Semuanya bisa berawal dari sesuatu yang tampak sepele, misalnya luka di kaki, hanya berupa goresan dangkal. Namun, luka itu cukup bagi bakteri atau kuman lain untuk menyusup masuk ke jaringan tubuh atau peredaran darah. Pada dasarnya, sistem imun sudah dirancang sebagai benteng pertahanan yang mengenali makhluk asing, melancarkan serangan, lalu berusaha membunuh kuman penyebab infeksi. Namun, kadang itu bisa terganggu.
Ketika pertahanan tubuh kewalahan, infeksi pun berkembang. Sistem imun berusaha lebih keras lagi dengan melepaskan bahan kimia untuk melawan kuman. Sayangnya, dalam situasi tertentu, upaya ekstra ini justru berbalik arah. Bahan kimia yang harusnya melindungi, malah membanjiri tubuh, mengacaukan keseimbangan, dan ibarat deretan domino yang jatuh satu per satu, sistem-sistem vital tubuh ikut mengalami kegagalan beruntun.
Itulah yang disebut sepsis, kondisi ketika infeksi yang sudah ada berkembang tak terkendali hingga merusak organ, bahkan bisa mengancam nyawa. Pada tahap yang paling berbahaya, terjadilah syok septik, yang ditandai dengan tekanan darah anjlok, pasokan oksigen ke organ-organ vital terhenti, hingga muncullah risiko kematian.
Terdengar menakutkan, ya? Akan tetapi, sepsis bukan berarti sebuah akhir. Banyak pasien yang pulih total jika didiagnosis cepat dan segera mendapat pengobatan.
