Saat mendiagnosis hepatitis akut, sangat penting untuk memastikan jenis hepatitis yang diderita pasien, apakah itu akut atau kronis. Tes utama yang digunakan untuk mendiagnosis hepatitis akut adalah dengan tes fungsi hati. Beberapa tes yang digunakan adalah:
1. Penanda aktivitas hepatosit:
- Kenaikan serum bilirubin.
- Kenaikan kadar amonia.
2. Penanda kerusakan sel hati: Kenaikan serum transaminase (aspartate aminotransferase/AST, serum glutamic-oxaloacetic transaminase/SGOT, alanine aminotransferase/ALT, dan serum glutamic pyruvic transaminase/SGPT):
- Jika lebih dari 500 IU/L atau lima kali dari standar normal, maka dipastikan ada kerusakan sel hati, terutama pada hepatitis akut.
3. Penanda kerusakan hati akibat kolestasis (kerusakan aliran cairan empedu):
- Kenaikan kadar alkaline phosphatase (AP) dan gamma-glutamyl transferase (GGT)
4. Penanda fungsi sintesis:
- Tingginya waktu prothrombin (PT), terutama international normalized ratio (INR) lebih dari 1,5 menandakan gagal hati akut.
- Penurunan albumin.
ilustrasi tes darah (unsplash.com/Nguyen Hiep)
Selain tes fungsi hati, pasien diharapkan untuk menjalani tes diagnosis lain untuk mengetahui keparahan hepatitis akut dan pengobatan yang diperlukan. Berdasarkan pedoman American College of Gastroenterology (ACG), pendekatan pertama bergantung dari parahnya kenaikan kadar ALT dan AST.
1. Kenaikan serum transaminase ringan/kurang dari lima kali batas normal:
- Tes darah komplet, AST, ALT, APT, bilirubin, albumin, PT/INR, hepatitis A IgM antibody, hepatitis B antigen, hepatitis B core antibody, hepatitis B Surface Antibody and Hepatitis C Antibody, dan tes zat besi, dan USG.
2. Kenaikan serum transaminase parah/lebih dari 15 kali batas normal dan ALT lebih dari 10.000 IU/L:
- Tes EBV, CMB, ceruloplasmin, penanda autoimun, tes obat yang mencakup paracetamol dan toksikologi urine, serta tes Doppler.
3. USG.
4. Biopsi lever.