- Diare atau diare berdarah.
- Muntah.
- Nyeri di perut.
- Demam.
- Sakit kepala.
Berapa Lama Waktu Pemulihan dari Keracunan Makanan?

- Proses pemulihan dari keracunan makanan berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada jenis kuman penyebab, daya tahan tubuh, dan pola perawatan diri.
- Gejala umum keracunan makanan meliputi diare, muntah, nyeri perut, demam, sakit kepala, dan dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.
- Kelompok yang lebih berisiko mengalami keracunan makanan adalah usia 65 tahun ke atas, anak di bawah 5 tahun, orang dengan sistem imun lemah, serta perempuan hamil.
Setelah menyantap makanan, kadang yang kamu rasakan bukan rasa puas, melainkan gejala pencernaan. Sakit perut, mual, lalu diikuti diare atau muntah yang membuat badan lemas. Kondisi ini sering kali menjadi tanda keracunan makanan, salah satu masalah kesehatan yang cukup umum dialami. Walaupun dalam banyak kasus kamu bisa sembuh sendiri, tetapi gejala yang muncul bisa cukup mengganggu. Kamu pun bertanya-tanya, berapa lama waktu pemulihan dari keracunan makanan?
Lama atau cepatnya proses pemulihan ternyata tidak sama pada setiap orang. Ada yang pulih hanya dalam satu hingga tiga hari, ada juga yang butuh waktu lebih lama. Faktor seperti jenis kuman penyebab, daya tahan tubuh, hingga pola perawatan diri sangat berpengaruh. Dengan memahami hal-hal tersebut, kamu akan lebih siap menghadapi gejala sekaligus tahu kapan kondisi masih bisa ditangani di rumah dan kapan harus mencari pertolongan medis.
Gejala keracunan makanan
Gejala umum keracunan makanan meliputi:
Gejala dapat berkisar dari ringan hingga berat dan berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.
Dalam kasus yang lebih jarang, beberapa jenis keracunan makanan, seperti botulisme dan keracunan ikan serta kerang, dapat memengaruhi sistem saraf. Gejalanya dapat mencakup:
- Penglihatan kabur.
- Sakit kepala.
- Kelumpuhan.
- Kesemutan atau mati rasa pada kulit.
- Kelemahan tubuh.
Orang yang mengalami gejala pada sistem saraf sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau pergi ke unit gawat darurat.
Berapa lama keracunan makanan berlangsung?
Kapan gejala mulai muncul dan berapa lama berlangsung tergantung pada penyebabnya. Berikut beberapa organisme penyebab umum dan perkiraan waktu gejalanya.
Organisme | Waktu muncul gejala | Lama gejala | Sumber umum |
Staphylococcus aureus | 30 menit–8 jam | 24–48 jam | Makanan yang tidak dimasak setelah disiapkan: daging olahan, salad dingin, dan kue pastri. |
Salmonella | 6 jam–6 hari | 4–7 hari | Daging dan unggas mentah atau kurang matang, telur, sayuran mentah. |
Norovirus | 12–48 jam | 12–60 jam | Sayuran mentah, kerang, air minum yang terkontaminasi. |
Clostridium botulinum | 12–72 jam | Bervariasi | Makanan kaleng yang tidak diawetkan dengan benar. |
Campylobacter jejuni | 2–5 hari | 2–10 hari | Unggas mentah atau kurang matang, air minum yang terkontaminasi. |
E. coli | 3–4 hari | 5–10 hari | Sayuran mentah, kecambah, air minum yang terkontaminasi. |
Cyclospora cayetanensis | 1–2 minggu | Bisa kambuh selama beberapa minggu atau bulan | Sayuran mentah, rempah segar. |
Listeria | ±2 minggu | Bervariasi | Susu yang tidak dipasteurisasi, keju lunak, daging olahan, kecambah. |
Orang-orang yang lebih berisiko

Siapa pun bisa mengalami keracunan makanan, tetapi ada kelompok tertentu yang lebih berisiko sakit parah. Jika kamu atau orang terdekat memiliki salah satu faktor ini, tubuh mungkin tidak mampu melawan kuman dan penyakit seefektif biasanya. Jadi, penting untuk ekstra hati-hati dalam mencegah keracunan makanan.
- Usia 65 tahun ke atas
Seiring bertambahnya usia, sistem imun dan organ tubuh tidak lagi mampu mengenali serta menghilangkan kuman berbahaya sebaik sebelumnya. Hal ini meningkatkan risiko keracunan makanan. Hampir setengah dari orang berusia 65 tahun ke atas yang terdiagnosis infeksi makanan akibat Salmonella, Campylobacter, Listeria, atau E. coli berakhir dirawat di rumah sakit.
