ilustrasi kekakuan otot (pexels.com/Karolina Grabowska)
Kalsium merupakan salah satu mineral terpenting dan umum dalam tubuh. Sebagian besar kalsium tubuh di simpan di tulang, namun kalsium juga diperlukan dalam darah.
Kalsium dalam darah berperan dalam membantu kerja saraf, membantu membuat otot-otot saling menekan sehingga bisa bergerak, membantu pembekuan darah jika berdarah, dan membantu jantung bekerja dengan baik.
Jika tingkat kalsium dalam darah rendah, maka kondisi ini disebut hipokalsemia. Hipokalsemia bisa menghambat kemampuan tubuh untuk melalukan fungsi-fungsi penting tersebut. Kalsium dalam tulang juga diperlukan untuk membuatnya kuat.
Jika tidak mengonsumsi cukup kalsium lewat pola makan sehari-hari, maka tubuh mengambil kalsium dari tulang untuk digunakan dalam darah, yang mana ini bisa melemahkan tulang.
Tingkat kalsium dalam darah dan tulang dikontrol oleh dua hormon, yaitu hormon paratiroid dan kalsitonin. Vitamin D juga berperan penting dalam menjaga kadar kalsium karena diperlukan tubuh untuk menyerap mineral tersebut.
Hipokalsemia bisa memengaruhi usia berapa pun, termasuk bayi, dan biasanya tergantung penyebabnya. Misalnya, bayi dengan hipokalsemia (hipokalsemia neonatus) biasanya sering kali disebabkan oleh kelainan genetik.
Dilansir Healthline, hipokalsemia neonatus terjadi pada bayi yang baru lahir. Sebagian besar kasusnya terjadi dalam dua hari pertama sesudah lahir. Bayi yang baru lahir berisiko karena tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Hal ini terutama berlaku untuk bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes.
Para ahli belum dapat menentukan seberapa umum hipokalsemia. Ini kemungkinan terjadi karena hipokalsemia biasanya adalah efek samping dari masalah kesehatan lain.
Hipokalsemia merupakan efek samping umum dari pengangkatan tiroid (tiroidektomi). Sekitar 7 persen hingga 49 persen orang mengalami hipokalsemia sementara sesudah tiroidektomi, mengutip Cleveland Clinic.