Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Berkumpul makan bersama hidangan Natal dan Tahun Baru.
ilustrasi hidangan Natal dan Tahun Baru (pexels.com/Nicole Michalou)

Intinya sih...

  • Pola makan liburan cenderung tinggi lemak, santan, dan gula—pemicu klasik GERD.

  • Tidak semua makanan enak bersahabat dengan asam lambung, terutama saat makan berlebihan dan larut malam.

  • Dengan pilihan menu dan strategi makan yang tepat, liburan tetap bisa dinikmati tanpa GERD kambuh.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Masa liburan Natal dan Tahun Baru identik dengan momen berkumpul, makan bersama, dan meja hidangan yang penuh makanan dan minuman. Di Indonesia, perayaan ini dapat diwarnai dengan makanan seperti babi panggang, ayam rica-rica, lapis legit, klappertaart, ikan kuah kuning, aneka gorengan, dan masih banyak lagi. Semua nikmat disantap apalagi ditemani kebersamaan.

Namun, bagi orang yang hidup dengan gastroesophageal reflux disease (GERD), suasana ini bisa menjadi ujian. Pola makan yang berubah drastis, jam makan tidak teratur, porsi berlebihan, hingga konsumsi makanan berlemak dan pedas membuat risiko refluks asam lambung meningkat.

Melanggar pantangan sesekali mungkin tidak langsung bikin GERD kambuh, tetapi akumulasi kebiasaan kecil yang terjadi berulang bisa memicu masalah. Jadi, mengetahui makanan apa saja yang sebaiknya dihindari dan apa yang lebih aman dikonsumsi selama liburan menjadi kunci agar tubuh tetap nyaman, dan momen kebersamaan tidak terganggu rasa perih di dada.

Makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari

Berikut ini beberapa makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari jika kamu punya GERD.

  • Makanan tinggi lemak dan santan

Makanan tinggi lemak memperlambat pengosongan lambung dan melemahkan katup esofagus bagian bawah (LES), sehingga asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan. Inilah alasan mengapa hidangan bersantan sering memicu rasa panas di dada beberapa jam setelah makan.

Selain itu, santan dan lemak jenuh juga membuat perut terasa penuh lebih lama. Saat dikonsumsi dalam porsi besar, seperti saat jamuan keluarga atau kumpul bersama teman-teman, tekanan dalam lambung meningkat dan memperbesar risiko refluks, terutama jika setelah makan kamu langsung duduk atau berbaring.

  • Makanan yang digoreng

Risoles, pastel, ayam goreng, bakwan, hingga kentang goreng sering menjadi “teman ngobrol” saat liburan. Sayangnya, jenis makanan ini termasuk pemicu GERD yang paling umum.

Proses menggoreng meningkatkan kandungan lemak dan membuat makanan lebih sulit dicerna. Pada orang dengan GERD, hal ini dapat memperpanjang kontak asam lambung dengan dinding kerongkongan dan memicu sensasi terbakar yang menetap.

  • Makanan pedas

Sambal, balado, rica-rica, dan saus pedas sering tak terpisahkan dari selera makan Indonesia. Kapsaisin dalam cabai dapat mengiritasi lapisan kerongkongan dan memperparah gejala GERD, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

Pada sebagian orang, pedas tidak selalu langsung memicu asam lambung naik. Namun, saat dikombinasikan dengan lemak, makan larut malam, dan stres, efeknya bisa terasa lebih berat dan berlangsung lebih lama.

  • Makanan atau minuman asam

Acar, asinan, rujak, saus tomat dalam jumlah banyak, hingga minuman berbasis jeruk dapat meningkatkan keasaman di lambung. Makanan asam juga berpotensi mengiritasi jaringan kerongkongan yang sudah sensitif akibat refluks sebelumnya.

Selama liburan, makanan asam sering hadir sebagai pelengkap yang terlihat ringan, padahal efeknya pada GERD bisa cukup signifikan, terutama jika dikonsumsi berulang dalam sehari.

  • Cokelat, kue manis, dan dessert tinggi gula

Kue kering Natal, brownies, cokelat, dan dessert manis lainnya mengandung kombinasi gula dan lemak yang dapat melemahkan LES. Cokelat juga diketahui mengandung senyawa yang memicu relaksasi otot kerongkongan bagian bawah.

Selain memicu refluks, konsumsi gula berlebihan juga meningkatkan rasa begah dan kembung, kondisi yang sering memperparah keluhan GERD selama musim liburan.

  • Minuman berkafein, bersoda, dan beralkohol

Kopi, teh pekat, soda, dan minuman beralkohol sering hadir sebagai pelengkap perayaan. Kafein dan alkohol dapat merangsang produksi asam lambung sekaligus melemahkan mekanisme penahan refluks.

