ilustrasi dokter memeriksa bayi (unsplash.com/CDC)
Mengidentifikasi gejala, seperti stridor, dan mencatat kapan gejala itu terjadi, bisa membantu dokter anak membuat diagnosis. Dalam kasus ringan, pemeriksaan dan tindak lanjut yang ketat kemungkinan dibutuhkan. Untuk bayi dengan lebih banyak gejala, tes tertentu dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi secara resmi.
Tes utama untuk laringomalasia yaitu nasofaringolaringoskopi (NPL). NPL menggunakan ruang lingkup yang sangat tipis yang dilengkapi dengan kamera kecil. Lingkupnya dengan lembut dipandu ke salah satu lubang hidung pasien anak ke tenggorokan. Dengan begitu, dokter bisa melihat dengan baik kesehatan dan juga struktur laring pasien anak.
Jika pasien anak tampaknya menderita laringomalasia, maka dokter kemungkinan memerintahkan tes lain, seperti rontgen leher dan dada, serta tes lain yang menggunakan teropong tipis dan terang (fluoroskopi) di saluran napas. Tes lain, yang disebut fiberoptic endoscopic evaluation of swallowing (FEES), terkadang juga dilakukan jika ada masalah menelan yang signifikan bersama dengan aspirasi.
Laringomalasia bisa didiagnosis sebagai ringan, sedang, atau berat. Sekitar 99 persen bayi yang lahir dengan laringomalasia memiliki tipe ringan atau sedang.
Laringomalasia ringan melibatkan pernapasan yang bising, tetapi tidak ada masalah kesehatan lainnya. Biasanya kondisi ini akan teratasi dalam waktu 18 bulan. Laringomalasia sedang biasanya berarti ada beberapa masalah dengan makan, regurgitasi, GERD, dan retraksi dada ringan atau sedang. Laringomalasia yang parah dapat mencakup kesulitan makan, apnea, dan sianosis.