Kadar Histamin Tinggi Bisa Sebabkan Intoleransi, Apa Itu?

Histamin adalah bahan kimia yang dihasilkan tubuh untuk memerankan beberapa fungsi. Mulai dari merespons cedera dan reaksi alergi, memberi sinyal pelepasan asam lambung pada sistem pencernaan, serta mengirimkan pesan ke otak.
Selain itu, bahan kimia ini juga terdapat secara alami pada makanan tertentu. Beberapa makanan juga dapat melepaskan histamin yang tersimpan di dalam tubuh.
Pada kondisi sehat, histamin akan dipecah dan dikeluarkan dari tubuh untuk mempertahankan kadar yang normal. Akan tetapi, kondisi tertentu dapat mengganggu proses tersebut. Akibatnya, terjadilah penumpukan dan peningkatan jumlah histamin.
Peningkatan kadar histamin dalam tubuh akan menyebabkan kondisi yang disebut dengan intoleransi histamin. Ini bisa memengaruhi fungsi normal tubuh dan menyebabkan ketidaknyamanan, seperti kembung, diare, atau memunculkan gejala seperti alergi.
Apa saja penyebab intoleransi histamin dan bagaimana penanganannya? Yuk simak informasi selengkapnya di bawah ini.
1. Penyebab intoleransi histamin

Di dalam tubuh, histamin akan dipecah oleh enzim diaminaoksidase (DAO) dan histamine-N-metiltransferase (HNMT). Enzim DAO adalah agen utama pemecah histamin yang dihasilkan oleh sistem pencernaan. Sedangkan enzim HNMT, dihasilkan oleh sistem saraf pusat. Kedua enzim tersebut bekerja sama untuk "membersihkan" kelebihan histamin dalam tubuh.
Akan tetapi, kondisi tertentu dapat menurunkan aktivitas kedua enzim tersebut sehingga tidak optimal bekerja menurunkan kadar histamin, yang kemudian menyebabkan intoleransi histamin. Kondisi tersebut termasuk:
- Gangguan sistem pencernaan, seperti sindrom usus bocor dan penyakit radang usus. Ini dapat memengaruhi produksi enzim pemecah histamin.
- Penggunaan obat-obatan yang dapat memengaruhi kadar enzim DAO dan HNMT, misalnya antibiotik, antidepresan, antiaritmia, antihipertensi, narkotika, pelemas otot, anestesi lokal.
- Konsumsi alkohol yang tinggi. Ini dapat merusak lapisan usus sehingga memengaruhi produksi enzim DAO dan HNMT.
- Konsumsi obat yang dapat memengaruhi cara tubuh memecah histamin, seperti ibuprofen dan aspirin.
- Mutasi genetik yang dapat menurunkan kadar dan fungsi enzim DAO dan/atau HNMT.
- Konsumsi makanan yang kaya histamin juga dapat memblokir sementara enzim pemecah histamin.
Ketika tubuh tidak bisa memecah histamin secara optimal, bahan kimia ini dapat bocor melalui lapisan usus dan masuk ke aliran darah. Kemudian, kondisi tersebut akan memicu respons kekebalan tubuh yang akan menimbulkan gejala intoleransi histamin.
2. Gejala intoleransi histamin

Intoleransi histamin memiliki gejala yang sangat bervariasi, dan sering kali tumpang tindih dengan kondisi lain. Namun secara umum, ini biasanya ditandai dengan gejala, seperti:
- Sakit kepala atau migrain
- Hidung tersumbat atau masalah sinus
- Kelelahan
- Masalah pencernaan, seperti perut kembung atau diare
- Kemerahan atau bilur merah, terutama pada kepala dan dada
- Gatal-gatal atau ruam kulit, kulit bersisik
- Siklus haid tidak teratur
- Mual
- Muntah
- Hidung tersumbat, gatal, atau berair
- Mata merah, berair, atau gatal
Pada kasus yang parah, biasanya lebih jarang, intoleransi histamin mungkin juga menyebabkan:
- Kram perut
- Pembengkakan jaringan
- Tekanan darah tinggi
- Denyut jantung tidak teratur
- Kecemasan
- Kesulitan mengatur suhu tubuh
- Pusing
Intoleransi histamin cukup jarang terjadi. Dilaporkan, ini memengaruhi sekitar 1 hingga 3 persen populasi secara global. Kemungkinan, kondisi ini tidak dikenali atau disalahartikan dengan kondisi lain, seperti alergi makanan atau gangguan pencernaan.
3. Bagaimana cara mengenali intoleransi histamin?

