U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) telah merevisi rekomendasi skrining kanker payudara. Mereka menurunkan rekomendasi usia untuk pemeriksaan mamografi skrining, bahwa semua perempuan perlu memulai pemeriksaan kanker payudara pada usia 40 tahun, bukan usia 50 tahun seperti pada rekomendasi tahun 2016, dan melanjutkannya setiap dua tahun sekali hingga usia 74 tahun.
Rekomendasi baru ini menggantikan rekomendasi tahun 2016. Pedoman baru ini sebagian didorong oleh kekhawatiran atas meningkatnya angka kanker payudara di kalangan perempuan muda.
Rekomendasi ini berlaku untuk semua orang yang ditetapkan sebagai perempuan saat lahir, termasuk perempuan cisgender, laki-laki transgender, dan orang non biner yang memiliki risiko rata-rata terkena kanker payudara, serta mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara atau memiliki payudara padat.
Rekomendasi yang diperbarui tini idak berlaku untuk orang-orang yang memiliki riwayat kanker payudara, penanda genetik atau sindrom yang dapat menempatkan mereka pada risiko tinggi terkena kanker payudara, seperti gen BRCA1 atau BRCA2, atau mereka yang memiliki riwayat penggunaan dosis tinggi terapi radiasi ke dada atau riwayat lesi payudara berisiko tinggi. Mereka harus tetap mengikuti rencana yang dibuat oleh dokter yang merawat dan mendiskusikan apa yang terbaik untuk mereka.
Di Indonesia, pedoman klinis untuk skrining kanker payudara dipublikasikan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2018; menyarankan skrining dengan SADARI setiap bulan sejak usia 20 tahun, serta SADANIS setiap 3 tahun. Akan tetapi, panduan ini tidak menyebut kapan skrining mamografi sebaiknya mulai dilakukan dan seberapa sering perlu diulangi.
Panduan lainnya, pedoman American College of Radiology menganjurkan mamografi dilakukan setiap tahun sejak usia 40 tahun pada perempuan dengan tingkat risiko rerata. Rekomendasi ini serupa dengan American Cancer Society (ACS), menganjurkan skrining mamografi tahunan dimulai sejak usia 40 hingga 54 tahun. Menurut ACS, skrining dua tahun sekali dapat dilakukan pada usia ≥55 tahun. Skrining dilanjutkan selama mungkin jika pasien memiliki kesehatan yang baik dan harapan hidup ≥10 tahun.
Referensi
WHO. Diakses pada September 2024. Breast Cancer. 
Breast Cancer Research Foundation. Diakses pada September 2024. Breast Cancer Statistics And Resources.
World Cancer Research Fund International. Diakses pada September 2024. Breast cancer statistics.
Kemenkes RI. Diakses pada September 2024. Langkah SADARI untuk Deteksi Dini Kanker Payudara.
Health Images. Diakses pada September 2024. What Are All the Breast Cancer Screening Options?
Komen.org. Diakses pada September 2024. Accuracy of Mammograms.
American Cancer Society. Diakses pada September 2024. Limitations of Mammograms.
MSD Manual. Diakses pada September 2024. Breast Cancer Screening and Prevention.
Hermina Hospitals. Diakses pada September 2024. Deteksi Dini Kanker Payudara.
UC Davis Health. Diakses pada September 2024. Why it’s so important to get regular breast cancer screenings.
Kemenkes RI. Diakses pada September 2024. Apa Saja Faktor Risiko Kanker Payudara?
National Breast Cancer Foundation. Diakses pada September 2024. Risk Factors.
Nicholson, Wanda K., Michael Silverstein, et al. “Screening for Breast Cancer.” JAMA, April 30, 2024
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Payudara. 2018. (PDF)
Monticciolo, Debra L., Mary S. Newell, et al. “Breast Cancer Screening for Women at Higher-Than-Average Risk: Updated Recommendations From the ACR.” Journal of the American College of Radiology 20, no. 9 (May 5, 2023): 902–14.
American Cancer Society. Diakses pada September 2024. American Cancer Society Recommendations for the Early Detection of Breast Cancer.