Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ciri-ciri Masuk Angin, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

ilustrasi masuk angin (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat tidak enak badan, beberapa orang menganggap itu adalah masuk angin. Masuk angin biasanya menggambarkan rasa tidak enak badan, pegal, perut kembung, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan meriang.

Faktanya, masuk angin bukanlah istilah yang diakui dalam dunia medis. Ini bukan pula penyakit. Istilah ini hanya dikenal di Indonesia. Kebanyakan informasi tentang masuk angin berbentuk informasi lisan, cerita, atau pengetahuan turun-temurun.

Keluhan yang dirasakan umumnya merupakan gejala penyakit atau kondisi yang mendasarinya. Misalnya, perut kembung bisa disebabkan oleh gangguan pencernaan, gejala pernapasan atas bisa karena flu atau batuk pilek, badan pegal bisa karena kecapekan, dan sebagainya.

Apa saja ciri-ciri masuk angin yang umum dilaporkan, penyebab, dan cara mengatasinya? Cek selengkapnya di bawah ini!

1. Penyebab

Ilustrasi seseorang sedang sakit (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Apa yang disebut sebagai masuk angin umumnya adalah gejala mirip flu, yaitu kumpulan beberapa keluhan sebagai gejala infeksi virus. Namun, penyebab masuk angin bisa bermacam-macam karena banyak kondisi yang berbagi gejala serupa. Yang pasti penyebabnya bukan karena kehujanan, ya!

Masuk angin sering terjadi akibat menurunnya daya tahan tubuh, sehingga kamu rentan terinfeksi kuman penyakit.

Lebih lanjut, berikut ini beberapa penyakit atau kondisi yang bisa menyebabkan gejala yang banyak dianggap orang sebagai masuk angin:

  • ISPA

Infeksi di hidung dan tenggorokan sering menyebabkan gejala demam, batuk, dan pilek. Penyebabnya bisa karena virus ataupun bakteri.

Dalam kebanyakan kasus, infeksi saluran pernapasan akut gejalanya ringan dan bisa sembuh sendiri. Akan tetapi, jika sudah menyerang saluran pernapasan bawah, seperti trakea dan saluran udara dalam paru-paru, maka gejalanya akan lebih berat dan bisa menimbulkan komplikasi serius.

  • Gangguan pencernaan

Gangguan pencernaan bisa menyebabkan mual, muntah, kembung, diare, gas, dan nyeri ulu hati (heartburn).

Penyebabnya bisa bermacam-macam, seperti refluks asam, GERD, keracunan makanan, alergi makanan, intoleransi makanan, infeksi virus atau bakteri, atau terlalu banyak mengonsumsi makanan pedas, asam, atau berlemak.

  • Penyakit tropis

Contohnya adalah demam berdarah dengue (DBD) dan malaria, yang merupakan infeksi tropis yang banyak ditemui di Indonesia. Keduanya sama-sama ditularkan lewat gigitan nyamuk.

DBD dan malaria bisa menyebabkan demam, pegal atau nyeri sendi, menggigil, lemas, dan lain-lain. Apabila tidak diobati dengan tepat, keduanya bisa mengakibatkan komplikasi serius, bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.

  • COVID-19

Gejala awal COVID-19 sering kali dianggap masuk angin karena berupa demam, meriang, lemas, nyeri otot, diare, serta mual dan muntah.

  • Penyakit jantung

Gejala gagal jantung dapat berkisar dari ringan hingga berat. Dilansir Penn Medicine, pada tahap awal, penderitanya mungkin mengalami gejala masuk angin, seperti pegal-pegal, kelelahan, demam atau meriang, dan kehilangan selera makan.

Seiring berkembangnya gagal jantung, gejalanya bisa menjadi lebih khas. Ini termasuk sakit perut (kembung atau segera kenyang setelah makan), gangguan pernapasan (sesak napas atau batuk saat berbaring), gangguan tidur, kenaikan berat badan secara tiba-tiba, dan pembengkakan (cadangan cairan akibat pemompaan jantung yang tidak tepat dapat menyebabkan pembengkakan pada kaki).

Perlu diingat, ada banyak penyakit yang bisa menyebabkan keluhan yang sering dianggap sebagai masuk angin. Oleh karena itu, perhatikan saksama gejalanya dan jangan meremehkannya, terutama jika gejala yang dirasakan cukup berat dan tak kunjung membaik.

Kalau mengalami demam tinggi selama lebih dari tiga hari, badan lemas, muntah, diare, atau disertai sakit dada ditambah adanya riwayat jantung, sebaiknya jangan buang waktu untuk ke dokter.

2. Ciri-ciri masuk angin

ilustrasi seorang perempuan mengalami mual karena masuk angin (freepik.com/freepik)

Dijelaskan dalam laman Ciputra Hospital, gejala masuk angin bisa dirasakan berbeda-beda pada setiap orang. Umumnya, ini bisa berupa:

  • Demam.
  • Menggigil atau meriang.
  • Nyeri dada.
  • Pusing.
  • Rasa tidak enak badan.
  • Kelelahan.
  • Sakit perut.
  • Mual atau muntah.
  • Sesak napas.
  • Hilang nafsu makan.
  • Berkeringat.

Rasa nyeri yang ditimbulkan dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh, seperti ke bagian belakang tulang dada, bahu, lengan, leher, tenggorokan, rahang, atau punggung.

3. Cara mengatasi masuk angin

Ilustrasi seseorang sedang memasang humidifier (pexels.com/cottonbro studio)

Ada beberapa cara mengatasi masuk angin yang bisa kamu lakukan, seperti:

  • Mencukupi kebutuhan cairan: Perbanyaklah minum air putih, sup berkaldu, atau teh lemon dan madu, teh herbal, dan lainnya. Tujuannya adalah untuk mencegah dehidrasi. Hindari konsumsi alkohol, kopi, dan soda yang bisa menyebabkan dehidrasi.
  • Istirahat: Penuhi kebutuhan tidur sekitar 7–8 jam per hari. Istirahat merupakan salah satu pengobatan yang paling ampuh untuk meredakan masuk angin.
  • Minum obat untuk meredakan gejala: Asetaminofen dan ibuprofen bisa membantu meredakan rasa nyeri. Berkumur dengan air garam dapat membantu meringankan sakit tenggorokan.
  • Mengonsumsi makanan hangat: Sup ayam, soto, atau makanan berkuah lainnya bisa memberikan efek menenangkan dan rasa hangat pada tubuh. Selain itu, minum air atau teh hangat juga disarankan sekaligus mengurangi dehidrasi.
  • Menjaga kelembapan udara: Jika ada, nyalakan alat penguap atau pelembap kabut. Ini bertujuan untuk membantu mengganti udara dalam ruangan setiap harinya sehingga dapat tersirkulasi dengan baik.

Apabila sudah melakukan cara-cara di atas tetapi gejala masih belum reda atau malah makin buruk, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Masuk angin adalah istilah populer di Indonesia, yang menggambarkan keluhan berupa rasa tidak enak badan, badan pegal, meriang, dan sebagainya. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari ISPA, COVID-19, gangguan pencernaan, hingga penyakit jantung.

Dalam banyak kasus, gejala bisa sembuh sendiri dengan pengobatan rumahan. Namun, jika gejala tak kunjung hilang, memburuk, atau dibarengi gejala lain yang tidak biasa, sebaiknya segera buat janji temu dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Penulis: Muti'ah Nur Rahmah

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Rihanna Bunga
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us