Apa Itu Sindrom Nasi Goreng? Ramai Dibicarakan di TikTok

Salah satu masalah keracunan makanan, nih

Pernah mendengar apa itu sindrom nasi goreng alias fried rice syndrome? Sindrom ini kembali viral di TikTok karena disebut-sebut dapat menyebabkan kematian pada seseorang. Nah, menurut penelitian berjudul Bacillus cereus: A Review of “fried rice syndrome” Causative Agents, sindrom nasi goreng merupakan bentuk keracunan makanan karena kontaminasi bakteri. 

Lebih jelasnya, sejak tahun 1965, Eropa telah mengalami banyak wabah penyakit yang berkaitan dengan keracunan makanan. Pemicunya beragam, mulai dari susu, es krim, daging, hingga unggas. Nah, dalam publikasi tersebut disebutkan bahwa nama sindrom ini bermula dari kasus kontaminasi bakteri B. cereus pertama di sebuah restoran China. Kebetulan, makanan yang terkontaminasi tersebut adalah nasi goreng.

Namun, meski dinamakan 'sindrom nasi goreng', sindrom tersebut tidak selalu terjadi karena konsumsi nasi goreng, lho. Sebagaimana yang viral di media sosial, seorang remaja dilaporkan meninggal setelah mengonsumsi pasta dan dikaitkan dengan sindrom ini. Kalau juga bisa terjadi setelah konsumsi pasta, sebenarnya apa sindrom nasi goreng ini? 

Apa itu sindrom nasi goreng?

Apa Itu Sindrom Nasi Goreng? Ramai Dibicarakan di TikTokIlustrasi nasi goreng (pixabay.com/Huahom)

Sindrom nasi goreng sejatinya merupakan salah satu jenis keracunan makanan. Pemicunya adalah makanan yang terpapar bakteri Bacillus cereus, sebagaimana disebutkan dalam studi Microbial Pathogenesis.

B. cereus sendiri merupakan organisme mikroskopis alias bakteri berukuran sangat kecil yang dapat memunculkan spora. Bakteri ini umum dijumpai di lingkungan dan dapat memengaruhi sistem pencernaan maupun bagian lain dari tubuh. 

Jika menyerang usus, B. cereus dapat menyebabkan keracunan. Sejatinya, kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya. Namun, gejala lebih serius dapat terjadi jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, melansir Cleveland Clinic.

Efek dari bakteri Bacillus cereus pun terbagi menjadi dua yakni enterotoksin dan sindrom emetik. Enterotoksin berarti bakteri tersebut menghasilkan racun di usus kecil yang dapat menunjukkan gejala 6-15 jam setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi. Adapun dampak yang dirasakan adalah diare

Sementara itu, pada bentuk sindrom emetik, racun terbentuk dalam makanan sebelum individu memakannya. Ketika dikonsumsi, makanan ini akan menimbulkan gejala keracunan sekitar 6 jam kemudian, melansir sumber yang sama. Efek yang dirasakan yaitu muntah-muntah.

Baca Juga: Apa Itu Hoarding Disorder? Ini Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Bagaimana bakteri tersebut berkembang?

Seperti disebutkan sebelumnya, bakteri Bacillus cereus sebenarnya terdapat di lingkungan sekitar kita dan berpotensi berkembang di berbagai makanan. Namun, Bacillus cereus yang menyerang usus dan berbentuk sindrom emetik paling sering dikaitkan dengan beras.

Beras yang belum dimasak dapat mengandung spora Bacillus cereus. Spora tersebut dapat bertahan hidup bahkan ketika dimasak. Setelah dimasak dan dibiarkan dalam suhu ruangan, spora akhirnya menjadi bakteri, lalu berkembang biak, hingga mungkin menghasilkan racun yang memicu reaksi keracunan, melansir NHS.

Di sisi lain, Cleveland Clinic menyebutkan bahwa reaksi tersebut juga berpotensi terjadi ketika nasi terlalu lama disimpan di lemari es. Makin lama nasi dibiarkan, makin besar pula kemungkinan bakteri dan racun berkembang. Oleh karena itu, nasi makin tidak aman dikonsumsi. Ketika dipaksakan dimakan, maka dapat menyebabkan kondisi yang dinamakan apa itu sindrom nasi goreng.

Sindrom Nasi Goreng tidak selalu terjadi karena konsumsi makan nasi goreng, lho!

Apa Itu Sindrom Nasi Goreng? Ramai Dibicarakan di TikTokIlustrasi nasi goreng (instagram.com/paon_alas)

Seperti dijelaskan sebelumnya, meski namanya 'sindrom nasi goreng', kondisi ini sebenarnya tidak hanya terjadi karena mengonsumsi nasi goreng saja, lho. Bakteri Bacillus cereus  yang memicu kondisi ini  juga dapat berkembang pada makanan lain, terutama keju dan makanan bertepung. Termasuk di antaranya spageti dan kue, melansir Cleveland Clinic.

Menambahkan dari studi Bacillus cereus: A Review of “fried rice syndrome” Causative Agents, walau bakteri ini kerap tumbuh pada makanan bertepung, tapi mereka pun bisa ada pada makanan yang kaya protein. Penelitian lain menyebutkan bahwa daging dan produk olahannya pun bisa terkontaminasi bakteri ini. 

Nah, walau bernama sindrom nasi goreng, tapi bukan berarti akhirnya kamu tidak boleh mengonsumsi nasi goreng karena takut terkontamasi bakteri, ya. Nasi, mau dalam bentuk digoreng atau nasi masak biasa, tetap aman dari dampak bakteri jahat selama kamu memperhatikan penyajian dan pengolahannya.

Idealnya, nasi dikonsumsi segera setelah matang. Kalau kamu ingin mendinginkannya, sebaiknya cukup 1 jam. Jika kamu hendak menyimpannya di lemari es, ada baiknya tidak lebih dari sehari sebelum dipanaskan kembali. Selain itu, tidak dianjurkan memanaskan nasi lebih dari sekali, ya.

Apa itu sindrom nasi goreng memang patut diwaspadai. Namun, kamu bisa terhindar dari risiko negatifnya selama menyajikan makanan dengan benar.

Baca Juga: Gula dalam Nasi Putih, Benarkah Buruk untuk Kesehatan?

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya