pexels.com/Mahrael Boutros
Alkohol mengandung senyawa yang memengaruhi bagian sistem reward di otak. Saat seseorang minum minuman beralkohol, bagian yang mengatur reward di otak (orbitofrontral cortex dan nucleus accumbens) mengeluarkan endorfin, yaitu hormon yang diasosiasikan dengan perasaan senang.
Jennifer M. Mitchell, seorang peniliti di University of California San Francisco, Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa adiksi terhadap alkohol muncul ketika orang yang meminumnya mendapatkan sensasi senang. Untuk mempertahankan sensasi senang tersebut, akhirnya orang tersebut minum minuman alkohol dalam jumlah banyak.
Melansir WebMD, seseorang yang memiliki adiksi terhadap minuman beralkohol memiliki gejala seperti berikut:
- Minum lebih banyak dari jumlah awal yang direncanakan, contoh: hanya ingin minum 1 gelas bir, tetapi jadi minum 5 gelas
- Mencoba untuk mengurangi, tetapi gagal
- Mendapati diri sering minum dan/atau mabuk
- Tidak dapat konsentrasi, hanya ingin minum minuman beralkohol saja
- Mendapat masalah di tempat kerja, sekolah, dan rumah karena aktivitas minum
- Tetap minum meskipun tahu efek negatifnya bagi diri sendiri dan relasi dengan orang sekitar
- Melepas atau berhenti dari aktivitas yang disukai atau penting hanya karena ingin minum alkohol
- Mendapati diri terluka sebagai akibat dari tidak sadarkan diri. Misalnya: mabuk lalu terlibat perkelahian
- Memiliki masalah dengan ingatan, kesehatan menurun, tetapi tetap minum minuman beralkohol
- Memaksakan diri untuk minum untuk mendapatkan sensasi senang yang diinginkan
- Memiliki gejala lepas obat (withdrawal symptoms) saat tidak minum minuman beralkohol
Seseorang dikatakan memiliki adiksi akut terhadap alkohol apabila mempunyai setidaknya enam gejala atau lebih. Bila mendapati diri memiliki 2 atau 3 gejala selama 1 tahun terakhir, kamu bisa menghubungi klinik rehabilitasi untuk mendapat pertolongan.
CDC menyebutkan, akibat ketergantungan terhadap alkohol antara lain:
- Keracunan
- Risiko terluka akibat kecelakaan lalu lintas, tenggelam, atau terbakar
- Keguguran
- Risiko terjangkit penyakit menular seksual, HIV, dan kehamilan yang tidak diinginkan
- Imunitas tubuh berkurang
- Penyakit jantung, serangan stroke, penyakit lever
- Kanker mulut, tenggorokan, payudara, usus, dan kerongkongan
- Depresi atau memiliki rasa cemas berlebihan (anxiety disorder)