Minuman bersoda menambah tekanan gas di lambung. Kombinasi ini membuat refluks lebih mudah terjadi, terutama jika diminum setelah makan besar atau menjelang tidur.

Makanan dan minuman yang lebih aman untuk GERD

Di bawah ini merupakan pilihan makanan dan minuman yang lebih aman, atau lebih dianjurkan, bagi orang dengan GERD.

  • Protein rendah lemak

Ayam tanpa kulit, ikan kukus, tahu, dan tempe adalah pilihan protein yang lebih ramah buat lambung. Protein membantu memberi rasa kenyang tanpa memperlambat pengosongan lambung secara berlebihan.

Metode memasak juga berperan. Mengukus, merebus, atau memanggang ringan jauh lebih aman dibanding menggoreng atau memasak dengan santan kental.

  • Konsumsi karbohidrat kompleks

Nasi merah, kentang rebus, oatmeal, dan roti gandum dapat membantu menyerap asam lambung berlebih. Makanan ini cenderung netral dan jarang memicu iritasi. Porsi nasi yang wajar sering kali lebih aman dibanding menggantinya dengan makanan berlemak sebagai topping utama.

  • Sayur dan buah yang tidak asam

Wortel, buncis, labu, bayam, brokoli, dan timun umumnya lebih bersahabat bagi orang dengan GERD. Sayuran ini kaya akan serat dan membantu pencernaan tanpa meningkatkan produksi asam lambung.

Sayuran sebaiknya dimasak sederhana, tanpa cabai berlebihan, santan, atau saus asam.

Di sisi lain, buah yang disarankan dapat meliputi pisang, pepaya, apel, melon, dan pir lebih. Pilihan tersebut lebih aman dibanding jeruk, nanas, atau mangga muda. Buah-buahan ini juga membantu menjaga kenyamanan saluran cerna selama pola makan liburan berubah.

  • Minuman hangat non kafein

Air hangat, teh chamomile, atau teh jahe dapat membantu menenangkan saluran cerna. Jahe, dalam jumlah wajar, diketahui memiliki efek antiinflamasi dan membantu pengosongan lambung.

Cara mencegah GERD kambuh saat masa liburan

ilustrasi hidangan ayam kuah tanpa santan (pexels.com/Pew Nguyen)

Ikuti tips di bawah ini untuk mencegah GERD kambuh saat libur Natal dan Tahun Baru:

  • Makan dalam porsi kecil tapi lebih sering, bukan porsi banyak sekali makan.

  • Hindari makan besar 2–3 jam sebelum tidur.

  • Duduk atau berjalan ringan setelah makan, jangan langsung berbaring.

  • Gunakan pakaian yang tidak terlalu ketat di area perut.

  • Kelola stres dan kelelahan, karena kondisi mental juga memengaruhi sensitivitas lambung.

  • Tetap patuhi pengobatan GERD yang diresepkan oleh dokter.

Liburan seharusnya menjadi waktu untuk memulihkan diri, bukan justru menambah beban pada tubuh. Jika kamu hidup dengan GERD, kesadaran terhadap pilihan makanan bukan berarti harus kehilangan kenikmatan, melainkan penyesuaian agar tidak mengorbankan kesehatan.

Dengan memahami pemicu, memilih menu yang lebih ramah lambung, dan menjaga pola makan selama Natal dan Tahun Baru, kamu tetap bisa menikmati liburan dengan tawa dan kehangatan tanpa rasa perih di dada.

Referensi

Everyday Health. “What to Eat and Not to Eat During the Holidays If You’re Living With GERD.” Diakses Desember 2025.

WebMD. “Keeping Holidays Heartburn-Free.” Diakses Desember 2025.

Columbia University Irving Medical Center. “Thanksgiving, Acid Reflux, and GERD.” Diakses Desember 2025.

Houston Heartburn and Reflux Center. “GERD-Friendly Holiday Meal Guide.” Diakses Desember 2025.

Tufts Medicine. “Managing GERD and Acid Reflux During the Holidays.” Diakses Desember 2025.

Minimally Invasive Surgery Florida. “Eat Right to Minimize GERD This Holiday Season.” Diakses Desember 2025.

Banner Health. “Holiday GERD: Foods to Avoid and What to Eat Instead.” Diakses Desember 2025.

Agave Surgery Center. “Acid Reflux During the Holidays: Foods to Avoid and Add to the Plate.” Diakses Desember 2025.

Philip O. Katz et al., “ACG Clinical Guideline for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease,” The American Journal of Gastroenterology 117, no. 1 (November 22, 2021): 27–56, https://doi.org/10.14309/ajg.0000000000001538.

Editorial Team