Intoleransi histamin biasanya dikenali atau didiagnosis melalui beberapa pemeriksaan, termasuk pemeriksaan terhadap kemungkinan alergi atau kondisi lain yang memiliki gejala serupa.
Jika tidak ditemukan penyebab lain, dokter biasanya akan merekomendasikan diet eliminasi yang menghindari makanan kaya histamin atau pemicunya. Upaya tersebut mungkin perlu dilakukan selama 14 hingga 30 hari. Setelah itu, dokter akan mulai memperkenalkan kembali makanan tersebut secara perlahan untuk mengetahui reaksi baru.
Tes darah di laboratorium terkadang juga diperlukan untuk mendiagnosis intoleransi histamin. Ini ditujukan untuk mengetahui kadar enzim DAO dan HNMT serta kadar histamin dalam tubuh.
4. Perawatan intoleransi histamin dengan diet rendah histamin

Jika seseorang didiagnosis dengan intoleransi histamin, diet rendah histamin sering direkomendasikan untuk meredakan gejala. Ini berarti kamu harus membatasi atau menghindari makanan yang kaya akan zat tersebut, makanan yang dapat melepaskan histamin tersimpan di dalam tubuh, serta yang dapat mengganggu produksi atau efektivitas enzim pemecah histamin.
Menurut laman WebMD, secara umum, makanan yang difermentasi, berumur, atau diproses secara berlebihan cenderung mengandung lebih banyak histamin daripada makanan segar. Beberapa jenis makanan yang kaya histamin, termasuk:
- Keju tua, seperti parmesan
- Makanan kaleng, acar
- Produk asap, seperti sosis, ham, bacon, atau salami
- Saus tomat
- Alpukat
- Terung
- Bayam
- Kerang
- Buah kering
- Alkohol
Sedangkan makanan yang dapat melepaskan histamin dalam tubuh, termasuk:
- Alkohol
- Pisang
- Tomat
- Bibit gandum
- Kacang polong
- Pepaya
- Cokelat
- Kacang-kacangan, terutama kenari, kacang tanah, dan kacang mete
- Buah jeruk
- Putih telur
- Ikan
Sementara itu, makanan dan minuman yang dapat mengganggu produksi dan efektivitas enzim DAO dan HNMT, meliputi:
- Alkohol
- Teh hitam
- Teh hijau
- Teh mate
- Minuman berenergi
Diet rendah histamin tidak boleh dilakukan jangka panjang dan sembarangan. Ini harus sesuai dengan rekomendasi dokter agar bisa tetap menjaga asupan nutrisi yang seimbang. Untuk memenuhi nutrisi tubuh selama menjalani diet ini, beberapa makanan rendah histamin biasanya direkomendasikan. Ini meliputi:
- Pengganti susu
- Daging segar
- Ikan segar
- Kuning telur yang dimasak
- Susu dan produk susu segar yang dipasteurisasi
- Buah-buahan segar, kecuali jeruk, ceri, stroberi
- Sayuran segar, kecuali tomat, bayam, dan terong
- Beras dan santan
5. Perawatan intoleransi histamin dengan suplemen dan obat-obatan

Selain diet rendah atau bebas histamin, penambahan suplemen dan obat-obatan tertentu biasanya juga diresepkan untuk menangani gejala intoleransi. Dokter mungkin akan menyarankan antihistamin kuat sebagai suplemen tambahan yang dapat merangsang aktivitas pengolah histamin secara alami, misalnya:
- Vitamin B6
- Vitamin B12
- Tembaga
- Seng
- Magnesium
- Kalsium
Selain itu, obat-obatan seperti benadryl atau diphenhydramine mungkin juga diresepkan. Obat ini dapat memblokir aktivitas histamin dan meredakan gejala intoleransi histamin.
Intoleransi histamin merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan histamin yang terlalu tinggi dalam tubuh. Ini berbeda dengan reaksi alergi, meski beberapa gejalanya hampir mirip, bahkan sering disalahartikan.
Diet rendah atau bebas histamin adalah penanganan yang sering direkomendasikan untuk kondisi ini. Namun, jangan sembarangan melakukannya tanpa pengawasan dokter. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter jika kamu mengalami gejala di atas.