Polip endometrium, atau disebut juga polip rahim, adalah jaringan lunak kecil yang tumbuh di bagian dalam rahim. Pertumbuhannya berasal dari lapisan dinding rahim yang disebut endometrium. Ukurannya bisa sangat bervariasi, mulai sekecil biji wijen hingga sebesar bola golf. Ada yang hanya memiliki satu polip, tetapi ada juga yang bisa memiliki beberapa polip sekaligus.
Sebagian besar polip rahim bersifat jinak, bukan kanker. Bahkan, banyak perempuan yang tidak sadar memilikinya karena sering kali polip tidak menimbulkan gejala. Pada kondisi tertentu, dokter mungkin tidak langsung merekomendasikan pengobatan. Namun, bila polip menimbulkan masalah, ada berbagai cara medis untuk mendeteksi sekaligus mengangkatnya.
Penyebab terbentuknya polip endometrium hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun, diduga berkaitan erat dengan perubahan kadar hormon, khususnya estrogen. Setiap bulan, hormon estrogen berperan dalam menebalkan lapisan rahim sebagai persiapan kehamilan. Polip terbentuk ketika pertumbuhan lapisan endometrium ini berlebihan pada titik tertentu, lalu berkembang menjadi jaringan menonjol.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang memiliki polip endometrium, yang meliputi:
Usia: Polip lebih sering muncul pada perempuan usia 40–50 tahun, terutama menjelang atau saat menopause, ketika kadar hormon mengalami fluktuasi besar.
Obesitas: Kelebihan berat badan dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, yang berperan dalam pembentukan polip.
Tekanan darah tinggi: Kondisi ini juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko polip.
Penggunaan obat tamoxifen: Obat kanker payudara ini diketahui memiliki efek samping pada endometrium dan bisa memicu terbentuknya polip.
Meski sebagian besar jinak, dalam kasus yang jarang, polip rahim dapat berubah menjadi prakanker atau kanker. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala polip endometrium sejak dini.