ilustrasi obat (unsplash.com/Christina Victoria Craft)
Pasien yang mempunyai koinfeksi TB/HIV akan menjalani pengobatan untuk dua kondisi tersebut. Komunikasi antara tim dokter yang menangani HIV dan TB harus berjalan dengan baik untuk mencegah interaksi obat dan risiko keracunan.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, obat rifampin yang dipakai untuk mengobati TB dapat berinteraksi dengan beberapa jenis ART. Penggunaan obat rifabutin dapat digunakan sebagai alternatif rifampin karena tidak menyebabkan interaksi.
Kombinasi obat isoniazid dengan ART juga dapat mengurangi risiko TB pada pasien HIV. Isoniazid adalah obat yang digunakan untuk mengobati pasien yang mempunyai TB laten dan HIV agar bakteri TB tidak berubah menjadi aktif. Ini merujuk pada artikel dalam publikasi Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine (2015). Disebutkan bahwa isoniazid preventive therapy (IPT) menunjukkan efek yang lebih maksimal bila digabungkan dengan ART.
Berdasarkan informasi di atas, bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai HIV dan/atau TB sebaiknya melakukan tes tambahan untuk mengetahui apakah dirinya mempunyai infeksi lain (TB atau HIV). Deteksi dini dapat mencegah kondisi memburuk, seperti mempercepat perkembangan HIV menjadi AIDS.
Pasien koinfeksi TB/HIV juga sebaiknya segera melakukan pengobatan untuk dua kondisi tersebut, meskipun status TB-nya laten atau tidak aktif. Kondisi koinfeksi yang tidak tertangani dengan baik juga akan membuat sistem imun tubuh melemah dan berimbas pada organ tubuh yang lain.