Kenapa Habis Makan Tidak Boleh Langsung Tidur?

- Rebahan setelah makan besar meningkatkan risiko gangguan pencernaan, terutama refluks asam.
- Refluks asam dapat mengganggu kualitas tidur dan memengaruhi ritme tidur dalam jangka panjang.
- Ahli merekomendasikan jeda 2-3 jam antara makan terakhir dan waktu tidur untuk mencegah gangguan pencernaan dan mendukung kualitas tidur yang lebih baik.
Setelah kenyang, godaan untuk segera rebahan di sofa atau tempat tidur sering kali sulit dihindari. Namun, ternyata habis makan tidak disarankan untuk langsung tidur atau berbaring karena kebiasaan ini dapat memicu berbagai gangguan pencernaan hingga risiko penyakit.
Untuk tahu kenapa habis makan tidak direkomendasikan untuk langsung tidur, yuk cek penjelasannya di bawah ini!
1. Gangguan pencernaan dan refluks asam

Tidur dalam posisi berbaring setelah makan besar meningkatkan risiko gangguan pencernaan, terutama refluks asam. Dalam posisi ini, gravitasi tidak membantu menjaga makanan dan asam lambung tetap di perut, sehingga asam lambung dapat naik ke kerongkongan.
Hal ini memicu sensasi terbakar atau rasa tidak nyaman di tenggorokan, yang dikenal sebagai heartburn atau nyeri ulu hati. Kondisi ini lebih sering terjadi pada individu dengan masalah kesehatan tertentu, seperti hernia hiatus, obesitas, atau apnea tidur.
Kebiasaan ini juga bisa memperburuk gejala yang sudah ada, sehingga penting untuk memberi jeda waktu yang cukup sebelum berbaring setelah makan.
2. Gangguan kualitas tidur

Refluks asam yang terjadi setelah makan sebelum tidur tidak hanya menyebabkan rasa tidak nyaman, tetapi juga dapat mengganggu kualitas tidur secara keseluruhan.
Selain itu, tubuh yang masih bekerja keras untuk mencerna makanan berat bisa meningkatkan suhu tubuh, yang seharusnya turun untuk mencapai kondisi optimal selama tidur. Akibatnya, kamu mungkin mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terbangun pada malam hari.
Dalam jangka panjang, gangguan ini bisa memengaruhi ritme tidur dan berdampak pada kesehatan secara keseluruhan.
3. Kapan waktu yang tepat untuk tidur setelah makan?

Waktu ideal untuk berhenti makan sebelum tidur tergantung pada jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi. Cairan bening seperti air putih atau jus biasanya melewati lambung lebih cepat dibandingkan dengan makanan padat.
Minuman bertekstur seperti protein shake atau kopi dengan krimer membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna. Sementara itu, makanan padat, terutama yang tinggi lemak, memerlukan waktu pencernaan paling lama.
Para ahli merekomendasikan jeda dua hingga tiga jam antara makan terakhir dan waktu tidur untuk memberikan cukup waktu bagi sistem pencernaan memproses makanan. Dengan demikian, risiko gangguan seperti refluks asam atau gangguan pencernaan bisa diminimalkan.
Memberi jeda waktu antara makan dan tidur tidak hanya mencegah gangguan pencernaan atau refluks asam, tetapi juga mendukung kualitas tidur yang lebih baik. Cobalah untuk merencanakan waktu makan dengan bijak dan hindari mengonsumsi makanan berat menjelang waktu tidur.
Referensi
Kinsey, Amber, and Michael Ormsbee. “The Health Impact of Nighttime Eating: Old and New Perspectives.” Nutrients 7, no. 4 (April 9, 2015): 2648–62.
Manoogian, Emily N. C., Amandine Chaix, and Satchidananda Panda. “When to Eat: The Importance of Eating Patterns in Health and Disease.” Journal of Biological Rhythms 34, no. 6 (December 1, 2019): 579–81.
"Is It Bad to Sleep Right After Eating?". VerywellHealth. Diakses Desember 2024.
"How to Sleep Better with GERD". Sleep Foundation. Diakses Desember 2024.