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah sebelum menopause, tetapi dapat meningkat setelahnya, terkait dengan penurunan kadar estrogen.
- Faktor risiko lain seperti diabetes, penyakit ginjal kronis, lupus, PCOS, dan HIV dapat memengaruhi kadar kolesterol perempuan.
Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Baringin De Samakto Sitompul, SpPD
Kolesterol tinggi terjadi ketika terdapat terlalu banyak kolesterol dalam aliran darah. Kolesterol berlebih ini dapat menumpuk di dinding pembuluh darah, membentuk plak yang menyempitkan arteri—kondisi yang dikenal sebagai aterosklerosis.
Arteri yang menyempit membuat darah lebih sulit mencapai jantung dan organ lain, yang meningkatkan risiko masalah jantung dan penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke.
Kolesterol bergerak melalui aliran darah yang menempel pada protein, membentuk struktur yang disebut lipoprotein. Ada dua jenis utama lipoprotein yang membawa kolesterol:
- Lipoprotein densitas tinggi (HDL), sering disebut "kolesterol baik," yang membantu membuang kelebihan kolesterol dari darah.
- Lipoprotein densitas rendah (LDL), sering disebut "kolesterol jahat," yang dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri.
Mengelola kadar kolesterol melalui pola makan yang sehat, olahraga teratur, dan, jika perlu, pengobatan adalah kunci untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Kadar kolesterol perempuan biasanya lebih rendah selama masa reproduksi. Namun, setelah menopause, kadar kolesterol sering kali meningkat, yang mungkin terkait dengan penurunan kadar estrogen.
Ketahui apa saja dampak kolesterol terhadap perempuan, gejala kolesterol tinggi pada perempuan, dan faktor risiko utama kolesterol tinggi pada perempuan.
Bagaimana kolesterol memengaruhi perempuan secara berbeda dibanding laki-laki?
Kolesterol tinggi sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun pada laki-laki maupun perempuan hingga cukup parah hingga menyebabkan masalah kesehatan serius seperti serangan jantung atau stroke. Namun, perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi kadar kolesterol.
Sebelum menopause
- Perempuan di bawah usia 55 tahun atau sebelum menopause biasanya memiliki kadar LDL atau kolesterol jahat, yang lebih rendah daripada laki-laki.
- Di sisi lain, laki-laki umumnya memiliki kadar HDL atau kolesterol baik yang lebih rendah, pada semua usia.
Perbedaan ini diduga terkait dengan kadar estrogen. Sebuah penelitian tahun 2010 menemukan bahwa fluktuasi estrogen selama siklus menstruasi memengaruhi kadar kolesterol:
- Saat kadar estrogen meningkat, HDL meningkat, sementara LDL dan trigliserida (jenis lemak lain dalam darah) menurun.
- Kadar kolesterol cenderung paling rendah pada sekitar awal menstruasi.
- Perempuan dengan obesitas menunjukkan variasi kadar kolesterol terbesar selama siklus mereka.
Selama kehamilan
Kadar kolesterol secara alami meningkat selama kehamilan untuk mendukung pertumbuhan bayi. Bagi perempuan dengan kolesterol tinggi, ini bisa menjadi tantangan, karena mereka biasanya perlu berhenti minum obat penurun kolesterol selama kehamilan.
Setelah menopause
Saat perempuan memasuki masa menopause, kadar kolesterol mereka sering meningkat. Estrogen dianggap melindungi terhadap penyakit jantung sebelum menopause, dan kadar estrogen yang lebih rendah pascamenopause dapat berkontribusi terhadap peningkatan ini.
Sebuah studi tahun 2019 menemukan bahwa terapi penggantian hormon dapat menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi risiko pembekuan darah pada perempuan pascamenopause. Namun, tidak semua studi setuju. Studi lain tahun 2019 tidak menemukan hubungan langsung antara kadar estrogen total dan kolesterol pada perempuan pascamenopause.
Estrogen memainkan peran penting dalam regulasi kolesterol sepanjang hidup perempuan, memengaruhi kadar kolesterol sebelum menopause, selama kehamilan, dan setelah menopause. Memahami pola-pola ini dapat membantu perempuan mengelola kolesterol dan kesehatan jantung mereka dengan lebih baik.
