Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenali 6 Hal tentang Shigella dysenteriae, Penyebab Disentri Basiler

pexels.com/Markus Spiske

Hingga saat ini, diare banyak dialami oleh masyarakat. Penyebab diare sendiri bermacam-macam, mulai dari infeksi mikroorganisme, alergi makan, dan sebagainya.

Bakteri penyebab diare juga sangat banyak, salah satunya adalah Shigella dysenteriae (S. dysenteriae). Bakteri ini merupakan salah satu penyebab disentri basiler (shigellosis). Penasaran dengan penyakit yang disebabkan oleh bakteri nakal ini? Simak ulasannya!

1. Seperti apa penampakan bakteri Shigella dysenteriae?

phil.cdc.gov

Menurut buku "Jawetz, Melnick, and Adelberg Medical Microbiology", S. dysenteriae merupakan bakteri batang gram-negatif yang sebenarnya memiliki habitat asli di saluran cerna manusia dalam jumlah terbatas.

Bentuk bakteri ini ramping, kebanyakan memiliki bentuk bulat memanjang. S. dysenteriae bersifat fakultatif anaerob (bisa hidup dengan/tanpa oksigen), tetapi tumbuh paling baik secara aerob (dengan oksigen).

Koloni bakteri berbentuk cekung, bulat, transparan, dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter sekitar 2 mm dalam 24 jam. Karena sama-sama memiliki habitat asli di usus, S. dysenteriae akan sulit dibedakan dengan E. coli secara genetik.

2. Bagaimana S. dysenteriae menyebabkan disentri?

ncbi.nllm.nih.gov

Masih bersumber dari buku yang sama, infeksi S.  dysenteriae ditandai dengan invasi permukaan usus besar.

Bakteri akan melepas lipopolisakarida yang toksik. Endotoksin ini kemungkinan yang berperan menimbulkan iritasi pada dinding usus.

Tidak hanya itu, S. dysenteriae menghasilkan eksotoksin yang dapat mengenai usus dan sistem saraf pusat. Eksotoksin adalah protein antigenik yang merangsang produksi antitoksin dan bersifat mematikan untuk hewan percobaan. 

Pada manusia, enterotoksin menghambat absorpsi gula dan asam amino di usus halus.  Kedua zat tersebut pada infeksi awal menyebabkan diare tidak berdarah, encer, dan banyak. Bila tidak segera ditangani, bakteri akan cepat menyebar dan menyebabkan kematian sel epitel usus. Invasi bakteri ke usus besar akan mengakibatkan disentri lebih lanjut dengan gejala diare berdarah.

3. Penyebaran S. dysenteriae bergantung pada kebersihan

pexels.com/Mumtahina Rahman

Menurut sebuah laporan dalam jurnal medis "Frontier in Cellular and Infection Microbiology", disentri akibat S. dysenteriae dapat terjadi melalui jalur penularan fecal-oral, yaitu penularan melalui mulut dari benda, makanan, atau minuman yang terkontaminasi kotoran orang yang terinfeksi.

Penyebaran penyakit ini sangat terkait dengan kebersihan sumber air dan pengelolaan sanitasi. Karena itu, disentri basiler sering terjadi di lingkungan padat penduduk yang miliki sanitasi buruk dan sumber air tercemar.

Kasus disentri basiler di Indonesia sendiri masih cukup tinggi. Menurut data Kementerian kesehatan RI, kasus disentri semua umur di Indonesia yang dilayani di fasilitas kesehatan mencapai 4.504.524 penderita pada tahun 2018. Hampir seperempat dari total kasus terjadi pada balita. Jumlah pasien disentri balita yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 1.637.708 orang. Cukup banyak, bukan?

4. Gejalanya mirip diare pada umumnya

freepik.com/freepik

Bakteri S. dysenteriae cuma butuh waktu 1-2 hari untuk menimbulkan gejala pada manusia. Berdasarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), gejala disentri basiler meliputi: 

  • Diare (terkadang berdarah)
  • Demam
  • Sakit perut
  • Merasa ingin buang air besar meskipun usus kosong

Gejala biasanya berlangsung selama 5-7 hari. Namun, beberapa orang mungkin mengalami gejala mulai dari beberapa hari hingga 4 minggu atau lebih.

Apabila kamu merasakan gejala di bawah ini, sebaiknya segera cek ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat:

  • Demam
  • Diare berdarah
  • Kram perut yang parah atau nyeri saat tekan
  • Dehidrasi
  • Sakit perut teramat sangat

5. Bagaimana dokter mendiagnosis dan mengatasinya?

ilustrasi konsultasi dokter (IDN Times/Mardya Shakti)

Dokter akan memeriksa gejala yang muncul pada pasien. Karena gejala disentri basiler mirip diare, maka akan dibutuhkan pemeriksaan feses. Meski jarang, tapi pada beberapa kasus, dokter mungkin akan meminta uji laboratorium seperti uji biakan bakteri S. dysenteriae, uji serologis, dan reaksi biokimia dari spesimen usapan (swab) rektal pasien. 

Penanganan disentri basiler cukup sederhana. Dikutip dari buku "Manson's Tropical Diseases", hal terpenting dalam penanganan disentri basiler adalah rehidrasi dan terapi elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, serta mencegah dehidrasi berat.

Selain itu, pemberian antibiotik dapat membantu menekan gejala dan memperpendek durasi infeksi. Khususnya untuk anak-anak, mempertahankan kecukupan gizi sangat penting karena frekuensi buang air besar yang lebih tinggi berisiko menimbulkan malnutrisi. 

6. Pencegahan terbaik: jaga kebersihan!

freepik.com/freepik

Menjaga kebersihan adalah kunci dari pencegahan disentri basiler akibat S. dysenteriae. Cuci tangan adalah cara paling efektif untuk menghentikan penyebaran infeksi.

National Health Service Inggris memberikan langkah-langkah pencegahan disentri basiler, yang meliputi:

  • Cuci tangan hingga bersih dengan sabun dan air setelah menggunakan toilet.
  • Apabila anak kecil terserang penyakit ini, bantu dia untuk mencuci tangan dengan benar.
  • Jangan menyiapkan makanan untuk orang lain sampai bebas dari gejala setidaknya selama 48 jam.
  • Cuci semua pakaian, seprai, dan handuk kotor dengan air panas.
  • Bersihkan dudukan toilet, toilet bowl, jet shower, gayung, dan keran dengan detergen dan air panas setelah digunakan, diikuti dengan disinfektan rumah tangga.
  • Pastikan sumber air dalam keadaan bersih dan air yang dikonsumsi matang.

Meskipun gejalanya tampak sederhana, tapi jangan anggap remeh infeksi bakteri ini, ya! Ingat, mencegah selalu lebih baik dibandingkan mengobati. Jaga dan lindungi diri beserta orang tersayang dari serangan Shigella dysenteriae.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us