Cacing tambang bisa menyebar ketika orang yang terinfeksi buang air besar di tanah atau ketika feses manusia digunakan sebagai pupuk tanah.
Apabila ada larva di dalam feses, itu dapat menetas setelah 1 atau 2 hari dalam kondisi yang tepat.
Setelah menetas, larva bisa hidup selama 3 hingga 4 minggu di dalam tanah, butuh 5 sampai 10 hari untuk matang di dalam tanah.
Nah, saat kamu berkontak dengan tanah yang mengandung larva tersebut, maka larva bisa berpindah ke kulit. Ini bisa terjadi jika kamu tidak pakai alas kaki saat berjalan di atas tanah yang mengandung larva serta menelan partikel tanah, misalnya makan sayur yang tidak dicuci.
Setelah masuk ke dalam tubuh, larva cacing tambang masuk ke aliran darah dan pembuluh limfatik tubuh. Sistem ini membawa larva ke paru-paru. Dari sana, kamu dapat batuk dan menelannya.
Apabila mencerna cacing tambang dewasa, cacing tersebut menempel di usus kecil dan memakan darah. Dalam beberapa kasus, anemia terjadi karena kehilangan darah akibat cacing tambang. Cacing bisa hidup lebih dari 2 tahun.
Cacing bisa kawin di usus kecil. Dari sini, ribuan telur bisa masuk ke feses.
Cacing tambang tidak dapat berpindah ke individu lain melalui kontak pribadi. Infeksi hanya bisa terjadi saat telur matang menjadi larva dalam tanah.
Beberapa kelompok punya risiko lebih tinggi berkontak dengan parasit. Contohnya:
- Tinggal di daerah hangat, tropis, atau subtropis.
- Sedang hamil atau usia subur.
- Sering menghabiskan waktu di daerah dengan manajemen sanitasi dan kebersihan yang buruk, terutama jika berjalan tanpa alas kaki atau dengan kontak kulit ke tanah.
- Berjemur di atas tanah yang terkontaminasi larva cacing tambang.
- Tukang ledeng, tukang listrik, dan pembasmi hama.
- Anak kecil yang bersentuhan dengan tanah atau kotak pasir yang terkontaminasi.
- Pekerja yang bersentuhan dengan tanah yang terkontaminasi, terutama petani.
Risiko meningkat di daerah di mana "night soil" alias pupuk yang berasal dari kotoran manusia digunakan.