Faktor risiko terkait kondisi kesehatan

Kondisi medis tertentu dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap kadar kolesterol tidak sehat, termasuk:
- Penyakit ginjal kronis.
- Diabetes.
- Penyakit tiroid (hormon tiroid tinggi atau rendah).
- Lupus.
- Sindrom ovarium polikistik (PCOS).
- HIV.
Beberapa kondisi tersebut hanya terjadi pada perempuan (seperti PCOS), sementara yang lain jauh lebih umum terjadi pada perempuan (lupus dan penyakit tiroid).
Kadar kolesterol normal untuk perempuan
Kadar kolesterol diukur dalam miligram (mg) per desiliter (dL) darah. Saat menjalani tes kolesterol, kamu akan menerima tiga nilai utama: kolesterol total, HDL, dan LDL.
Kolesterol total
- Kadar ideal: Kurang dari 200 mg/dL.
- Batas tinggi: 200–239 mg/dL.
- Tinggi: 240 mg/dL atau lebih.
HDL
- Kadar kolesterol HDL harus lebih tinggi untuk membantu mengurangi risiko penyakit jantung.
- Untuk perlindungan terhadap penyakit jantung, seseorang harus memiliki kadar HDL 60 mg/dL atau lebih. Orang dengan kadar HDL lebih rendah dari 40 mg/dL memiliki faktor risiko besar untuk penyakit jantung.
LDL
- Kadar LDL harus tetap rendah.
Gejala kolesterol tinggi pada perempuan

Pada kebanyakan orang, kolesterol tinggi tidak menimbulkan tanda atau gejala apa pun hingga menyebabkan masalah lain dalam tubuh. Kadar kolesterol jahat yang tinggi dan kadar kolesterol baik yang rendah dapat meningkatkan risiko kondisi berikut dan dapat menimbulkan gejala jika parah:
- Tekanan darah tinggi: Banyak orang dengan tekanan darah tinggi tidak memiliki gejala apa pun. Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan pusing, nyeri dada, sakit kepala, mual, muntah, penglihatan kabur, kecemasan, dan kesulitan bernapas. Tekanan darah tinggi juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
- Diabetes tipe 2: Gejalanya mungkin termasuk rasa haus yang meningkat, rasa lapar yang meningkat, sering buang air kecil, mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki, kelelahan, penglihatan kabur, luka atau bisul yang tidak kunjung sembuh, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
- Penyakit arteri perifer (penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah di tungkai bawah): Gejalanya dapat meliputi nyeri di kaki saat beraktivitas fisik, yang membaik dengan istirahat, kulit halus dan berkilau, rambut rontok, lemas, borok kaki, dan jari kaki dingin atau mati rasa.
- Stroke: Tanda dan gejala stroke dapat meliputi senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba; gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba; bicara pelo/tiba-tiba tidak dapat bicara/tidak mengerti kata-kata/bicara tidak nyambung; kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh; rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba; sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya; gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi (tremor/gemetar, sempoyongan). Stroke merupakan keadaan darurat medis dan kamu harus segera mencari perawatan medis.
Apakah kolesterol tinggi menyebabkan rasa sakit?
Meskipun kadar kolesterol tinggi biasanya tidak memiliki gejala apa pun, tetapi nyeri dapat terjadi di berbagai area tubuh, tergantung pada tempat kolesterol menumpuk dan membentuk plak di pembuluh darah.
- Plak di arteri koroner yang memasok darah ke jantung dapat menyebabkan angina (nyeri dada).
- Timbunan lemak di arteri yang memasok darah ke otak dapat menyebabkan sakit kepala yang tiba-tiba dan parah.
- Terlalu banyak kolesterol di arteri lengan dan kaki dapat menyebabkan nyeri anggota badan.
Seberapa sering perempuan perlu cek kolesterol?
Pedoman umum untuk pemeriksaan kadar kolesterol bervariasi menurut usia. Disarankan agar orang-orang memeriksakan kolesterol mereka pada jadwal berikut:
- 19 tahun atau lebih muda: Satu kali setiap lima tahun, mulai usia 9–11 tahun.
