Selain gejala-gejala kanker ovarium yang membuatnya jadi silent killer, Dr. Brahmana menyayangkan bahwa tak ada pedoman spesifik yang ditetapkan untuk skrining kanker ovarium. Padahal, kanker ovarium—jika terdeteksi pada tahap awal—pasien memiliki kemungkinan 94 persen lebih besar untuk hidup hingga 5 tahun setelah diagnosis.
Ada beberapa metode diagnosis yang dapat dilakukan. Pertama adalah mengambil jaringan atau biopsi ovarium untuk diperiksa spesialis patologi. Kalau sudah stadium lanjut, maka kemoterapi adalah opsi yang diambil. Akan tetapi, kalau masih stadium awal, maka bisa dilakukan operasi untuk mengangkat tumor ganas.
ilustrasi pemeriksaan dengan MRI (amitahealth.org)
Ginekolog juga umumnya melakukan pemeriksaan rutin pada ukuran ovarium, memeriksa apakah ada benjolan di ovarium, dan sebagainya. Selain itu, pemeriksaan kanker ovarium tambahan juga dapat dilakukan dengan alat mutakhir, yaitu dengan pencitraan atau imaging menggunakan:
- USG transvaginal
- CT scan
- MRI
Dokter Brahmana menambahkan bahwa pasien kanker ovarium dapat menjalani tes darah untuk mengetahui jumlah dan analisis biomarker tumor pada ovarium. Selain itu, tes darah juga bisa menjadi tes genetik untuk melihat adanya gen yang menyebabkan kanker ovarium.