- Anak di bawah 5 tahun
Sistem imun anak kecil masih dalam tahap berkembang, sehingga kemampuannya melawan kuman belum optimal. Keracunan makanan bisa sangat berbahaya karena dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.
Anak di bawah 5 tahun tiga kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit bila terinfeksi Salmonella.
Selain itu, gagal ginjal terjadi pada 1 dari 7 anak di bawah usia 5 tahun yang terdiagnosis infeksi E. coli O157:H7.
- Sistem imun lemah
Sistem imun yang lemah membuat tubuh lebih sulit melawan kuman. Kondisi ini bisa disebabkan oleh penyakit kronis seperti diabetes, penyakit hati, penyakit ginjal, alkoholisme, HIV, gangguan autoimun (misalnya lupus), atau akibat pengobatan seperti kemoterapi dan terapi radiasi.
Sebagai contoh, orang yang menjalani cuci darah (dialisis) memiliki risiko 50 kali lebih tinggi terkena infeksi Listeria.
- Kehamilan
Perempuan hamil lebih rentan terhadap infeksi tertentu. Misalnya, mereka 10 kali lebih mungkin terinfeksi Listeria dibanding orang yang tidak hamil.
Cara mengobati keracunan makanan
Seringnya, keracunan makanan bisa membaik sendiri tanpa perawatan medis khusus. Pengobatan utamanya adalah mengganti cairan dan elektrolit yang hilang untuk mencegah dehidrasi. Jika diperlukan, obat bebas yang dijual di apotek bisa membantu meredakan gejala.
Saat mengalami keracunan makanan, kamu mungkin muntah setelah makan atau kehilangan nafsu makan sementara. Begitu nafsu makan kembali, biasanya kamu bisa langsung melanjutkan pola makan seperti biasa, meski diare masih ada. Pilihan makanan tertentu bisa membantu proses pemulihan.
Jika anak mengalami gejala keracunan makanan, seperti muntah atau diare, sebaiknya segera menghubungi dokter.
Ganti cairan dan elektrolit yang hilang
Saat keracunan makanan, tubuh membutuhkan cairan dan elektrolit untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi ringan. Minumlah banyak cairan. Jika muntah-muntah, coba meneguk sedikit demi sedikit cairan bening. Menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang adalah langkah paling penting dalam pengobatan keracunan makanan.
- Dewasa. Sebagian besar orang dewasa dapat mencukupi kebutuhan cairan dan elektrolit dengan minuman seperti air putih, jus buah yang diencerkan, minuman olahraga, atau kaldu. Makanan ringan asin, seperti biskuit cracker, juga dapat membantu.
- Lansia, orang dengan sistem imun lemah, atau mereka yang mengalami diare berat sebaiknya minum larutan rehidrasi oral yang mengandung glukosa dan elektrolit.
- Anak-anak. Jika anak mengalami keracunan makanan, berikan larutan rehidrasi oral sesuai anjuran. Konsultasi dengan dokter mengenai pemberian larutan ini pada bayi. Untuk bayi, tetap berikan ASI atau susu formula seperti biasa.
Obat bebas
Dalam beberapa kasus, orang dewasa dapat menggunakan obat bebas seperti loperamide atau bismuth subsalisilat untuk mengatasi diare akibat keracunan makanan.
Namun, perlu diingat bahwa obat ini tidak aman untuk bayi dan anak-anak, sehingga perlu konsultasi dokter dulu.
Jika disertai diare berdarah atau demam (tanda infeksi bakteri atau parasit), jangan menggunakan obat bebas tersebut. Segera periksa ke dokter untuk mendapatkan terapi yang sesuai.
Cara dokter mengobati keracunan makanan
Jika keracunan makanan disebabkan oleh bakteri atau parasit, dokter mungkin meresepkan antibiotik atau obat antiparasit, selain larutan rehidrasi.
Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat merekomendasikan probiotik. Beberapa penelitian menunjukkan probiotik dapat mempercepat durasi diare, meski penggunaannya masih terus diteliti. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi probiotik, terutama untuk anak-anak, lansia, atau orang dengan sistem imun lemah.
Pasien dengan gejala dan komplikasi serius, seperti dehidrasi berat, sindrom uremik hemolitik, atau kelumpuhan, mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk penanganan intensif.
Kapan harus menemui dokter?
Segera hubungi dokter jika kamu mengalami gejala seperti:
- Diare berdarah.
- Diare yang berlangsung lebih dari tiga hari.
- Demam tinggi (di atas 39 Celcius).
- Tanda-tanda dehidrasi.