- 20–54 tahun: Setiap lima tahun.
- 55–65 tahun: Setiap 1–2 tahun.
- Di atas 65 tahun: Setiap tahun.
Faktor risiko lain, seperti riwayat keluarga dengan kolesterol tinggi, juga dapat memengaruhi seberapa sering kamu harus menjalani pemeriksaan kolesterol. Diskusikan jadwal pemeriksaan kolesterol kamu dengan dokter.
Pedoman umum untuk pemeriksaan kadar kolesterol bervariasi menurut usia. Disarankan agar orang-orang memeriksakan kolesterol mereka pada jadwal berikut:
- 19 tahun atau lebih muda: Satu kali setiap lima tahun, mulai usia 9–11 tahun.
- 20–54 tahun: Setiap lima tahun.
- 55–65 tahun: Setiap 1–2 tahun.
- Di atas 65 tahun: Setiap tahun.
Faktor risiko lain, seperti riwayat keluarga dengan kolesterol tinggi, juga dapat memengaruhi seberapa sering kamu harus menjalani pemeriksaan kolesterol. Diskusikan jadwal pemeriksaan kolesterol kamu dengan dokter.
Kolesterol tinggi pada perempuan, seperti halnya pada laki-laki, biasanya tidak menimbulkan gejala yang nyata hingga menyebabkan masalah kesehatan serius seperti serangan jantung atau stroke.
Untuk mengantisipasi risiko potensial:
- Lakukan tes: Periksa kadar kolesterol secara berkala berdasarkan usia dan riwayat keluarga.
- Lakukan perubahan gaya hidup: Terapkan kebiasaan sehat untuk menjaga kadar kolesterol normal, seperti mengonsumsi makanan seimbang, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok.
- Minum obat jika diperlukan: Jika diresepkan oleh dokter, minum obat penurun kolesterol sesuai petunjuk.
Mengelola kolesterol secara proaktif sangat penting untuk mencegah komplikasi kesehatan jangka panjang.
Referensi
Scott M. Grundy et al., “2018 AHA/ACC/AACVPR/AAPA/ABC/ACPM/ADA/AGS/APhA/ASPC/NLA/PCNA Guideline on the Management of Blood Cholesterol: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines,” Circulation 139, no. 25 (January 17, 2019).
"Symptoms of High Cholesterol in Females." BuzzRx. Diakses Januari 2025.
"Understanding what is high cholesterol: signs & symptoms." Heart Research Institute. Diakses Januari 2025.
"Do high cholesterol levels trigger symptoms to occur?" Medical News Today. Diakses Januari 2025.
Tamara Sáez et al., “A High Cholesterol Diet During Late Pregnancy Impairs Long-Term Maternal Vascular Function in Mice,” Arteriosclerosis Thrombosis and Vascular Biology 43, no. 1 (November 10, 2022): 120–32.
Ariadi Ariadi et al., “Correlation Between Estrogen Levels With Lipid Profile in Menopause Women in West Sumatera,” Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences 7, no. 13 (August 6, 2019): 2084–87.
Ida Gregersen et al., “Effect of Hormone Replacement Therapy on Atherogenic Lipid Profile in Postmenopausal Women,” Thrombosis Research 184 (November 1, 2019): 1–7.
Brian T. Palmisano, Lin Zhu, and John M. Stafford, “Role of Estrogens in the Regulation of Liver Lipid Metabolism,” Advances in Experimental Medicine and Biology, January 1, 2017, 227–56.
Sunni L. Mumford et al., “A Longitudinal Study of Serum Lipoproteins in Relation to Endogenous Reproductive Hormones During the Menstrual Cycle: Findings From the BioCycle Study,” The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 95, no. 9 (June 10, 2010): E80–85.
"Blood Cholesterol - Diagnosis." National Heart, Lung, and Blood Institute. Diakses Januari 2025.
"Begini Cara Mengenali Gejala Stroke." Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes. Diakses Januari 2025.
"High cholesterol in women: Everything to know." Medical News Today. Diakses Januari 2025.