Kenapa Perempuan Lebih Rentan Terkena Penyakit Autoimun?

Penyakit autoimun atau kelainan autoimun adalah salah satu jenis penyakit yang paling umum di seluruh dunia. Penyakit autoimun terjadi saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara sel sendiri dan sel asing, sehingga tubuh menyerang sel-sel sehat.
Diperkirakan bahwa sekitar 80 persen dari seluruh pasien yang didiagnosis dengan penyakit autoimun adalah perempuan (Cures, 2020). Kenapa perempuan lebih rentan terkena penyakit autoimun?
1. Perempuan mengembangkan respons imun yang lebih kuat
Sistem kekebalan melindungi tubuh dari infeksi dan agen eksternal yang berbahaya bagi tubuh. Meskipun sistem kekebalan tubuh perempuan dan laki-laki serupa, tetapi perempuan mengembangkan respons imun yang jauh lebih kuat dibandingkan laki-laki.
Artinya, perempuan melawan infeksi dengan lebih efektif. Selain itu, secara umum, respons perempuan terhadap vaksinasi lebih besar.
Contohnya, sebuah studi mencatat tingkat keparahan dan kematian yang lebih besar pada laki-laki akibat infeksi SARS-CoV-2. Ini terlihat di negara-negara di mana laki-laki dan perempuan memiliki akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan (Journal of Neuroimmune Pharmacology, 2021).
Namun, respons yang intens ini berarti perempuan lebih rentan terkena penyakit autoimun atau peradangan. Pada penyakit autoimun dan peradangan, sistem kekebalan menjadi tidak terkendali dan mulai menyerang tubuh itu sendiri, menyebabkan kerusakan dan peradangan.
2. Kenapa perempuan lebih rentan terkena penyakit autoimun?
Diterangkan dalam laman Mind Body Green, perempuan lebih rentan terkena penyakit autoimun mungkin disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
- Kromosom: Kromosom X telah dikaitkan dengan kelainan autoimun tertentu, dan karena perempuan memiliki lebih banyak kromosom X (XX) dibandingkan laki-laki (XY), maka perempuan lebih rentan terhadap kelainan autoimun.
- Hormon: Banyak kelainan autoimun disebabkan oleh hormon estrogen. Alasannya, estrogen dapat menyebabkan peradangan pada tubuh. Ketika perempuan melewati masa pubertas dan kehamilan, mereka mengalami peningkatan kadar estrogen, akibatnya mereka berisiko lebih tinggi terkena penyakit autoimun. Belum lagi, banyak kontrasepsi oral dan terapi penggantian hormon meningkatkan jumlah estrogen dalam tubuh.
- Respons imun: Sejumlah penelitian melaporkan bahwa perempuan memiliki peningkatan kemampuan dalam memproduksi patogen, sehingga membuat mereka lebih baik dalam melawan infeksi dibandingkan laki-laki. Sayangnya, ini juga meningkatkan risiko respons hiperimun, yang dapat menyebabkan kecenderungan penyakit autoimun.
- Stres kronis: Stres kronis dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan peradangan, menjadikannya faktor risiko lain untuk penyakit autoimun. Perempuan cenderung menghadapi pemicu stres tertentu dalam kehidupan pribadi dan profesionalnya, yang tidak dialami laki-laki.
3. Faktor risiko lainnya
Mengutip dari situs Verywell Health, faktor risiko penyakit autoimun yang diketahui pada perempuan antara lain:
- Usia: Penyakit autoimun sering menyerang perempuan sejak usia subur karena pubertas sering kali diiringi perubahan hormonal.
- Riwayat penyakit autoimun dalam keluarga: Beberapa penyakit autoimun diturunkan dalam keluarga. Ini utamanya disebabkan oleh variasi genetik yang diturunkan.
- Mengidap penyakit autoimun: Perempuan yang sudah mengidap suatu penyakit autoimun lebih mungkin terkena penyakit autoimun lainnya.
- Obesitas: Kelebihan berat badan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit autoimun. Alasannya, obesitas membuat tubuh mengalami peradangan kronis dan dapat mengancam respons imun yang sehat.
- Merokok: Menghirup asap rokok berdampak pada sistem kekebalan melalui berbagai interaksi kompleks, seperti respons peradangan, penekanan kekebalan, dan pengembangan autoantibodi.
- Pengobatan: Obat tekanan darah tertentu, statin, dan antibiotik dilaporkan dapat memicu kondisi autoimun.
- Infeksi: Beberapa virus dapat mengaktifkan gen tertentu yang memengaruhi fungsi sistem kekebalan, seperti virus Epstein-Barr, yang dikaitkan dengan lupus dan artritis reumatoid.
4. Jenis penyakit autoimun yang lebih umum diidap perempuan
Menurut laman Women's Health, berikut ini penyakit autoimun yang lebih banyak menyerang perempuan dibandingkan dengan laki-laki:
- Alopecia areata: Sistem kekebalan menyerang folikel rambut dan menyebabkan kebotakan.
- Hepatitis autoimun: Sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel-sel hati. Ini dapat menyebabkan jaringan parut dan pengerasan hati, dan mungkin gagal hati.
- Penyakit Graves: Penyakit yang menyebabkan tiroid memproduksi terlalu banyak hormon tiroid.
- Penyakit Hashimoto: Penyakit yang menyebabkan tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid.
- Penyakit radang usus: Penyakit yang menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaan.
- Multiple sclerosis: Penyakit ketika sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan pelindung di sekitar saraf. Kerusakan tersebut berdampak pada otak dan sumsum tulang belakang.
- Psoriasis: Penyakit yang menyebabkan sel-sel kulit tumbuh terlalu cepat dan menumpuk di permukaan kulit.
- Artritis reumatoid: Penyakit saat sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan sendi di seluruh tubuh.
- Vitiligo: Kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memberi warna pada kulit. Ini juga dapat memengaruhi jaringan dalam mulut dan hidung.
5. Apa yang bisa dilakukan?
Tidak ada jaminan bahwa kamu bisa sepenuhnya mencegah penyakit autoimun, mengingat banyak faktor penyebabnya berada di luar kendali kamu. Kendati demikian, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risikonya. Berikut beberapa caranya:
- Jalani pola makan yang seimbang: Ikuti pola makan yang sehat dan bergizi seimbang yang terdiri dari berbagai protein, buah-buahan, dan sayuran untuk memastikan asupan mikronutrien yang cukup.
- Dapatkan cukup vitamin D: Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit autoimun dan masalah kesehatan lainnya.
- Temukan rencana olahraga yang tidak membuat tubuh stres: Latihan interval intensitas tinggi dapat menyebabkan peningkatan hormon stres yang tidak sehat pada beberapa orang. Jadi, pertimbangkan untuk melakukan olahraga yang tidak terlalu membebani, seperti yoga dan kardio.
- Jadikan tidur sebagai prioritas: Kurang tidur dapat membuat tubuh melepaskan kortisol sepanjang hari sehingga berkontribusi terhadap perasaan stres emosional.
- Kelola stres: Peningkatan hormon stres merupakan pemicu peradangan dan penyakit autoimun. Cari teknik pereda stres yang kamu sukai, seperti meditasi, yoga, membuat jurnal, olahraga, dan terapi.
Sekarang kamu sudah tahu kenapa perempuan lebih rentan terkena penyakit autoimun. Sayangnya, banyak faktor risiko autoimun tidak bisa dicegah. Yang bisa kamu lakukan adalah segera ke dokter jika merasa ada yang tidak beres. Diagnosis dini dapat membantu menangani kondisi sesegera mungkin.