Apa Itu Hoarding Disorder? Ini Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Beda dengan malas beres-beres, ya

Sebuah video TikTok viral setelah menunjukkan satu kamar kos yang penuh dengan sampah. Bukan hanya itu, banyak juga barang berserakan, mulai dari pakaian hingga kardus di segala penjuru ruangan. Warganet menduga penghuni kamar sewa tersebut mengidap hoarding disorder.

Apa itu hoarding disorder? Bagaimana gejala, penyebab, dan cara pengobatan untuk menangani masalah kesehatan mental ini? Berikut penjelasan lebih lengkapnya.

Apa itu hoarding disorder?

Hoarding disorder merupakan istilah ketika seseorang kesulitan membuang atau berpisah dengan suatu benda. Secara terus-menerus, individu yang memiliki gangguan penimbunan ini merasa perlu menyimpan barang apa pun. Kondisi tersebut akhirnya mengganggu kemampuan dalam menggunakan ruang hidup, melansir American Psychiatric Association.

Menimbun berbeda dengan mengoleksi, ya. Kolektor akan menyimpan barang secara terorganisir dan menjualnya jika memang harus. Sementara itu, penimbun justru menyimpan berbagai barang secara impulsif, bahkan pada benda yang kurang penting sekalipun.

Apa itu hoarding disorder merupakan gangguan kesehatan mental yang dapat menimbulkan masalah dalam hubungan, aktivitas sosial, pekerjaan, dan sektor kehidupan lainnya. Seseorang dengan maslaah kesehatan ini akhirnya mengisolasi diri dan merasa kesepian.

Penyebab hoarding disorder

Apa Itu Hoarding Disorder? Ini Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi hoarding disorder (unsplash.com/Onur Bahçıvancılar)

Alasan mengapa seseorang mengalami hoarding disorder tidak sepenuhnya dipahami. Hal ini bisa jadi akibat dari masalah lain, misalnya gangguan mobilitas secara fisik sehingga tidak mampu membereskan barang berantakan.

Gejala penimbunan juga dapat muncul karena depresi berat, gangguan psikotik seperti skizofrenia, hingga gangguan obsesif kompulsif (OCD), melansir NHS. Meski demikian, mengalami hoarding disorder tidak selalu mengidap OCD.

Baca Juga: Suka Menimbun Barang Bekas? Ini 6 Fakta Menarik Hoarding Disorder

Gejala hoarding disorder

Tanda-tanda seseorang mengalami hoarding disorder umumnya muncul saat memasuki usia remaja hingga desawa awal. Pada mulanya, seseorang dapat mulai mengumpulkan benda yang menurutnya bermanfaat. Lambat laun, kebiasaan ini berubah menjadi semakin serius hingga memakan banyak ruang.

Menurut Psychiatry, gejala hoarding disorder dapat ditunjukkan dengan beberapa hal berikut:

  • Kesulitan membuang atau berpisah dengan barang-barang secara terus-menerus, tanpa melihat nilai sebenarnya
  • Merasa tertekan untuk membuang benda-benda
  • Penumpukan harta benda, mengacaukan tempat tinggal hingga akhirnya mengganggu fungsinya. Misal, wastafel tidak lagi bisa digunakan untuk cuci tangan karena penuh barang.

Ketika terus dilakukan, gejala hoarding disorder dapat memicu tekanan dalam diri sendiri. Gangguan penimbunan pun memicu konflik dengan orang lain yang berusaha mengurangi atau menghilangkan penumpukan barang.

Seseorang dengan kondisi hoarding disorder memiliki keyakinan kuat bahwa suatu saat ia mungkin membutuhkan barang yang disimpannya. Selain itu, ia bisa juga berpikiran bahwa menyimpan barang akan membuatnya bahagia.

Hoarding disorder dapat terbagi menjadi lima level, melansir Spaulding Decon. Nah, pertama yakni hoarding disorder ringan tanpa tanda serius. Tingkat kedua mungkin seseorang enggan menerima pengunjung. Level ketiga muncul aroma tidak sedap dan lorong sempit akibat penumpukan. Selanjutnya, tingkat keempat, hoarding disorder memicu kerusakan struktural, masalah limbah, dan ruangan yang tidak dapat digunakan. Terakhir, penumpukan level parah ditandai dengan bahaya seperti kebakaran, tidak ada listrik atau air bersih, hingga kotoran menumpuk. 

Perbedaan hoarding disorder vs malas beres beres

Apa Itu Hoarding Disorder? Ini Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi kamar berantakan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Apa itu hoarding disorder berbeda dengan rasa malas untuk beberes. Penimbunan kompulsif bukan hanya karena malas atau ceroboh, tetapi berkaitan dengan kondisi mental. Seperti disebutkan sebelumnya, ini mungkin perwujudan dari kecemasan, melansir Good Therapy.

Resources to Recover menyebutkan bahwa kemalasan bisa jadi sebuah pilihan. Seseorang yang mengalami rasa malas memiliki perasaan sadar untuk tidak melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan. Sementara itu, hoarding disorder yang merupakan kondisi mental tidak selalu bisa dikondisikan.

Gangguan penimbunan juga bukan karena seseorang merasa kurang waktu untuk beres-beres. Mereka yang malas sangat mungkin menjadikan waktu sebagai alasan untuk enggan menata barangnya. 

Cara mengobati hoarding disorder

Terdapat beberapa penatalaksanaan dan pengobatan yang dapat diterapkan untuk kondisi apa itu hoarding disorder. Dilansir Cleveland Clinic, terdapat dua jenis terapi utama untuk mengobati gangguan penimbunan ini. 

  • Terapi perilaku kognitif

Terapi ini merupakan pengobatan umum untuk gangguan hoarding disorder. Ini dilakukan dengan bantuan ahli kesehatan mental berlisensi, seperti psikolog. Ahli akan membantu memahami alasan mereka menimbun barang dan mengurangi rasa cemas saat membuangnya. 

  • Obat antidepresan yang biasanya berupa inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)

Penyedia layanan mungkin meresepkan obat antidepresan. Pengobatan dilakukan dengan tujuan membantu mengatasi gejala kecemasan atau lainnya pada individu dengan hoarding disorder.

Lantas, apakah hoarding disorder bisa disembuhkan? Well, beberapa prognosis gangguan penimbunan kerap buruk. Meski demikian, individu yang mendapat perawatan akan membaik setelah terapi perilaku kognitif.

Apa itu hoarding disorder berbeda dengan kemalasan, ya. Kondisi ini perlu mendapat bantuan medis untuk sembuh karena termasuk kategori gangguan kesehatan mental.

Baca Juga: 7 Fakta Hoarding Disorder, Gangguan Suka Menimbun Barang Berlebihan

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Delvia Y Oktaviani
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya