ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)
Pengobatan hemoptisis akan bergantuk pada seberapa banyak darah yang dikeluarkan dan apa yang menyebabkannya.
Untuk kasus hemoptisis masif atau yang mengancam jiwa, pasien akan ditempatkan di ruang perawatan intensif. Pasien mungkin akan dirujuk ke spesialis paru dan spesialis bedah kardiotoraks, para ahli yang punya spesialisasi dalam dada dan saluran pernapasan.
Perawatan pertama bisa meliputi:
- Intubasi
- Ventilasi untuk memberikan oksigen tambahan
- Memosisikan pasien di mana paru-paru dengan kemungkinan perdarahan lebih rendah dari paru-paru lainnya
Saat dokter sudah menemukan sumber perdarahan, mereka akan berupaya untuk menghentikannya dengan cara:
- Pemberian iced saline
- Obat-obatan untuk menyempitkan pembuluh darah (vasokonstriktor) seperti epinefrin atau vasopressin
- Obat koagulan seperti tranexamic acid
- Blokade bronkus atau balon tamponade
- Terapi laser
- Argon plasma coagulation (APC)
- Cryotherapy
- Embolisasi
Pada kasus yang jarang, pasien mungkin butuh operasi, seperti mengambil satu bagian lobus paru-paru atau mengeluarkan seluruh paru-paru.
Bila pasien sudah melewati masa berbahaya, dokter akan memberi perawatan terhadap penyebab batuk berdarah. Pasien mungkin diberikan:
- Antibiotik untuk pneumonia atau tuberkulosis
- Kemoterapi atau radiasi untuk kanker paru-paru
- Steroid untuk kondisi inflamasi
Bila pasien memiliki darah encer karena obat-obatan, pasien mungkin butuh transfusi produk darah atau obat lain untuk mengurangi kehilangan darah.
Untuk hemoptisis nonmasif atau tidak mengancam nyawa, biasanya perawatan untuk penyebabnya bisa efektif untuk mengatasi perdarahan yang tidak berbahaya. Bila memiliki bronkitis, penyebab paling umum batuk berdarah, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik. Dokter juga mungkin akan merekomendasikan obat batuk.
Selain itu, stop merokok. Ini adalah cara terbaik untuk mengatasi batuk berdarah dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.