Koinfeksi TB/HIV: Definisi, Deteksi, dan Pengobatan

Deteksi dini akan mencegah gejala memburuk

Sistem imunitas tubuh yang lemah menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang membunuh sel darah putih manusia, yaitu sel CD4, sehingga kekebalan tubuh seseorang perlahan melemah.

Seseorang yang terjangkit HIV dan tidak diobati dengan baik lama-kelamaan dapat mengidap acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Kemudian orang yang mempunyai HIV juga rentan mengalami infeksi penyakit lainnya, misalnya tuberkulosis (TB atau TBC).

Perpaduan ini disebut koinfeksi TB/HIV dan ini tidak boleh diremehkan. Lalu, bagaimana cara mendeteksinya dan bagaimana pengobatannya? Simak penjabarannya berikut ini.

1. Apa itu koinfeksi TB/HIV

Koinfeksi TB/HIV: Definisi, Deteksi, dan Pengobatanilustrasi orang dewasa yang mengalami batuk (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Koinfeksi TB/HIV adalah infeksi yang terjadi pada tubuh akibat HIV dan bakteri penyebab TB. TB termasuk infeksi oportunistik yang dapat terjadi pada orang yang hidup dengan HIV. Merujuk pada artikel ilmiah dalam Jurnal Kedokteran Brawijaya Agustus 2021, Indonesia dalam lima negara di Asia Tenggara dengan angka HIV-TB infeksi tinggi.

Infeksi oportunistik adalah sebuah kondisi yang mana seseorang dengan kekebalan tubuh yang rendah sering mengalami infeksi atau infeksi yang berat. Pasien HIV yang tidak menyadari dirinya mempunyai TB ersembunyi (TB laten) berpotensi tinggi mengalami TB aktif yang nantinya akan membahayakan keselamatan diri.

2. Deteksi

Koinfeksi TB/HIV: Definisi, Deteksi, dan Pengobatanilustrasi seorang dokter yang membahas hasil tes dengan pasien (pexels.com/RODNAE Productions)

Tes TB sangat penting untuk pasien dengan HIV. Demikian pula mereka yang mempunyai TB juga sebaiknya melakukan tes HIV.

Berikut adalah rekomendasi proses tes TBC untuk pasien HIV:

  • Setiap orang yang positif HIV segera melakukan tes TB. Tujuannya untuk mendeteksi apakah orang tersebut mempunyai infeksi TB laten atau LTBI. 
  • Apabila hasil tes TB laten negatif namun mempunyai infeksi HIV tinggi dan tidak ada indikasi untuk melakukan pengobatan terhadap TB laten, maka orang tersebut perlu tes TB laten lagi saat memulai pengobatan antiretroviral (ART) untuk HIV dan nilai CD4 lebih dari 200 sel/µL.
  • Tes TB perlu dilakukan setiap tahun apabila pasien HIV tinggal atau beraktivitas di tempat yang angka penularan TB-nya tinggi. Contohnya penjara, tinggal di tempat yang kumuh dan berkerumun, menggunakan narkotik, dan sering berkunjung ke negara yang angka TB-nya tinggi.
  • Apabila hasil tes TB positif, maka segera lakukan pemeriksaan radiografi toraks dan evaluasi klinis untuk memastikan bahwa penyakit TB tidak bersifat aktif.
  • Pasien HIV dan mempunyai TB laten namun belum mendapatkan pengobatan, segera dapatkan pengobatan.
  • Saat akan memperoleh pengobatan, sebaiknya beri tahu dokter yang menangani HIV dan dokter yang menangani TB.
  • Pasien yang mempunyai HIV dan/atau koinfeksi TB/HIV yang mana status TB-nya adalah laten, sebaiknya waspada akan tempat atau aktivitas yang angka penularan TB-nya tinggi.

Baca Juga: 10 Gejala Khas HIV pada Pria, Termasuk Disfungsi Ereksi

3. Pengobatan

Koinfeksi TB/HIV: Definisi, Deteksi, dan Pengobatanilustrasi obat (unsplash.com/Christina Victoria Craft)

Pasien yang mempunyai koinfeksi TB/HIV akan menjalani pengobatan untuk dua kondisi tersebut. Komunikasi antara tim dokter yang menangani HIV dan TB harus berjalan dengan baik untuk mencegah interaksi obat dan risiko keracunan.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, obat rifampin yang dipakai untuk mengobati TB dapat berinteraksi dengan beberapa jenis ART. Penggunaan obat rifabutin dapat digunakan sebagai alternatif rifampin karena tidak menyebabkan interaksi.

Kombinasi obat isoniazid dengan ART juga dapat mengurangi risiko TB pada pasien HIV. Isoniazid adalah obat yang digunakan untuk mengobati pasien yang mempunyai TB laten dan HIV agar bakteri TB tidak berubah menjadi aktif. Ini merujuk pada artikel dalam publikasi Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine (2015). Disebutkan bahwa isoniazid preventive therapy (IPT) menunjukkan efek yang lebih maksimal bila digabungkan dengan ART.

Berdasarkan informasi di atas, bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai HIV dan/atau TB sebaiknya melakukan tes tambahan untuk mengetahui apakah dirinya mempunyai infeksi lain (TB atau HIV). Deteksi dini dapat mencegah kondisi memburuk, seperti mempercepat perkembangan HIV menjadi AIDS.

Pasien koinfeksi TB/HIV juga sebaiknya segera melakukan pengobatan untuk dua kondisi tersebut, meskipun status TB-nya laten atau tidak aktif. Kondisi koinfeksi yang tidak tertangani dengan baik juga akan membuat sistem imun tubuh melemah dan berimbas pada organ tubuh yang lain.

Baca Juga: TBC Laten dan TBC Aktif, Apa Saja Perbedaannya?

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya