Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Siswi makan MBG di sekolah.
ilustrasi pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Intinya sih...

  • IDAI yakin 6.000 anak keracunan makanan MBG, bukan karena alergi.

  • Keracunan makanan disebabkan oleh mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri, racun, parasit, virus, atau bahan kimia. Sementara itu, alergi makanan merupakan reaksi sistem imun tubuh terhadap protein tertentu dalam makanan yang dianggap berbahaya.

  • Sebagian besar kasus keracunan makanan tidak mematikan, tetapi beberapa kasus perlu rawat inap. Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi, seperti gangguan ginjal, peradangan sendi, sampai gangguan pada otak dan saraf.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengaku prihatin atas jatuhnya ribuan korban anak-anak dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah. Mereka juga menegaskan bahwa kasus ini murni karena keracunan makanan, bukan alergi makanan seperti banyak narasi yang beredar.

"Berbeda antara alergi dengan keracunan. Kalau yang makan banyak anak, dan reaksinya hanya pada satu atau dua anak, dan gejala-gejala alerginya jelas, mungkin itu memang alergi makanan. Tetapi korbannya terjadi serentak dan masal sesudah makan makanan yang sama, sehingga bisa dipastikan bahwa ini adalah sebuah fenomena keracunan makanan," ujar Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K), Ketua Pengurus Pusat IDAI.

Perbedaan antara keracunan makanan dengan alergi makanan

Dokter Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) IDAI memaparkan perbedaan antara keracunan makanan dengan alergi makanan.

Penyebab:

  • Keracunan makanan disebabkan oleh mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri, racun, parasit, virus, atau bahan kimia.

  • Alergi makanan merupakan reaksi sistem imun tubuh terhadap protein tertentu dalam makanan yang dianggap berbahaya.

Siapa saja yang bisa terkena:

  • Keracunan makanan dapat menyerang siapa saja yang mengonsumsi makanan atau minuman tercemar.

  • Alergi makanan hanya terjadi pada individu tertentu yang memiliki sensitivitas terhadap makanan tertentu.

Waktu munculnya gejala:

Gejala keracunan makanan biasanya muncul dalam beberapa jam hingga satu sampai dua hari setelah konsumsi makanan yang tercemar. Waspadai:

  • Mual.

  • Muntah.

  • Diare.

  • Sakit perut.

  • Demam.

  • Terkadang pusing.

Pada kasus alergi makanan, gejala muncul cepat, dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan pemicu. Gejalanya antara lain:

  • Gatal.

  • Bengkak pada bibir atau kelopak mata.

  • Biduran.

  • Sesak napas.

  • Penurunan kesadaran.

"Keracunan bisa menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) karena satu sumber makanan itu bisa mencemari banyak orang. Sementara alergi itu tidak menular, hanya individu tertentu yang memang sudah punya riwayat sensitivitas terhadap protein tertentu yang akan menimbulkan reaksi," dr. Yogi menjelaskan.

Kapan harus menemui dokter?

ilustrasi mual dan muntah (IDN Times/Novaya Siantita

Sebagian besar kasus keracunan makanan tidak mematikan, tetapi beberapa kasus perlu rawat inap. Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi, seperti gangguan ginjal, peradangan sendi, sampai gangguan pada otak dan saraf.

Orang tua dan guru juga perlu mengamati gejala-gejala berikut:

  • Muntah.

  • Diare sampai berdarah yang merupakan tanda-tanda dehidrasi.

  • Diare yang berlangsung hingga lebih dari tiga hari.

  • Warna urine yang tampak lebih pekat dan jumlahnya lebih sedikit.

  • Bibir kering.

  • Merasa haus.

  • Demam di atas 38 derajat Celcius.

"Penting untuk mengedukasi orang tua, guru, bahkan anak-anak kita, kalau sampai sesudah mengkonsumsi makanan-minuman kemudian mengalami gejala-gejala ini, yang dikatakan gejala keracunannya itu cukup parah, maka harus segera ke dokter," tegas dr. Yogi.

Editorial Team