- Muntah terus-menerus hingga tidak bisa menahan cairan apa pun.
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi kerusakan otak, saraf, atau ginjal, meningitis, serta komplikasi kehamilan.
Jika kamu termasuk kelompok berisiko tinggi terhadap komplikasi, sebaiknya jangan menunggu parah untuk menemui dokter. Komplikasi akibat keracunan makanan bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bahkan bersifat permanen.
Cara mencegah keracunan makanan, pahami tips keamanan pangan

Keamanan pangan di rumah merupakan fondasi untuk melindungi kesehatan. Mulai dari cara menyimpan, mengolah, hingga menyajikan makanan, pastikan setiap hidangan bebas dari bakteri, virus, maupun kontaminan lain yang dapat memicu penyakit.
Ada langkah-langkah sederhana yang bisa diterapkan sehari-hari agar makanan tetap aman dan kamu terhindar dari penyakit bawaan makanan.
Kunci keamanan pangan di rumah
- Jaga kebersihan bahan pangan, peralatan, dan dapur
Cuci tangan dengan sabun selama minimal 20 detik sebelum menangani makanan. Pastikan area dapur, peralatan masak, dan wadah penyimpanan selalu bersih. Cuci semua bahan makanan sebelum diolah, serta menjaga dapur dari hama seperti lalat atau tikus.
- Pisahkan bahan mentah dan makanan matang
Hindari kontaminasi silang dengan memisahkan daging, ayam, ikan, seafood, dan telur mentah dari makanan yang sudah dimasak. Gunakan talenan, pisau, serta wadah yang berbeda untuk masing-masing bahan agar bakteri tidak berpindah ke makanan siap santap.
- Masak hingga matang sempurna
Masaklah makanan maksimal dua jam setelah keluar dari kulkas, dan pastikan suhu masak cukup tinggi untuk membunuh bakteri berbahaya. Daging, unggas, dan ikan perlu dimasak sampai benar-benar matang.
- Simpan pada suhu aman
Bakteri mudah berkembang pada suhu ruang. Simpan bahan makanan pada suhu di bawah 5 derajat Celcius atau di atas 60 derajat Celcius. Jangan biarkan makanan matang berada di suhu ruang lebih dari empat jam. Untuk makanan mudah rusak, gunakan kulkas atau pendingin.
- Gunakan air dan bahan baku yang aman
Pilih bahan pangan yang segar, periksa kondisi kemasan dan tanggal kedaluwarsa. Gunakan air matang untuk memasak dan mencuci bahan makanan.
Rantai keamanan pangan, dari belanja hingga penyajian
- Saat berbelanja. Buat daftar belanja agar lebih terarah. Cuci tangan sebelum dan sesudah belanja, serta periksa izin edar, kemasan, dan tanggal kedaluwarsa produk.
- Menyimpan bahan. Pisahkan bahan mentah dalam wadah bersih, simpan dalam porsi sekali masak, dan letakkan makanan matang di rak atas kulkas agar tidak tercemar bahan mentah.
- Mengolah bahan. Cuci sayur dan buah dengan air matang. Cairkan daging atau ikan beku di dalam kulkas hingga aman diolah. Selalu perhatikan tanggal kedaluwarsa.
- Menyajikan makanan. Pastikan makanan tertutup, bersih, dan tidak dibiarkan di suhu ruang lebih dari empat jam.
- Mengangkut makanan. Gunakan wadah yang kuat, bersih, dan khusus untuk makanan. Saat membawa makanan beku atau dingin, gunakan cooler box agar suhu tetap terjaga.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, setiap hidangan yang tersaji di meja makan bukan hanya lezat, tetapi juga aman dikonsumsi. Kebiasaan sederhana dalam menjaga keamanan pangan akan melindungi diri kamu dan keluarga dari risiko kontaminasi.
Sebagian besar kasus keracunan makanan sifatnya ringan, bisa sembuh sendiri dalam beberapa hari. Jenis gejala dan tingkat keparahannya sangat bergantung pada penyebab serta respons tubuh masing-masing orang.
Untuk mencegah keracunan makanan, penting menjaga kebersihan dan menerapkan cara memasak yang aman. Jika mengalami gejala berat atau termasuk kelompok berisiko tinggi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Referensi
"Symptoms & Causes of Food Poisoning." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses September 2025.
"What you need to know about foodborne illnesses." Food and Drug Administration. Diakses September 2025.
"Symptoms of Food Poisoning." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses September 2025.
"Menghindari Keracunan Makanan: Tips Keamanan Pangan Untuk Keluarga di Rumah." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.
"How Long Does Food Poisoning Last? What To Expect." Health. Diakses September 2025.