ilustrasi kesepian (freepik.com/freepik)
Duduk dikelilingi keramaian, tetapi merasa sunyi. Mungkin aktif di media sosial, menghadiri acara, tetapi tetap memendam kekosongan emosional. Inilah kesepian. Tidak selalu soal jumlah teman, melainkan kualitas koneksi.
Sebuah studi jangka panjang mengungkap bahwa mereka yang merasa kesepian memiliki risiko terkena penyakit jantung koroner dan stroke lebih tinggi, bahkan setelah memperhitungkan faktor risiko konvensional seperti tekanan darah, kolesterol, dan gaya hidup. Ini contoh bahwa kesepian dapat menembus dinding-dinding biologis dan menekan sistem kardiovaskular.
Alasan kenapa kesepian bisa berbahaya bagi jantung adalah karena keterkaitan sosial (social connection) bisa menjadi tameng pelindung yang membantu menurunkan peradangan, menurunkan stres, dan memperkuat kesehatan mental. Semua faktor tersebut dapat memperpanjang harapan hidup.
Sebaliknya, isolasi sosial dan kesepian berhubungan dengan peningkatan penanda peradangan dan lonjakan hormon stres. Risiko serangan jantung atau stroke bisa naik hingga 29 persen dan 32 persen pada mereka yang terisolasi atau merasa kesepian.
Lebih jauh lagi, penelitian dari UK Biobank dengan ratusan ribu peserta menemukan bahwa kesepian dan isolasi sosial berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner secara signifikan.
Tak hanya risiko awal penyakit jantung, kesepian juga memperburuk prognosis bagi mereka yang sudah memiliki kondisi kardiovaskular. Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit jantung yang hidup dalam isolasi sosial memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal dibandingkan dengan yang lebih terhubung secara sosial.
Lebih parah lagi, sebuah penelitian terbaru dari Harvard menemukan bahwa lansia yang mengalami kesepian kronis memiliki hingga 56 persen peningkatan risiko stroke dibanding mereka yang tidak merasa kesepian secara konsisten.
Untuk keluar dari jerat kesepian, kamu bisa mencoba mengupayakan langkah-langkah ini:
Bangun koneksi nyata. Lebih dari sekadar “like” di media sosial, kualitas hubungan sehari-hari penting. Mengobrol dengan teman, keluarga, atau tetangga bisa memperkuat ikatan emosional.
Libatkan diri di komunitas. Bergabung dengan kelompok sukarelawan, komunitas hobi, atau kelas lokal bisa memberikan ruang untuk merasakan bahwa kamu bagian dari sesuatu.
Bantuan dari profesional. Jika kesepian terasa berat atau berkepanjangan, bicara dengan konselor atau tenaga kesehatan mental bisa membantu menemukan cara mengatasinya.
Perlakukan kesepian sebagai isu kesehatan. Dokter dan tenaga medis perlu mulai melihat kesepian sebagai faktor risiko potensial penyakit jantung, bukan cuma masalah psikologis.